PESAN Natal yang disampaikan dalam Ibadah Malam Natal di Gereja Efata Liliba, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu (24/12) malam, menekankan makna kesederhanaan dan iman sebagai inti perayaan kelahiran Yesus Kristus.
Ibadah dipimpin Pendeta Luis Patola, S.Th., dan berlangsung khidmat serta penuh perenungan.
Ibadah Malam Natal di Gereja Efata Liliba dilaksanakan sebanyak dua kali dan dihadiri ribuan jemaat. Untuk memastikan keamanan dan kelancaran rangkaian perayaan Natal, kegiatan ibadah dijaga ketat oleh aparat kepolisian bersama unsur pengamanan internal gereja.
Ibadah diawali dengan pemutaran video singkat perjalanan Yusuf dan Maria dari Nazaret ke Betlehem pada malam natal yang pertama.
Kisah tersebut menggambarkan bagaimana Yusuf dan Maria menempuh perjalanan panjang sekitar 180 kilometer. Di sana mereka mencari penginapan, dari satu tempat ke tempat lain, pintu demi pintu tertutup karena tidak ada ruang bagi mereka.
Yesus pun akhirnya lahir bukan di istana atau rumah yang megah, melainkan di sebuah kandang sederhana, beralaskan palungan. Kisah ini menjadi pengantar refleksi tentang kerendahan hati dan ketaatan kepada kehendak Allah.
Kelahiran Yesus menggenapi nubuat Nabi Mikha dalam perjanjian lama bahwa Mesias akan lahir di Betlehem yang sederhana, namun Ia adalah pemimpin yang telah ditetapkan Allah sejak kekekalan.
Suasana ibadah semakin syahdu saat dilakukan penyalaan lilin Natal yang melambangkan terang Kristus bagi dunia. Rangkaian ibadah kemudian dilanjutkan dengan tarian Seribu Lilin yang diiringi lagu “Malam Kudus”, menghadirkan suasana haru dan kebersamaan di antara jemaat.
Dalam khotbahnya, Pendeta Luis Patola mengajak jemaat untuk merenungkan kembali makna Natal yang sejati, bukan sekadar perayaan seremonial, tetapi perjumpaan iman yang nyata.
“Di malam Natal ini, pertanyaan itu kembali bergema: adakah tempat bagi Kristus di hati kita? Di tengah kesibukan, ambisi, dan kepentingan diri, apakah kita masih menyediakan ruang bagi Dia yang datang dengan kerendahan hati?” ujar Pendeta Luis.
Ia menegaskan, kisah kelahiran Yesus mengajarkan umat Kristiani untuk hidup dalam ketaatan, kepedulian, serta kesediaan menjalani perintah Tuhan dengan iman dan pengharapan, sekalipun dalam keterbatasan dan penderitaan.
Sementara itu, perayaan natal pada Kamis (25/12) di Gereja Efata Liliba hanya dilaksanakan satu kali ibadah.
Adapun pesan Natal tersebut diharapkan dapat menguatkan jemaat Gereja Efata Liliba untuk menghadirkan kasih Kristus dalam keluarga, gereja, dan kehidupan bermasyarakat, serta menumbuhkan kepedulian terhadap sesama. (H-2)



