AAUI Prediksi Pertumbuhan Asuransi Melambat

wartaekonomi.co.id
3 jam lalu
Cover Berita
Warta Ekonomi, Jakarta -

Industri asuransi umum diproyeksikan masih berada dalam tekanan pada 2026, dengan potensi pertumbuhan lebih rendah dibandingkan capaian 2024. Kondisi tersebut dipicu kombinasi tantangan regulasi, tingginya struktur biaya, kontraksi pada lini bisnis utama, serta kesiapan internal perusahaan yang dinilai belum sepenuhnya pulih pascakinerja 2025 yang melemah.

Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Budi Herawan mengatakan proyeksi pertumbuhan industri ke depan perlu disikapi secara realistis. Menurutnya, peluang mencapai pertumbuhan dua digit masih sulit dicapai dalam waktu dekat.

“Kalau kita bisa mencapai pertumbuhan sama dengan tahun lalu kurang lebih 8% ini sudah bagus,” kata Budi dalam acara Indonesia Economic & Insurance Outlook 2026: “Berharap Kebijakan Fiskal akan Menjadi Pendorong Pertumbuhan Bisnis di 2026”, Selasa (23/12/2025).

Baca Juga: Kontribusi Digital Asuransi Masih Kecil, Baru Sumbang 2,87% Premi Asuransi

Budi menjelaskan, tekanan terhadap industri telah berlangsung sejak 2025. Ia menilai kinerja tahun berjalan kemungkinan tidak akan lebih baik dibandingkan 2024, baik dari sisi pertumbuhan premi maupun tingkat profitabilitas.

“Kalau kita melihat prognosa di tahun 2025 kemungkinan tidak akan lebih baik dari tahun 2024 baik dalam indikator pertumbuhan premi maupun tingkat profitabilitas,” ujarnya.

Dari sisi regulasi, industri menghadapi tantangan dari implementasi paralel POJK 23 terkait permodalan dan PSAK 117 yang berdampak langsung pada struktur keuangan perusahaan. “Ini menjadi tantangan tersendiri,” kata Budi.

Tekanan juga tercermin dari rasio teknis industri. Budi menyebut combined ratio asuransi umum masih tergolong tinggi, terutama pada perusahaan dengan ekuitas di bawah Rp1 triliun.

“Kalau yang sudah di atas Rp1 triliun rata-rata mereka bisa masuk di angka 90%,” ujarnya. Secara agregat, combined ratio industri berada di kisaran 89%, meski angka tersebut belum sepenuhnya mencerminkan tekanan yang dihadapi masing-masing perusahaan.

Kondisi serupa juga terjadi pada perusahaan reasuransi. Budi menyampaikan hasil underwriting reasuransi konvensional meningkat hingga 114,9% dengan beban usaha mencapai 20,5%. Di saat bersamaan, hasil investasi industri justru mengalami penurunan.

Baca Juga: OJK Prediksi Premi Asuransi Meningkat Imbas Lonjakan Perjalanan Wisatawan Domestik

Situasi tersebut mendorong perubahan strategi pengelolaan dana. “Terjadi pergeseran yang cukup signifikan dari deposito ke surat berharga negara (SBN),” kata Budi. Pergeseran ini dilakukan karena hasil underwriting belum mampu menutup biaya operasional sehingga profitabilitas masih bergantung pada investasi.

Dari sisi bisnis, pelemahan terlihat pada sejumlah lini utama. Hingga kuartal III-2025, asuransi umum masih didominasi oleh kelas usaha harta benda dengan kontribusi sekitar 20%, sementara asuransi kendaraan bermotor mengalami kontraksi signifikan.

“Kendaraan bermotor yang selama ini cukup baik, tapi di tahun 2025 ini menjadi kontraksi yang luar biasa,” ujar Budi. Kontraksi tersebut diperkirakan berlanjut pada 2026 seiring penurunan penjualan kendaraan dan perubahan preferensi pasar.

Baca Juga: OJK Ungkap Premi Industri Asuransi Capai Rp272 triliun Hingga Oktober 2025

Selain itu, kebijakan POJK 20 turut menekan ruang pertumbuhan asuransi kredit. “Banyak teman-teman di industri asuransi yang tidak bisa bermain lagi di asuransi kredit,” katanya. Kondisi ini mengubah peta kontribusi premi dan menekan pertumbuhan agregat industri.

Di segmen korporasi, tekanan datang dari penghematan anggaran perusahaan. “Di sektor korporasi ini memang mengalami defisit anggaran yang luar biasa, penghematan belanja asuransi,” ujar Budi.

Di luar aspek keuangan, industri juga menghadapi tantangan sumber daya manusia dan teknologi. Budi menilai kualitas SDM asuransi nasional masih tertinggal dibandingkan negara-negara ASEAN. Di saat yang sama, industri dituntut beradaptasi dengan pemanfaatan artificial intelligence, penguatan sistem informasi, serta peningkatan keamanan data.

Menghadapi kondisi tersebut, AAUI mendorong pencarian sumber pertumbuhan baru, termasuk pengembangan asuransi mikro dan asuransi berbasis parametrik. “Kita mendorong asuransi mikro ini untuk bertumbuh di tahun 2026,” kata Budi.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
AHY Minta Penyebab Kecelakaan Bus Semarang Segera Diinvestigasi
• 21 jam lalukatadata.co.id
thumb
Kapolri: Perkembangan Teknologi Digital Sangat Pesat, Ganggu Stabilitas jika Tak Disikapi dengan Bijak!
• 5 jam laluokezone.com
thumb
Detik-detik Mulan Jameela Salaman dengan Maia Estiany di Acara Gender Reveal Anak Al Ghazali, Reaksi Keduanya Disorot
• 8 jam lalugrid.id
thumb
Pemerintah Bangun Hunian Tetap di Tapanuli Selatan
• 2 jam lalukatadata.co.id
thumb
Top 5 Ekonomi: Harga BBM hingga Jadwal Libur Bursa di Natal dan Tahun Baru
• 10 jam lalumetrotvnews.com
Berhasil disimpan.