Ekspor dan Konsumsi Meningkat, Ekonomi AS Tumbuh 4,3 Persen Kuartal III 2025

kumparan.com
11 jam lalu
Cover Berita

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) pada kuartal III 2025 menjadi yang tercepat dalam dua tahun terakhir. Kenaikan terutama ditopang oleh kuatnya pengeluaran konsumen serta lonjakan ekspor.

Mengutip Reuters, Produk Domestik Bruto (PDB) AS tumbuh 4,3 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Kuartal III 2025. Capaian ini menjadi yang tercepat sejak Kuartal III 2023 dan jauh melampaui proyeksi awal ekonom yang memperkirakan pertumbuhan hanya 3,3 persen. Angka tersebut juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Kuartal II 2025 yang tercatat sebesar 3,8 persen.

Dari sisi pendapatan, ekonomi AS tumbuh lebih moderat, yakni 2,4 persen, melambat dari 2,6 persen pada Kuartal II 2025. Sementara itu, permintaan domestik meningkat 3,0 persen, relatif stabil dibandingkan kuartal sebelumnya.

Data ekonomi AS sempat tertahan selama sekitar dua bulan akibat penutupan pemerintahan (government shutdown). Meski demikian, Departemen Perdagangan AS pada Selasa (23/12) melaporkan penguatan PDB Kuartal III juga mencerminkan berlanjutnya investasi bisnis, terutama pada peralatan dan pengembangan Artificial Intelligence (AI). Belanja pemerintah, yang sebagian besar dialokasikan untuk sektor pertahanan, turut memberikan dorongan tambahan terhadap pertumbuhan.

Di sisi lain, sektor perumahan masih menjadi faktor penahan laju ekonomi. Ketersediaan perumahan dan pengeluaran terkait pembangunan serta penjualan rumah tercatat melemah dan menekan pertumbuhan PDB.

Pengeluaran konsumen menjadi motor utama ekonomi dengan kenaikan 3,5 persen pada Kuartal III 2025, laju terkuat sejak Kuartal IV 2024. Angka ini meningkat signifikan dibandingkan pertumbuhan 2,5 persen pada Kuartal II 2025. Kenaikan konsumsi didorong oleh belanja rumah tangga untuk barang rekreasi, kendaraan, serta perjalanan internasional.

Selain itu, konsumsi juga meningkat berkat belanja barang tidak tahan lama seperti makanan untuk konsumsi di rumah, obat resep, pakaian, dan alas kaki. Pengeluaran untuk layanan kesehatan, termasuk rawat jalan, rumah sakit, dan panti jompo, turut menunjukkan peningkatan.

Meski ekonomi tampil solid, para ekonom menilai aktivitas ekonomi AS menunjukkan pola berbentuk K. Dalam pola ini, rumah tangga berpenghasilan tinggi dan perusahaan besar menjadi pendorong utama pertumbuhan, sementara kelompok berpenghasilan rendah dan menengah tertinggal.

Para ekonom mengaitkan fenomena tersebut dengan kebijakan Presiden Donald Trump, termasuk penerapan tarif impor agresif yang mendorong kenaikan harga. Lonjakan pasar saham dan harga rumah yang tetap tinggi dinilai melindungi rumah tangga berpenghasilan tinggi dari tekanan inflasi. Sebaliknya, rumah tangga berpenghasilan rendah dan menengah menghadapi keterbatasan daya beli dan kesulitan mencari substitusi barang.

Kondisi serupa juga dialami dunia usaha. Perusahaan besar dinilai memiliki sumber daya yang cukup untuk menyerap kenaikan biaya akibat bea impor, sementara usaha kecil kesulitan bertahan. Usaha kecil juga menghadapi tantangan berkurangnya pasokan tenaga kerja murah di tengah pengetatan kebijakan imigrasi.

“Ekonomi berbentuk K sedang kita hadapi. Baik pengeluaran rumah tangga berpenghasilan tinggi maupun belanja modal (capex) teknologi tampaknya tidak melemah dan kemungkinan besar akan terus mendorong pertumbuhan pada tahun 2026,” ujar Kepala Ekonom Internasional ING, James Knightley, dikutip dari Reuters, Rabu (24/12).

Kinerja ekonomi yang kuat pada kuartal lalu, ditambah inflasi yang masih tinggi, menjadi alasan bagi sebagian ekonom untuk menentang rencana Federal Reserve memangkas suku bunga lagi pada Januari dan periode setelahnya.

Meski demikian, sejumlah indikator mulai menunjukkan tanda perlambatan. Penjualan ritel tercatat stagnan pada Oktober, sementara pembelian kendaraan bermotor menurun dalam dua bulan terakhir. Kepercayaan konsumen juga memburuk, di tengah pertumbuhan pendapatan riil yang stagnan dan tingkat tabungan rumah tangga yang turun mendekati level akhir 2022.

Ke depan, risiko masih membayangi. Lembaga Anggaran Kongres AS (Congressional Budget Office/CBO) memperkirakan penutupan pemerintahan baru-baru ini berpotensi memangkas PDB Kuartal IV antara 1,0 hingga 2,0 poin persentase. Sebagian besar dampak tersebut diperkirakan akan pulih, meski CBO menilai sekitar USD 7 miliar hingga USD 14 miliar kerugian ekonomi tidak akan kembali.

Merespons data tersebut, saham-saham di Wall Street diperdagangkan menguat. Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS (Treasury) jangka pendek tercatat naik.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
NewJeans Raih 800 Juta Streaming dengan Super Shy di Spotify
• 7 jam laluparagram.id
thumb
Hati-hati Kena Tennis Elbow! Ini 5 Cara Mencegah Cedera Siku saat Main Padel dengan Intensitas Tinggi
• 23 jam lalutvonenews.com
thumb
Wamenhaj Dorong Asrama Haji Jadi Pusat Ekonomi Daerah
• 4 jam lalurepublika.co.id
thumb
Pegadaian Championship: Naik Meja Operasi, Kapten PSS Asal Brasil Akhiri Musim Lebih Cepat
• 16 jam lalubola.com
thumb
Jorge Martin Nyaris Pensiun dari MotoGP, Kini Siap Balas Dendam Pakai Aprilia di 2026
• 1 jam laluviva.co.id
Berhasil disimpan.