PEMERINTAHAN Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik kembali lebih dari dua lusin diplomat karier dari posisi duta besar dan jabatan senior lain di berbagai negara. Ini sebagai bagian dari upaya menegakkan kepatuhan terhadap agenda America First. Hal ini disampaikan dari keterangan pejabat AS saat ini dan mantan pejabat.
Seorang sumber yang mengetahui proses tersebut mengatakan bahwa dalam sebulan ke depan pemerintah akan menarik puluhan diplomat karier dari pos luar negeri, menandai perombakan terbaru di Departemen Luar Negeri AS. Lebih dari dua lusin diplomat senior menerima pemberitahuan untuk meninggalkan jabatannya dalam waktu sekitar satu bulan.
Menurut American Foreign Service Association (AFSA), serikat yang mewakili diplomat dan pegawai dinas luar negeri AS, para diplomat yang terdampak mengaku diberi tahu melalui panggilan telepon bahwa mereka akan dicopot dari jabatan mereka secara mendadak, tanpa penjelasan.
"Metode ini sangat tidak lazim," kata juru bicara AFSA kepada ABC News, Selasa (23/12). "Ini bukan praktik normal. Diplomat dan duta besar karier biasanya tidak ditarik kembali dengan cara ini. Kurangnya transparansi dan proses ini sangat bertentangan dengan norma yang telah lama berlaku," ujarnya.
Sebagian besar duta besar yang terkena penarikan kembali bertugas di Afrika, meski langkah tersebut juga memengaruhi pos diplomatik AS di Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Belahan Barat.
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri menyebut penarikan kembali itu sebagai proses standar dalam pemerintahan mana pun.
"Seorang duta besar adalah perwakilan pribadi Presiden dan merupakan hak Presiden untuk memastikan bahwa ia memiliki individu di negara-negara ini yang memajukan agenda America First," kata pejabat tersebut.
Departemen Luar Negeri menolak memberikan rincian mengenai jumlah maupun nama duta besar yang terdampak.
AFSA juga menegaskan belum ada daftar resmi dan terverifikasi terkait diplomat yang ditarik kembali. Menurut AFSA, sejumlah daftar beredar yang tampaknya dihimpun dari berbagai sumber di dalam dan luar departemen.
Politico pertama kali melaporkan pemecatan para diplomat tersebut.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya pemerintahan Trump membentuk ulang Departemen Luar Negeri agar lebih selaras dengan prioritas America First.
Penarikan kembali ini menyusul pemberhentian lebih dari 1.300 pegawai sipil dan lebih dari 240 petugas dinas luar negeri awal tahun ini. Ini disebut sebagai reorganisasi besar untuk meningkatkan efisiensi dan merampingkan ukuran pemerintahan.
Dalam praktiknya, presiden baru biasanya mengganti duta besar yang ditunjuk secara politis. Namun, diplomat karier umumnya tetap diizinkan melanjutkan tugas mereka.
AFSA mengecam langkah tersebut dan menyebutnya mengirimkan sinyal yang menakutkan kepada diplomat karier bahwa sumpah mereka kepada Konstitusi dikesampingkan demi loyalitas politik.
"Pencopotan diplomat senior tanpa alasan yang jelas merusak kredibilitas AS di luar negeri dan mengirimkan sinyal yang menakutkan kepada Dinas Luar Negeri profesional, pengalaman dan sumpah setia kepada Konstitusi dikesampingkan demi loyalitas politik. Ini bukan cara Amerika memimpin," kata pernyataan AFSA.
AFSA menilai penarikan kembali ini mencerminkan erosi berkelanjutan terhadap norma, transparansi, dan independensi profesional dalam Dinas Luar Negeri.
"Penarikan kembali yang tiba-tiba dan tanpa penjelasan mencerminkan pola sabotase institusional dan politisasi yang sama, yang menurut data survei kami telah merusak moral, efektivitas, dan kredibilitas AS di luar negeri," kata juru bicara tersebut.
AFSA menyatakan saat ini bekerja sama dengan berbagai mitra untuk mengonfirmasi nama-nama diplomat yang terdampak satu per satu melalui kontak langsung. (I-2)





