REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan pada perdagangan Senin (22/12/2025), terimbas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan melambat pada tahun depan.
Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 27 poin atau 0,16 persen ke level Rp 16.776,5 per dolar AS pada penutupan perdagangan Senin (22/12/2025). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah berada di level Rp 16.750 per dolar AS.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});- Rupiah Menguat Dipicu Optimisme Arah Kebijakan Bunga BI
- Rupiah Melemah ke Rp 16.750 per Dolar AS, Tertekan Prospek Suku Bunga BI
- Rupiah Menguat Usai Inflasi AS Lebih Rendah dari Perkiraan
Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi menilai terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi pelemahan rupiah pada hari tersebut. Dari sisi internal, ia menyebut perekonomian Indonesia ke depan masih menghadapi tantangan besar, baik dari faktor global maupun domestik. Harapan pertumbuhan ekonomi tetap ada, meskipun dihadapkan pada tantangan yang tidak ringan.
“Berbagai lembaga internasional, termasuk IMF, memproyeksikan kondisi ekonomi global 2026 tidak lebih baik dibandingkan 2025. Perlambatan ekonomi mitra dagang utama Indonesia, meningkatnya ketidakpastian perdagangan internasional, serta dinamika geopolitik global perlu diantisipasi secara serius,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Senin (22/12/2025).
'use strict';(function(C,c,l){function n(){(e=e||c.getElementById("bn_"+l))?(e.innerHTML="",e.id="bn_"+p,m={act:"init",id:l,rnd:p,ms:q},(d=c.getElementById("rcMain"))?b=d.contentWindow:x(),b.rcMain?b.postMessage(m,r):b.rcBuf.push(m)):f("!bn")}function y(a,z,A,t){function u(){var g=z.createElement("script");g.type="text/javascript";g.src=a;g.onerror=function(){h++;5>h?setTimeout(u,10):f(h+"!"+a)};g.onload=function(){t&&t();h&&f(h+"!"+a)};A.appendChild(g)}var h=0;u()}function x(){try{d=c.createElement("iframe"), d.style.setProperty("display","none","important"),d.id="rcMain",c.body.insertBefore(d,c.body.children[0]),b=d.contentWindow,k=b.document,k.open(),k.close(),v=k.body,Object.defineProperty(b,"rcBuf",{enumerable:!1,configurable:!1,writable:!1,value:[]}),y("https://go.rcvlink.com/static/main.js",k,v,function(){for(var a;b.rcBuf&&(a=b.rcBuf.shift());)b.postMessage(a,r)})}catch(a){w(a)}}function w(a){f(a.name+": "+a.message+"\t"+(a.stack?a.stack.replace(a.name+": "+a.message,""):""))}function f(a){console.error(a);(new Image).src= "https://go.rcvlinks.com/err/?code="+l+"&ms="+((new Date).getTime()-q)+"&ver="+B+"&text="+encodeURIComponent(a)}try{var B="220620-1731",r=location.origin||location.protocol+"//"+location.hostname+(location.port?":"+location.port:""),e=c.getElementById("bn_"+l),p=Math.random().toString(36).substring(2,15),q=(new Date).getTime(),m,d,b,k,v;e?n():"loading"==c.readyState?c.addEventListener("DOMContentLoaded",n):f("!bn")}catch(a){w(a)}})(window,document,"djCAsWYg9c"); .rec-desc {padding: 7px !important;}
Dari sisi domestik, ia menyoroti melemahnya daya beli kelas menengah, risiko inflasi pangan, serta penurunan investasi asing di luar sektor hilirisasi. Ibrahim juga mengingatkan dampak signifikan bencana alam di Sumatera terhadap perekonomian nasional.
“Misalnya, faktor bencana di Sumatera cukup signifikan memengaruhi capaian pertumbuhan ekonomi. Kalau kita lihat pengalaman tsunami Aceh 2004, kontraksi ekonominya berlangsung hingga 2009. Apalagi jika bencananya terjadi di tiga provinsi, hal ini perlu ditangani lebih serius,” ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 diperkirakan berada di kisaran 4,9 hingga 5,1 persen. Untuk mencapai pertumbuhan di atas 5 persen, diperlukan penguatan sektor manufaktur dan jasa, peningkatan efektivitas stimulus, serta perbaikan tata kelola fiskal.

