Wilayah Belakang Rusia Jebol: Drone Membakar Pelabuhan, Pasukan Khusus Menyusup Hingga Dekat Moskow

erabaru.net
6 jam lalu
Cover Berita

EtIndonesia. Ketika Rusia mengira musim dingin hanya akan menjadi ujian suhu ekstrem, wilayah belakangnya justru menghadapi tekanan militer yang kian intens. Dalam dua hari berturut-turut, fasilitas strategis Rusia—mulai dari pelabuhan energi di Laut Hitam hingga pangkalan udara di pedalaman—menjadi sasaran serangan presisi yang menunjukkan eskalasi baru dalam konflik Rusia–Ukraina.

Pelabuhan Laut Hitam Dibakar Drone

Pada 21 dan 22 Desember, fasilitas pelabuhan di Desa Volna, Distrik Temryuk, Wilayah Krasnodar—yang terletak di pesisir Laut Hitam—mengalami serangan drone beruntun. Serangan pertama menghantam pipa penyalur minyak, memicu kebakaran hebat. Tak lama berselang, dermaga pelabuhan serta kapal-kapal yang tengah bersandar ikut terdampak.

Pihak berwenang Rusia menyatakan tidak ada korban jiwa; seluruh awak kapal dan pekerja darat berhasil dievakuasi. Namun dampak materialnya signifikan. Luas area terbakar yang semula diperkirakan sekitar 100 meter persegi, melebar drastis hingga sekitar 1.500 meter persegi. Bagi para analis energi, eskalasi ini bukan gangguan kecil, melainkan sinyal ancaman serius terhadap transportasi energi dan aktivitas pelayaran Laut Hitam.

Tingkat presisi serangan mengindikasikan intelijen yang sangat rinci: penyerang memahami tata letak pelabuhan, posisi sandar kapal, serta rute dan sudut serangan drone. Meski Rusia belum mengungkap jenis drone yang digunakan, banyak pengamat menilai Ukraina berada di balik operasi ini, sejalan dengan pola serangan jarak jauh Kyiv terhadap fasilitas energi dan militer Rusia dalam beberapa bulan terakhir.

Celah Pertahanan Udara Rusia

Serangan ini kembali menyoroti kelemahan sistem pertahanan udara Rusia, khususnya terhadap target kecil, lambat, dan terbang rendah. Walau tidak menelan korban, kerusakan pada pelabuhan dan pipa minyak berpotensi mengganggu rantai pasok energi dan logistik maritim Rusia dalam jangka menengah.

Penyusupan Dramatis di Pangkalan Udara Lipetsk

Tekanan tidak berhenti di laut. Pada malam 21 Desember, Pangkalan Udara Lipetsk—sekitar 500 kilometer dari Moskow—menjadi sasaran operasi khusus pasukan intelijen Ukraina. Menurut laporan yang beredar, tim khusus menyusup diam-diam ke dalam hanggar dan membakar dua pesawat tempur:

Operasi ini digambarkan berlangsung cepat dan senyap—dari penyusupan, pembakaran, penarikan diri, hingga ledakan bola api—bahkan anjing penjaga tidak menyadari kehadiran penyusup. Persiapan operasi disebut memakan waktu hampir dua minggu, mencakup studi rute patroli dan jadwal pergantian penjaga. Kerugian awal diperkirakan melampaui 100 juta dolar AS.

Serangan serupa juga dilaporkan terjadi di Krimea, dengan jet MiG-31 dan Su-27 kembali menjadi target. Tekanan terhadap Angkatan Udara Rusia pun meningkat tajam.

Pergeseran Pola Perang

Para analis menilai rangkaian kejadian ini mencerminkan tiga tren utama:

  1. Serangan asimetris berbiaya rendah — Ukraina mengandalkan drone dan pasukan khusus untuk menguras sumber daya Rusia secara efektif.
  2. Kerentanan wilayah belakang — Pertahanan konvensional Rusia kesulitan menghadapi serangan malam hari berprofil rendah.
  3. Tekanan multidimensi — Fokus serangan bergeser dari garis depan darat ke energi, pelabuhan, dan pusat angkatan udara, guna melemahkan kemampuan tempur sekaligus meningkatkan posisi tawar diplomatik.

Secara makro, serangan terhadap pelabuhan Laut Hitam dan pangkalan udara menempatkan logistik energi dan militer Rusia di bawah tekanan berkelanjutan. Rusia dipaksa menyebar sumber daya pertahanan, kondisi yang menguntungkan Ukraina dalam perang kelelahan.

