Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak mentah menguat setelah pelaku pasar menimbang data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari perkiraan serta meningkatnya risiko gangguan pasokan minyak dari Venezuela dan Rusia.
Melansir Reuters pada Rabu (24/12/2025), harga minyak berjangka jenis Brent naik 31 sen atau 0,5% ke level US$62,38 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 37 sen atau 0,64% menjadi US$58,38 per barel.
Pada perdagangan Senin lalu, harga minyak melonjak lebih dari 2%. Brent mencatatkan kenaikan harian terbesar dalam dua bulan terakhir, sementara WTI membukukan penguatan tertajam sejak 14 November.
Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS dalam estimasi awal produk domestik bruto (PDB) kuartal III menyatakan ekonomi AS tumbuh lebih cepat dari perkiraan. Pertumbuhan tersebut didorong oleh belanja konsumen yang tetap solid.
“Pasar sedang mencoba menilai apakah harus lebih optimistis terhadap permintaan yang didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang kuat, atau justru khawatir The Fed harus mengerem pertumbuhan tersebut untuk mengendalikan inflasi,” ujar analis senior Price Futures Group, Phil Flynn.
Namun, sejumlah indikator lain menunjukkan gambaran ekonomi yang beragam. Data Selasa menunjukkan kepercayaan konsumen AS memburuk pada Desember di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap lapangan kerja dan pendapatan. Di sisi lain, produksi pabrik stagnan pada November setelah mengalami penurunan pada Oktober.
Baca Juga
- Mentan Temukan Minyakita Dijual di Atas HET di Pasar Wonokromo
- Harga Minyak Dunia Memanas Efek Gangguan Pasokan Mengintai
- Mentan Ancam Cabut Izin 2 Produsen Minyakita Gegara Langgar HET
Selain faktor permintaan, investor juga mencermati potensi gangguan pasokan minyak dari Venezuela. Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengumumkan pemblokiran seluruh kapal tanker minyak yang berada di bawah sanksi yang keluar masuk Venezuela, kebijakan yang membuat pemilik kapal semakin waspada.
“Dengan kapasitas penyimpanan yang semakin menyusut di Venezuela, risiko negara tersebut harus menghentikan sebagian produksi semakin meningkat,” ujar analis UBS, Giovanni Staunovo.
Aktivitas pemuatan tanker di Venezuela dilaporkan melambat. Sebagian besar kapal kini hanya mengangkut minyak antar pelabuhan domestik setelah AS mengambil tindakan terhadap lebih banyak kapal.
Gangguan pasokan dari Rusia juga turut menopang harga minyak. Pasukan Rusia dilaporkan menyerang pelabuhan Odesa di Laut Hitam pada Senin malam, merusak fasilitas pelabuhan dan sebuah kapal.
Serangan tersebut merupakan yang kedua di kawasan itu dalam kurun kurang dari 24 jam. Sementara itu, serangan drone Ukraina merusak dua kapal, dua dermaga, serta memicu kebakaran di sebuah desa di wilayah Krasnodar, Rusia.
Ukraina juga menargetkan logistik maritim Rusia, termasuk kapal tanker minyak armada bayangan yang berupaya menghindari sanksi internasional terhadap Moskow.
Meski demikian, Barclays dalam catatan terbarunya menyatakan pasar minyak global diperkirakan masih berada dalam kondisi pasokan yang memadai pada paruh pertama 2026.
Namun, bank tersebut memperkirakan surplus minyak akan menyusut menjadi sekitar 700.000 barel per hari pada kuartal IV/2026. Gangguan pasokan yang berkepanjangan berpotensi semakin memperketat pasar minyak global.




:strip_icc()/kly-media-production/medias/5431444/original/026544600_1764738844-IMG_4825.jpeg)
