Target zero nett emission Indonesia makin tertunda. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan target puncak emisi bergeser dari sebelumnya tahun 2030, mundur menjadi 2035.
Dilansir laman Low Carbon Development Indonesia (LCDI), sektor transportasi menjadi penyumbang polusi udara yang signifikan, terutama di perkotaan, dengan kontribusi mencapai 32-57 persen dari total polusi udara.
Ruas jalan tol pun disebut-sebut menjadi salah satu titik dengan konsentrasi polusi tertinggi. Kombinasi emisi kendaraan serta minimnya vegetasi ikut andil “memperangkap” polutan lebih lama di udara.
Namun situasi penuh tantangan itu bukan berarti tanpa solusi. Ya, penanaman pohon trembesi di sepanjang jalur tol telah terbukti secara ilmiah dapat menekan emisi karbon akibat volume kendaraan yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Satu pohon trembesi diperkirakan mampu menyerap gas karbon yang dihasilkan oleh 15 orang. Penanaman trembesi yang terencana pun diperkirakan dapat mengurangi jejak karbon hingga 26 persen.
Selain dikenal karena kemampuannya menyerap karbon dalam jumlah besar, pohon berkanopi lebar ini juga dapat membantu menyaring polutan udara seperti debu, asap kendaraan, dan gas berbahaya, sehingga secara tidak langsung membantu memperbaiki kualitas udara di sekitarnya.
Banyaknya manfaat pohon trembesi inilah yang menjadi latar belakang Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) konsisten melakukan penanaman trembesi di sejumlah ruas tol sejak 2010. Melalui program Djarum Trees For Life, BLDF telah menanam lebih dari 173 ribu pohon di sepanjang jalur Pantai Utara sebagai salah satu nadi transportasi darat di Pulau Jawa.
Lalu, dampak apa saja yang terasa dari komitmen BLDF ini? Yuk, tonton selengkapnya di kumparan EXPLAINED di bawah ini!




