Dokter: Terkadang Parenting VOC Diperlukan Jika Terkait Keselamatan Anak

kumparan.com
8 jam lalu
Cover Berita

Banyak orang tua masih bingung menentukan kapan harus bersikap tegas dan kapan memberi kebebasan pada anak. Padahal, pola asuh yang seimbang penting agar anak memahami batasan tanpa merasa dikekang.

Dokter Spesialis Anak, dr. Damar Prasetya Ajie Putra, M.Sc., Sp.A, mengingatkan bahwa parenting sebaiknya tidak dilakukan secara ekstrem, melainkan dengan pendekatan yang seimbang agar anak memahami batasan sekaligus merasa aman.

Konsep Parenting Lampu Merah, Kuning, dan Hijau Menurut Dokter

Menurut dr. Damar, salah satu cara sederhana untuk menerapkan pola asuh yang seimbang adalah dengan konsep “lampu merah, kuning, dan hijau”. Pendekatan ini membantu anak memahami mana hal yang benar-benar dilarang, mana yang masih bisa didiskusikan, dan mana yang boleh dilakukan dengan bebas.

Dengan begitu, anak akan melihat orang tuanya bukan sebagai sosok yang selalu melarang, tetapi juga bukan yang membiarkan tanpa aturan.

-Lampu Merah

Lampu merah berarti aturan yang bersifat tegas dan tidak bisa ditawar, terutama yang berkaitan dengan keselamatan. Orang tua perlu sepakat dalam hal ini, baik ayah maupun ibu.

“Lampu merah itu kita harus pakat sama mom and dad-nya. Jadi kalau untuk urusan berbahaya, ya kita harus lampu merah. Parenting VOC-nya keluar gitu ya,” ucapnya dalam acara Product Launching Baby Happy Soft & Comfort di Jakarta Barat, Minggu (21/12).

Misalnya, ketika anak melakukan aktivitas berbahaya seperti naik tangga yang berisiko, orang tua tidak perlu ragu untuk melarang dengan tegas. Meski anak menangis atau protes, aturan lampu merah tetap harus ditegakkan demi keselamatan anak.

-Lampu Hijau

Sebaliknya, ada juga situasi yang masuk kategori lampu hijau, yaitu ketika anak boleh mengekspresikan keinginannya. Contohnya soal pilihan pakaian yang menurut orang tua terlihat kurang serasi, tetapi anak sudah merasa nyaman dan percaya diri. Dalam kondisi seperti ini, orang tua bisa memberi kebebasan agar anak belajar mengambil keputusan dan mengekspresikan diri.

“Lampu hijau itu kadang ya, misalnya mau ke mal terus, ‘aduh anak saya kok bajunya nggak nyambung yang atas sama bawah gitu ya’. tapi kan kadang dia udah suka, yaudah. Jangan ragu untuk kasih juga kebebasan,” tegas dr. Damar.

-Lampu Kuning

Sementara itu, lampu kuning menjadi zona tengah di mana orang tua dan anak bisa berdiskusi. Misalnya saat anak ingin mengenakan pakaian tertentu ke acara formal, orang tua dapat mengajak anak berdialog, memberi alasan, dan bersama-sama mencari pilihan yang paling sesuai. Dari proses ini, anak belajar berargumen, bernegosiasi, dan memahami aturan yang berlaku di keluarga maupun masyarakat.

Melalui konsep lampu merah, kuning, dan hijau, orang tua dapat menerapkan pola asuh yang jelas, konsisten, dan penuh komunikasi. Anak pun tumbuh dengan pemahaman bahwa dalam hidup ada batasan yang harus dipatuhi, ruang untuk berdiskusi, serta kebebasan yang tetap bertanggung jawab.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
3 Pemain Terbaik Timnas Indonesia di Sepanjang 2025 Versi Bola.com: Jay Idzes Terus Meroket!
• 12 jam lalubola.com
thumb
Prabowo Saksikan Penyerahan Hasil Denda Kawasan Hutan, Total Rp 6,6 Triliun
• 4 jam lalukompas.com
thumb
Malut United Punya Kans Juara BRI Super League, Hendri Susilo: Kami Mengalir Saja
• 2 jam lalubola.com
thumb
Melihat Diversifikasi Ekonomi di Timur Tengah, Tidak Lagi Dari Minyak?
• 15 jam lalukumparan.com
thumb
Sinopsis Drama China Blend Feelings, Kisah Zhang Chu Han Melawan Takdir Lewat Cinta dan Balas Dendam
• 11 jam lalugrid.id
Berhasil disimpan.