Jakarta, VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto memastikan, pemerintah Amerika Serikat (AS) telah memberikan pengecualian tarif ekspor bagi sejumlah komoditas unggulan Indonesia seperti teh, kakao, kopi, hingga kelapa sawit.
Hal itu merupakan salah satu hasil kesepakatan dari perundingan lanjutan terkait tarif perdagangan, yang telah digelar sejak April 2025 lalu antara pemerintah Indonesia dan pemerintah AS.
Airlangga menilai, capaian itu merupakan hal positif yang berhasil diraih Indonesia dari perundingan terkait tarif perdagangan dengan pemerintah Paman Sam, khususnya bagi sektor industri lokal sebagai pihak yang terdampak langsung kebijakan tarif resiprokal 19 persen tersebut.
"Dimana pemerintah AS memberikan pengecualian bagi tarif produk-produk unggulan kita, seperti misalnya minyak sawit, kopi, dan teh," kata Airlangga dalam telekonferensi pers, Selasa, 23 Desember 2025.
- [tangkapan layar]
Namun, Airlangga mengakui bahwa sebagai timbal baliknya, AS meminta akses untuk mendapatkan mineral kritis dari Indonesia seperti misalnya nikel, aluminium, litium, dan logam tanah jarang.
"AS sangat berharap untuk mendapatkan akses terhadap critical mineral (Indonesia)," ujar Airlangga.
Meski demikian, Airlangga mengklaim bahwa perjanjian yang telah disepakati Indonesia-AS itu bersifat komersial dan strategis, dan tentunya berimbang serta saling menguntungkan bagi perekonomian kedua negara.
Karenanya, setelah menggelar pertemuan dengan Ambassador United States Trade Representative (USTR), Jamieson Greer, Airlangga memastikan bahwa tengat waktu penyelesaian teknis dokumen Agreement on Reciprocal Trade (ART) itu akan diupayakan untuk bisa rampung dan siap diteken oleh Prabowo dan Trump sebelum akhir Januari 2026.
"Sehingga nantinya apa yang menjadi manfaat dari perjanjian ini juga akan bisa membuka akses pasar bagi kedua negara, dan dapat segera mendorong perekonomian di Indonesia," ujarnya.




