Sektor energi masih menjadi magnet bagi investor tanah air. Tak heran jika kinerja sektor tersebut positif sepanjang tahun dengan empat saham curi perhatian.
IDXChannel – Sektor energi masih menjadi magnet bagi investor tanah air. Tak heran jika kinerja sektor energi sepanjang 2025 masih cukup positif dengan kenaikan yang signifikan.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan prospek sektor energi masih tetap positif didukung pertumbuhan ekonomi, serta industrialisasi.
Selain itu, hilirilisasi energi turut memberikan added value effect pada sektor tersebut. “Kebijakan transisi dari energi fosil ke EBT demi mewujudkan net zero emission turut memberikan katalis positif,” kata Nafan kepada IDX Channel, Jumat (19/12/2025).
Meski mengalami tekanan dari harga komoditas energi yang bergejolak sepanjang 2025, IDXENERGY mencatatkan kinerja yang moncer.
Adapun indeks sektor energi hingga 23 Desember 2025 melesat 63,66 persen (year to date/ytd) dan menempati posisi kelima terbesar dari total 11 indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sementara itu, berdasarkan data BEI per kuartal III-2025, volume transaksi sektor energi hingga akhir September 2025 mencapai 784,43 miliar saham, naik 17,49 persen secara ytd.
Jumlah volume saham yang ditransaksikan di sektor energi pun menduduki urutan kedua teratas, setelah sektor teknologi yang mencapai volume transaksi 990,48 miliar saham.
Dari sisi frekuensi transaksi, sektor energi menduduki peringkat pertama dengan jumlah 42,26 juta kali hingga akhir kuartal III-2025, naik 16,51 persen secara ytd. Pada posisi kedua ditempati sektor bahan baku dengan 41,55 juta kali transaksi.
Namun secara nilai transaksi, sektor energi masih kalah dengan keuangan dan bahan baku yang menduduki peringkat pertama dan kedua dengan masing-masing mencapai Rp777,28 triliun dan Rp379,64 triliun.
Nilai transaksi sektor energi tercatat mencapai Rp476,7 triliun dengan kenaikan 43,78 persen secara year on year (yoy).
Dengan kinerja sektoral yang signifikan, Nafan mengatakan ada empat saham yang menjadi sorotan pada tahun ini, berikut analisanya:
PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR)- Salah satu faktor yang mendukung ADMR yaitu transformasi ke hilirisasi aluminium. Adaro Minerals tengah mengembangkan proyek smelter aluminium, dengang fase pertama ditargetkan beroperasi akhir 2025. Hal ini dianggap katalis utama yang dapat meningkatkan pendapatan dan margin ke depan.
- Kinerja keuangan ADMR stabil. Berdasarkan laporan kuartal III-2025, pendapatan dan laba bersih solid disertai rasio keuangan yang sehat (ROE dan EPS positif).
- Meski begitu, sebagai perusahaan mineral dan batu bara metalurgi, kinerja ADMR sangat terkait dengan harga komoditas global, terutama aluminium dan met coal. “Fluktuasi harga dapat memengaruhi revenue dan margin secara signifikan.
Rekomendasi : BUY
Taking Profit: Rp1.500; Rp1.540; Rp1.620 (potensi naik hingga 15,17 persen
Support: Rp1.360 & Rp1.320
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)- Diversifikasi bisnis yang luas. MEDC bukan Cuma pemain migas, tetapi juga memiliki segmen pembangkit listrik (termasuk energi terbarukan), pertambangan tembaga dan emas lewat anak usaha, sehingga tidak terlalu bergantung pada satu komoditas saja.
- Cadangan dan kapasitas produksi yang kuat. MEDC memiliki portofolio aset migas dan juga kapasitas di sektor energi dan pertambangan, yang memberinya basis usaha yang relatif solid.
- Upaya transisi dan keberlanjutan energi. Medco tengah memperkuat portofolio energi terbarukan dan pembangkit listrik dari panas bumi. Hal itu sejalan dengan tren global dan kebijakan energi bersih
- Likuiditas dan eksposur global. Medco mengumumkan Sponsored American Depositary Receipts (ADR) milik perseroan mulai diperdagangkan di OTCQX Best Market dengan kode saham MDCOY pada 22 November 2025. “Hal ini tentunya memperluas akses investor global, yang bisa mendongkrak minat institusi asing,” kata Nafan.
Rekomendasi: BUY
Taking Profit: Rp1.350; Rp1.435; Rp1.495 (13,69 persen potensi kenaikan)
Support: Rp1.300 & Rp1.240
PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU)- Manajemen RATU melaporkan produksi Blok Cepu meningkat dari sekitar 147.000 barel per hari pada 2024 menjadi sekitar 156.000 barel per hari pada 2025. Dengan outlook produksi relatif stabil hingga 2027-2028. Kondisi ini memberi dukungan terhadap kinerja keuangan perusahaan dan arus kas operasional.
- RATU mendapatkan peringkat idA dengan outlook stabil dari Pefindo. Ini mencerminkan kelembagaan keuangan yang kredibel, profil likuiditas yang sehat, dan keyakinan pemeringkat terhadap kemampuan perusahaan mengelola kewajiban.
- Meski pendapatan turun, laba bersih RATU hingga kuartal III-2025 tumbuh sekitar 28 persen secara yoy, terutama karena efisiensi biaya pokok penjualan. Struktur aset dan ekuitas juga meningkat.
Rekomendasi: ADD
Taking Profit: Rp11.700; Rp11.925; Rp13.350 (potensi kenaikan 16,59 persen)
Support: Rp10.950 & Rp10.500
PT Petrosea Tbk (PTRO)- Kinerja harga saham yang tumbuh signifikan. PTRO mencatat lonjakan harga yang sangat besar dalam jangka pendek dan menengah. Pada beberapa bulan di 2025, saham ini sempat naik hingga puluhan bahkan ratusan persen dari level historis yang sangat rendah sebelumnya, sehingga menarik pelaku pasar.
- Akuisisi dan diversifikasi bisnia. Pada September 2025, PTRO menandatangani non-biding term sheet terkait akuisisi mayoritas saham perusahaan berbasis yang bergerak di bidang plant civil engineering construction dan maintenance work untuk industri pengolahan kimia serta minyak dan gas onshore di Singapura, Scan-Bilt Pte. Ltd. (SBPL). Aksi korporasi ini disebut menjadi bagian dari strategi pertumbuhan dan diversifikasi Petrosea di sektor kimia dan energi. Sebagai langkah strategis, PTRO akan mengembangkan SBPL sebagai business hub bagi ekspansi bisnis ke kawasan Asia Pasifik yang mencakup Singapura, Papua Nugini, dan Indonesia.
Rekomendasi: ADD
Taking Profit: Rp10.975; Rp11.200; Rp11.950 (potensi kenaikan 12,21 persen)
Support: Rp10.000 & Rp9.550
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.
(Febrina Ratna Iskana)





