FAJAR, MAKASSAR — Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin, Prof. Sukri Palutturi, SKM, M.Kes., MSc.PH, Ph.D., memberikan perspektif akademik terkait upaya mewujudkan Lansia SMART di era aging population dalam Talk Show Televisi bertema “Mewujudkan Lansia SMART di Era Aging Population” yang disiarkan langsung dari Studio Fajar TV, mulai pukul 10.00 WITA hingga selesai.
Kegiatan ini merupakan undangan resmi dari Badan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (BKKBN) Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan. Prof. Sukri dihadirkan sebagai narasumber untuk memberikan pandangan ilmiah mengenai tantangan dan strategi pembangunan lansia di Indonesia.
Dalam pemaparannya, Prof. Sukri Palutturi menegaskan bahwa Indonesia telah memasuki era aging population, yang ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia, sementara kesiapan sistem dan lingkungan belum sepenuhnya mengikuti dinamika tersebut.
“Indonesia telah memasuki era aging population, namun kesiapan sistem pelayanan dan lingkungan ramah lansia masih perlu diperkuat,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya pendekatan healthy ageing dalam merespons fenomena tersebut. Menurutnya, tantangan penuaan penduduk tidak cukup dijawab dengan memperpanjang usia harapan hidup semata, melainkan dengan memperpanjang usia sehat agar lansia tetap mandiri dan bermartabat.
“Tantangan penuaan penduduk harus dijawab bukan hanya dengan memperpanjang umur, tetapi dengan memperpanjang usia sehat,” tegasnya.
Terkait konsep Lansia SMART, Prof. Sukri menjelaskan bahwa lansia tidak seharusnya diposisikan hanya sebagai objek perawatan, melainkan sebagai subjek pembangunan. Lansia SMART, lanjutnya, adalah lansia yang sehat secara fisik dan mental, mandiri, aktif secara sosial, serta adaptif terhadap perkembangan teknologi.
Selain itu, ia menyoroti pentingnya penguatan layanan primer, komunitas, dan penciptaan lingkungan ramah lansia. Menurutnya, puskesmas, kader kesehatan, keluarga, dan lingkungan sekitar harus menjadi bagian dari sistem pendampingan berkelanjutan bagi lansia.
“Layanan berbasis komunitas adalah kunci agar lansia dapat tetap sehat dan berdaya di usia lanjut,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Prof. Sukri Palutturi menegaskan peran strategis perguruan tinggi dalam mendukung implementasi konsep Lansia SMART. Ia menekankan bahwa perguruan tinggi harus memastikan konsep tersebut tidak berhenti sebagai jargon, melainkan diwujudkan dalam program berbasis bukti yang dapat diintegrasikan dan direplikasi, khususnya dalam program-program BKKBN.
“Perguruan tinggi memiliki tanggung jawab akademik untuk memastikan konsep Lansia SMART benar-benar aplikatif dan berdampak,” pungkasnya. (*/)



