UMI Tambah Tiga Guru Besar, Kini Punya 114 Profesor

harianfajar
8 jam lalu
Cover Berita

FAJAR, MAKASSAR — Universitas Muslim Indonesia (UMI) terus meneguhkan posisinya sebagai salah satu pusat pengembangan keilmuan terkemuka di Tanah Air.

Hingga 24 Desember 2025, UMI resmi mencatatkan capaian 114 guru besar, sebuah angka yang menempatkan UMI sebagai perguruan tinggi swasta dengan jumlah profesor terbanyak di Indonesia.

Capaian tersebut kembali bertambah setelah UMI mengukuhkan tiga guru besar baru dari lintas disiplin ilmu. Di Auditorium Aljibra Kampus UMI, Jl Urip Sumoharjo Makassar, 24 Desember.

Pengukuhan ini menjadi bukti konsistensi UMI dalam membangun tradisi akademik yang kuat, berkelanjutan, dan berorientasi pada kemaslahatan umat.

Salah satu guru besar yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Muhammad Ikhtiar, SKM., M.Kes dari Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. Dalam orasi ilmiahnya, ia mengangkat judul “Dari Rumah ke Ruang Publik: Menata Ulang Determinan Sosial sebagai Paradigma Baru dalam Lanskap Pengendalian Kualitas Kesehatan Lingkungan”.

Prof. Muhammad Ikhtiar menegaskan bahwa kesehatan lingkungan tidak dapat dipahami semata sebagai persoalan teknis, administratif, atau sekadar pengukuran polutan dan sanitasi.

Menurutnya, kesehatan lingkungan adalah isu keadilan sosial yang mencerminkan relasi manusia dengan alam, sesama, serta nilai-nilai kemanusiaan.

“Ketika lingkungan rusak, yang tercemar bukan hanya air dan udara, tetapi juga hati nurani kolektif kita. Di sinilah urgensi paradigma determinan sosial, yang menempatkan keadilan sebagai fondasi utama dalam memahami dan mengendalikan kualitas kesehatan lingkungan,” ujarnya.

Ia menambahkan, kesehatan bukan hanya hasil intervensi medis, melainkan refleksi dari struktur sosial yang dibangun bersama. Faktor pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, hingga kondisi sosial menjadi penentu utama derajat kesehatan masyarakat.

“Sehingga ilmu kesehatan masyarakat harus berpihak pada kelompok rentan dan termarjinalkan,” ucapnya.

Guru besar lainnya berasal dari Fakultas Sastra, Bidang Ilmu Komunikasi dan Pendidikan, Prof. Dr. Muliadi, M.Hum. Dalam orasi ilmiahnya, ia membahas teks puisi sebagai rujukan untuk merunut dan memaknai nilai-nilai sosial, religiusitas, serta kearifan alam melalui kajian hermeneutika sastra.

Prof. Muliadi menjelaskan bahwa puisi merupakan medium komunikasi otonom yang lahir dari pertemuan antara pengalaman batin penyair, bahasa, pembaca, serta konteks ruang dan waktu.

“Setelah puisi hadir, ia tidak lagi sepenuhnya bergantung pada penyair, melainkan hidup melalui proses pemaknaan pembacanya,”ucapnya.

Menurutnya, perbedaan tafsir antara pembaca dan penyair bukanlah kesalahan, melainkan keniscayaan dalam proses apresiasi sastra.

“Puisi justru menjadi ruang dialog batin untuk menangkap pesan, nilai, dan makna yang terinskripsi dalam tanda-tanda bahasa,” ucapnya.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Sastra, Bidang Ilmu Komunikasi dan Pendidikan lainnya, Prof. Dr. Muhammad Yunus, S.S., M.Pd, memaparkan hasil penelitian berjudul “Enhancing Paragraph Writing Proficiency: A Study of Students’ Performance Post Global English Textbooks Exposure”.

Penelitian tersebut membuktikan secara empiris adanya peningkatan signifikan kemampuan menulis paragraf mahasiswa setelah terpapar buku teks Global English.

“Peningkatan itu mencakup kejelasan kalimat topik, kelogisan kalimat penjelas, koherensi dan kohesi, hingga kekuatan kalimat penutup,” ucapnya.

Prof. Muhammad Yunus menegaskan, temuan ini melahirkan Model Penguatan Literasi Paragraf Berbasis Exposure Global (MP-LPEG) yang mampu menjembatani konteks global dan lokal tanpa menghilangkan identitas akademik serta nilai keislaman.

Ketua Pembina Yayasan Wakaf UMI sekaligus Ketua Dewan Guru Besar UMI, Prof. Dr. H. Mansyur Ramli, SE., M.Si, menyebut capaian 114 guru besar sebagai tonggak penting bagi UMI. Namun, ia mengingatkan agar pencapaian akademik tidak melahirkan kesombongan intelektual.

“Setinggi apa pun ilmu, jangan menjadi firaun di zaman modern. Adab lebih tinggi nilainya daripada ilmu,” pesannya di hadapan para guru besar yang dikukuhkan.

Rektor UMI, Prof. Hambali Thalib, menegaskan bahwa jati diri UMI sebagai kampus profesor bukan hanya kuat dalam teori, tetapi juga hadir menjawab realitas sosial.

“UMI harus mampu menghadirkan solusi nyata atas persoalan masyarakat melalui keilmuan yang berlandaskan nilai Islam,”ucapnya.

Kepala LLDIKTI Wilayah IX, Dr. Andi Lukman, berharap para guru besar menjadi lokomotif pengembangan keilmuan, menjaga marwah akademik, serta melahirkan guru besar baru sebagai mentor dan pembina generasi akademisi berikutnya. (wis)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Wabah Flu Mengganas di Kanada, Lonjakan Pasien Inap Mengguncang Sistem Kesehatan
• 2 jam laluerabaru.net
thumb
Lumbung Mataram Siap Pasok Bahan Dapur MBG di Yogyakarta
• 7 jam lalurepublika.co.id
thumb
Gubernur Jambi umumkan UMP 2026, naik menjadi Rp3,4 juta
• 6 jam laluantaranews.com
thumb
Cirebon Terkepung Banjir, 8 Kecamatan Terkena Dampaknya Usai Sungai Meluap
• 12 jam lalunarasi.tv
thumb
Ancaman Wabah Mengintai Pengungsi Bencana Sumatra, Pakar Ingatkan Risiko ISPA hingga Kolera
• 10 jam lalusuara.com
Berhasil disimpan.