MANTAN Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, mendapatkan izin khusus dari Mahkamah Agung Brasil untuk meninggalkan sel tahanannya guna menjalani prosedur medis. Berdasarkan dokumen pengadilan, Bolsonaro dijadwalkan menjalani operasi hernia tepat pada Hari Natal, 25 Desember 2024.
Hakim Mahkamah Agung, Alexandre de Moraes, memberikan lampu hijau pada Selasa waktu setempat agar pria berusia 70 tahun tersebut dipindahkan ke rumah sakit pada Rabu. Langkah ini diambil menyusul komplikasi kesehatan berkepanjangan yang dialami Bolsonaro sejak insiden penikaman perut yang menimpanya saat kampanye kepresidenan tahun 2018.
Kondisi kesehatan pemimpin sayap kanan ini memang terus menurun dalam beberapa bulan terakhir. Pada April lalu, ia sempat menjalani operasi usus. Kemudian pada November, Hakim Moraes menginstruksikan agar Bolsonaro mendapatkan perawatan medis penuh waktu selama di dalam tahanan.
Melalui unggahan di media sosial X, putra sang mantan presiden, Flavio Bolsonaro, meminta dukungan publik. "Teruslah berdoa untuk presiden," tulisnya dalam keterangan video yang diunggah pada Rabu.
Hukuman 27 Tahun dan Gejolak PolitikSaat ini, Bolsonaro tengah menjalani masa hukuman 27 tahun penjara di penjara polisi federal di Brasilia. Ia dinyatakan bersalah pada September lalu atas dakwaan merencanakan kudeta setelah kekalahannya dari rival sayap kiri, Luiz Inacio Lula da Silva, pada pemilu 2022.
Meski berada di balik jeruji, dinamika politik seputar dirinya tetap memanas. Baru-baru ini, puluhan ribu warga turun ke jalan di kota-kota besar Brasil untuk memprotes sebuah rancangan undang-undang (RUU) yang dinilai dapat memangkas masa hukuman Bolsonaro secara drastis dari 27 tahun menjadi kurang dari tiga tahun.
Parlemen Brasil yang didominasi kelompok konservatif telah meloloskan RUU tersebut pekan lalu. Namun, Presiden Luiz Inacio Lula da Silva menyatakan dengan tegas akan menentang kebijakan tersebut.
"Dengan segala hormat kepada Kongres, ketika (RUU) itu sampai di meja saya, saya akan memvetonya," ujar Lula kepada jurnalis pekan lalu. Meski demikian, ia mengakui bahwa hak veto tersebut bisa saja dibatalkan kembali oleh Kongres.
Di kancah internasional, situasi ini menarik perhatian Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump, yang sebelumnya menyebut penyelidikan terhadap sekutu politiknya itu sebagai "perburuan penyihir". Bersamaan dengan dinamika ini, Amerika Serikat dikabarkan telah mencabut sanksi yang sebelumnya dijatuhkan kepada Hakim Alexandre de Moraes pada Juli lalu. (BBC/Z-2)


:strip_icc()/kly-media-production/medias/5437191/original/096085100_1765240420-7983aa61-dd3b-4a18-9273-42e9544bf8e8.jpeg)


