Harga Beras Dunia Anjlok, Pengamat: Bukan karena Indonesia Tak Impor

mediaindonesia.com
7 jam lalu
Cover Berita

HARGA beras di pasar dunia dilaporkan mengalami penurunan drastis hingga lebih dari 40% dibandingkan tahun lalu. Merespons hal itu, pengamat pertanian Khudori membantah bahwa anggapan penurunan harga beras terjadi karena Indonesia tidak melakukan impor beras pada tahun ini.

 

Khudori menjelaskan, penurunan harga beras global merupakan bagian dari siklus fluktuasi yang lazim terjadi dan lebih dipengaruhi oleh kondisi pasokan dan produksi global, bukan semata-mata karena kebijakan impor Indonesia.

 

“Data Bank Dunia dan Index Mundi menunjukkan harga beras Thailand broken 5 persen tertinggi terjadi pada Januari 2024 sebesar sekitar 660 dolar AS per ton. Pada November 2025 harganya turun menjadi sekitar 368 dolar AS per ton, atau turun sekitar 44 persen,” kata Khudori, Rabu (24/12).

 

Penurunan harga serupa, sambung dia, juga terjadi pada beras Vietnam, Pakistan, dan India dengan kualitas patahan 5 persen. Menurut Khudori, kondisi ini menegaskan bahwa turunnya harga beras dunia terjadi secara luas dan tidak spesifik dipicu oleh satu negara.

 

Ia menjelaskan, secara historis harga beras dunia cenderung berada di kisaran US$400 dolar (sekitar Rp6,6, juta) per ton apabila tidak terjadi gangguan pasokan. Sebaliknya, harga melonjak saat terjadi guncangan, seperti pembatasan ekspor oleh India yang merupakan eksportir beras terbesar dunia dengan pangsa sekitar 40%. “Ketika India membatasi ekspor, baik saat pandemi covid-19 maupun setelahnya, harga beras global langsung meroket,” ujarnya.

 

Memasuki 2025, harga ekspor beras patahan 5 persen di hampir seluruh negara eksportir utama justru konsisten menurun. Berdasarkan data FAO dan Bank Dunia, harga beras India turun sekitar 19%, Thailand 17,6%, Amerika Serikat 20,7%, Pakistan 22,3%, hingga Argentina yang turun hampir 39%.

 

Faktor Utama Penurunan Harga Beras

hudori menilai, faktor utama penurunan harga beras adalah membaiknya produksi beras global. FAO memperkirakan produksi beras dunia 2024/2025 mencapai 549,9 juta ton, naik 2,74% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan terbesar terjadi di India, disusul Thailand, Brasil, Indonesia, dan Amerika Serikat.

 

“Dengan produksi yang meningkat, suplai beras global juga naik signifikan. Sementara itu, permintaan beras dunia justru terus meningkat dan mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah,” jelasnya.

 

Terkait peran Indonesia, Khudori menegaskan bahwa Indonesia bukan importir beras terbesar dunia yang rutin setiap tahun. Berdasarkan data Bank Dunia periode 2018–2024, Indonesia berada di peringkat keempat importir beras dunia secara rata-rata, namun impor dalam jumlah besar hanya terjadi pada tahun-tahun tertentu, seperti 2023 dan 2024 akibat tekanan El Nino terhadap produksi.

 

Selain itu, meski tahun ini tidak ada penugasan impor beras kepada Perum Bulog, Indonesia tetap mengimpor beras khusus oleh swasta, seperti beras basmati, japonica, dan beras untuk industri, dengan volume ratusan ribu ton. Ke depan, Khudori menilai pekerjaan rumah terbesar pemerintah adalah memperkuat fondasi produksi beras nasional agar berkelanjutan.

 

“Produksi beras tahun ini naik dua digit, tetapi lebih banyak disumbang oleh penambahan luas panen dan faktor cuaca yang mendukung, bukan peningkatan produktivitas. Pertanyaannya, apakah kondisi ini bisa dipertahankan?,” pungkasnya. (M-1)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Dolar Melempem di Tengah Gairah Ekonomi AS
• 12 jam lalumetrotvnews.com
thumb
UMK Makassar 2026 Naik Jadi Rp4,14 Juta, UMP Rp3,92 Juta
• 3 jam lalucelebesmedia.id
thumb
Catat! Ganjil genap Jakarta tak diberlakukan pada 3 tanggal ini
• 17 jam laluantaranews.com
thumb
AHY Pesankan Tim Liputan TVRI Utamakan Keselamatan dan Jaga Kualitas Informasi Selama Nataru
• 8 jam lalutvrinews.com
thumb
Efisiensikan Anggaran, Menag Larang Pejabat ke Luar Negeri Pakai APBN
• 23 jam lalukumparan.com
Berhasil disimpan.