FAJAR, MAKASSAR—General Manager Angkasa Pura Indonesia Bandara Sultan Hasanuddin, Minggus E.T. Ganduguai berharap travel umrah memanfaatkan fasilitas dan layanan Lounge Umroh dan Pengantar di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar dengan baik.
Harapan itu ia sampaikan pada Coffee Morning Angkasa Pura Indonesia yang dirangkaikan dengan rapat koordinasi peningkatan pelayanan bandara, Selasa, 23 Desember 2025.
Acara ini dihadiri Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Haji dan Umrah Sulsel, H. Ikbal Ismail, S.Ag., MA, pihak InJourney, Amanah Trans Service, dan 73 travel umrah.
Kegiatan ini berlangsung di Lounge Umroh dan Pengantar (PT Amanah Trans Service) di Area Checkin Island F Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.
Menurut Minggus, data statistik menunjukkan 93 persen masyarakat Sulsel adalah Muslim.
Ini kata dia menjadi sesuatu yang luar biasa, khususnya karena didukung budaya umrah dan pengantaran yang sudah dikenal publik.
“Secara agama, itu menuntun kita untuk menjadikannya satu potensi mengembangkan bandara. Di sini, masalah haji dan umrah menjadi hal yang luar biasa. Saya dan teman-teman sebagai pengelola bandara harusnya memfasilitasi itu,” katanya.
Minggus menegaskan, jemaah umrah adalah tamu-tamu Allah yang harus dijaga.
“Kita berikan layanan yang terbaik sehingga tidak menjadi sesuatu yang pelayanannya kurang bagus. Sampai di sana (Arab Saudi) lelah, sakit, ini akan menjadi sesuatu ketidaknikmatan yang kita dapatkan,” ujarnya.
Ia mengaku bahwa dalam satu tahun 6 bulan ia bertugas, ia memperhatikan adanya kondisi yang belum sesuai harapan.
“Kasihan, orang tua bawa nasi box. Tidak etis. Apalagi tamu Allah. Makanya, ini dibuatkan lounge jemaah dan pengantar,” ujarnya.
Bagi Minggus, dengan layanan ini, Jemaah dan pengantar masih bisa bersama bahkan hingga persiapan boarding.
Bahkan, ia berharap ke depan, mereka bisa menggandeng pihak Imigrasi.
“Kalau bisa kerjama dengan Imigrasi, kemudian bisa proses imigrasinya di sini sehingga orang tua itu tidak jalan. Menunggu itu membosankan. Membuat orang stres. Akhirnya bolak-balik toilet. Makanya, ini kita buat,” tegasnya.
Ke depan kata Minggus, mereka akan terus menambah fasilitas pendukung demi memberi kenyamanan pada jemaah.
“Ke depan, kita akan siapkan musala juga. Jadi mari kita sama-sama manfaatkan fasilitas ini dengan baik,” katanya.
Minggus berharap, Makassar bisa menjadi jalur umrah terbaik di Tanah Air. “Makanya, kita berharap pengelola, travel, kita sama-sama mewujudkan impian yang saya inginkan ini,” ujarnya.
“Nanti kita branding di depan sana suasana Makassar. Saya mau seperti itu. Jadi, baik domestik maupun internasional mari kita pakai ini. Karena jamaah Bapak Ibu nantinya punya jalur khusus. Termasuk menyelesaikan masalah kalau ada masalah jemaah. Ini bisa jadi titik kumpul. Datang langsung masuk di sini. Pengantarnya juga bisa masuk,” lanjutnya.
Ditegaskan Minggus, budaya dan culture masyarakat Sulsel harus bisa dimaksimalkan potensinya. “Budaya dan culture kita tertangani dengan baik, menjadi sesuatu yang bermanfaat,” katanya.
Harapan Minggus, jika fasilitas yang ada dikelola bagus dan dimanfaatkan secara maksimal, jemaah akan merasa nyaman sehingga mereka bisa khusyuk beribadah.
“Kita ingin seperti ini. Jemaah tidak lelah dan bisa khusyuk beribadah di sana. Saya ingin melihat dari awal hingga akhir bagus. Saya juga nanti akan siapkan untuk kedatangan umrah,” ungkapnya.
Namun, menurutnya, untuk bisa menambah fasilitas, mereka harus sukses lebih dulu. “Yang penting kita sukses. Jangan nanti terbengkalai. Siapa yang sukseskan, ya Bapak Ibu sekalian. Kita jalan sama-sama. Manfaatkan ini dengan baik,” tegasnya. (amr)





