Harga Tembaga Cetak Rekor Baru di Tengah Risiko Defisit Pasokan

bisnis.com
7 jam lalu
Cover Berita

Bisnis.com, JAKARTA — Harga tembaga menembus level US$12.000 per ton untuk pertama kalinya seiring dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap pasokan akibat gangguan produksi di sejumlah tambang utama dunia.

Melansir Bloomberg pada Rabu (24/12/2025) Harga tembaga sempat melonjak hingga 2% ke posisi US$12.159,50 per ton sebelum ditutup pada level US$12.060,50 per ton di London Metal Exchange (LME).

Sepanjang tahun ini, harga tembaga telah melesat lebih dari 35% dan berada di jalur menuju kenaikan tahunan terbesar sejak 2009.

Ancaman pengenaan tarif impor oleh Amerika Serikat (AS) terhadap tembaga juga menjadi salah satu faktor penting yang mendorong kenaikan harga sepanjang tahun ini.

googletag.cmd.push(function() { googletag.display("div-gpt-ad-parallax"); });

Stok tembaga dilaporkan menumpuk di gudang-gudang AS seiring potensi pemberlakuan bea masuk baru yang mendorong pembeli mengamankan pasokan lebih awal, sekaligus membuka peluang perdagangan arbitrase.

“AS masih berada dalam fase penimbunan stok, dan saya memperkirakan kondisi ini akan berlanjut hingga ada kejelasan lebih lanjut dari pemerintah AS,” ujar analis komoditas BMO Capital Markets Ltd., Helen Amos.

Baca Juga

  • Harga Tembaga Menuju US$12.000 per Ton, Siap Cetak Rekor Baru di 2025
  • Ramalan Terbaru Harga Tembaga 2026 dari Goldman Sachs
  • Harga Tembaga Dekati US$12.000 Imbas Permintaan untuk Pengembangan AI

Risiko pasokan yang selama bertahun-tahun membayangi pasar kini semakin nyata dalam beberapa bulan terakhir dan menjadi pendorong utama pergerakan harga. 

Kecelakaan fatal di tambang tembaga terbesar kedua di dunia di Indonesia, banjir tambang bawah tanah di Republik Demokratik Kongo, serta ledakan batuan yang menewaskan pekerja di sebuah tambang di Chile telah secara kolektif menekan produksi global.

Di sisi lain, prospek permintaan tetap solid seiring tren jangka panjang elektrifikasi. Tembaga dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pembangunan jaringan listrik, infrastruktur energi baru, serta sektor manufaktur. 

Investor juga memperkirakan konsumsi tembaga akan meningkat tajam untuk memenuhi kebutuhan listrik industri kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang terus berkembang.

Analis industri menilai sebagian besar sumber daya tambang dengan kadar tinggi dan akses mudah kini telah menipis. Sejumlah pihak pun menyuarakan kekhawatiran mengenai asal pasokan baru dalam satu dekade mendatang guna memenuhi proyeksi lonjakan permintaan.

Secara keseluruhan, para pakar memperingatkan pasar tembaga berada di ambang defisit pasokan besar. Sejumlah perusahaan tambang sepanjang tahun ini telah memangkas panduan produksi. Deutsche Bank memperkirakan output dari para penambang terbesar dunia akan turun 3% tahun ini dan berpotensi kembali melemah pada 2026.

Meski persediaan global masih mencukupi untuk saat ini, analis Morgan Stanley memproyeksikan pasar tembaga dunia akan menghadapi defisit terparah dalam lebih dari 20 tahun. Bank tersebut memperkirakan permintaan akan melampaui pasokan sekitar 600.000 ton pada tahun depan, dengan kesenjangan yang berpotensi semakin melebar.

Citigroup bahkan menyarankan kliennya bahwa harga tembaga berpeluang mencapai US$15.000 per ton dalam skenario optimistis, terutama jika pelemahan dolar AS dan pemangkasan suku bunga AS semakin meningkatkan daya tarik logam tersebut dan mendorong arus investasi yang lebih agresif.

Namun, reli harga ini juga memicu sikap skeptis. Analis Goldman Sachs mengingatkan bahwa lonjakan harga sejauh ini lebih banyak didorong oleh spekulasi investor atas potensi pengetatan pasar di masa depan, bukan oleh kondisi keseimbangan pasokan dan permintaan saat ini.

Amos mengatakan, stok tembaga global sejatinya meningkat, tetapi sebagian besar stok tersebut terjebak di gudang-gudang AS. Kondisi ini memicu persaingan ketat di antara produsen di wilayah lain untuk mempertahankan pasokan.

“Sebagian investor khawatir stok tersebut akan dilepas ke pasar, tetapi pandangan kami adalah stok itu tetap berada di AS dan perlahan terkikis seiring waktu,” ujarnya.

Dia menambahkan, penimbunan tersebut merupakan bagian dari tren yang lebih luas seiring AS bersiap meningkatkan kemandirian pasokan.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Kejagung Serahkan Rp6,6 Triliun dan 800 Ribu Hektare Lahan ke Negara
• 38 menit laluokezone.com
thumb
Suami Boiyen Terseret Dugaan Penipuan dan Penggelapan
• 3 jam lalukumparan.com
thumb
Viral Pemotor di Jaksel Dianiaya Usai Tegur Si Penabrak
• 20 jam laludetik.com
thumb
Ramalan Zodiak Hari Ini Rabu 24 Desember 2025: Cinta Menghangat, Keuangan Perlu Waspada
• 6 jam lalutabloidbintang.com
thumb
Jet Pribadi Jatuh di Turki, Kepala Staf Angkatan Darat Libya Tewas
• 16 jam lalukumparan.com
Berhasil disimpan.