Tekanan Logistik dan Laut

Tekanan terhadap jalur laut Rusia kian terasa setelah Penjaga Pantai Swedia dilaporkan menyita sebuah kapal kargo Rusia yang diduga mengangkut perlengkapan militer. Insiden ini memperparah tantangan logistik maritim Rusia, terutama jika dikombinasikan dengan serangan presisi Ukraina di pelabuhan dan pangkalan udara.

Diplomasi: Upaya Jalan Tengah Barat

Di ranah diplomatik, 11 negara Eropa bersama Uni Eropa baru-baru ini mengeluarkan pernyataan bersama yang mendukung kompromi terbatas wilayah bagi Ukraina, dengan syarat jaminan keamanan kuat. Skema yang dibahas mencakup pasukan reaksi cepat multinasional Eropa—dijuluki kalangan luar sebagai “legiun Eropa”—sebagai penyeimbang keamanan.

Pendekatan ini dinilai memberi “jalur pendaratan lunak”: Eropa tidak lagi menekan Ukraina merebut seluruh wilayah, sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tidak menjadikan keanggotaan NATO sebagai prasyarat mutlak, melainkan menuntut jaminan keamanan kolektif setara Pasal 5 NATO. Amerika Serikat pada dasarnya merestui integrasi pertahanan Eropa yang lebih dalam.

Namun, semua ini masih uji coba internal Barat. Realisasi gencatan senjata tetap bergantung pada sikap Vladimir Putin, terutama terkait posisi strategis Ukraina di Eropa Timur dan status Donbas.

Medan Tempur Tetap Panas

Di lapangan, ketegangan berlanjut. Rusia meningkatkan serangan terhadap infrastruktur energi dan target militer Ukraina sebagai bagian dari ofensif musim dingin. Di sisi lain, Ukraina mencatat keberhasilan taktis, termasuk penghancuran 24 kendaraan lapis baja Rusia di Dobropillia dalam pertempuran sekitar 100 menit, berkat koordinasi drone, artileri, dan senjata ringan.

Ukraina juga memperkenalkan drone pencegat murah (sekitar 1.000 dolar AS) yang efektif menjatuhkan drone Rusia berbiaya tinggi, menandai revolusi pertahanan udara berbiaya rendah.

Bayang-Bayang Eskalasi Regional

Kepala Intelijen Militer Ukraina (GUR), Kyrylo Budanov, memperingatkan bahwa Rusia diduga memajukan rencana ekspansi yang semula ditargetkan 2030 menjadi 2027, dengan potensi ancaman terhadap Estonia, Latvia, dan Lithuania. Ia menyebutnya bukan sekadar retorika, melainkan rencana pendudukan nyata. Kekhawatiran ini diperkuat oleh insiden pelanggaran wilayah udara Estonia oleh tiga jet MiG-31 Rusia selama 12 menit pada September lalu.

Menanggapi situasi tersebut, NATO membangun tiga lapis pencegah: kekuatan militer Ukraina, dukungan koalisi Eropa, dan sokongan strategis Amerika Serikat. Dari Kaliningrad, Putin mengeluarkan peringatan keras kepada Polandia dan Lithuania, meningkatkan ketegangan kawasan.

Bantuan dan Reaksi Global

Di tengah eskalasi, Uni Eropa kembali mengucurkan €2,3 miliar bantuan. Lithuania memindahkan fasilitas pembangkit listriknya, Australia mengirim 49 tank M1A1 Abrams, dan Prancis mengumumkan pembangunan kapal induk nuklir terbesar di Eropa—seluruhnya menegaskan bahwa konflik telah menjadi pertarungan multidimensi: militer, ekonomi, energi, dan geopolitik.

Kesimpulan

Serangan presisi terhadap pelabuhan Laut Hitam dan pangkalan udara Rusia menandai babak baru perang wilayah belakang. Bagi Ukraina, ini bukan sekadar operasi militer, melainkan strategi pemindahan biaya perang ke pihak lawan. Bagi Rusia, tekanan simultan di laut, udara, dan darat menuntut penyesuaian besar strategi logistik dan pertahanan. Di atas semuanya, krisis Ukraina kini menyerupai permainan catur tingkat tinggi—di mana setiap langkah berpotensi mengubah peta keamanan Eropa dalam beberapa tahun ke depan.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Komisi X: Hasil TKA Harus Jadi Bahan Evaluasi Total Dunia Pendidikan
• 13 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Wagub Rano Karno: Perda Kawasan Tanpa Rokok Bukan untuk Diskriminasi
• 7 jam lalusuara.com
thumb
Danantara Indonesia dan PLN Jalin Kerja Sama Strategis untuk Percepat Investasi Energi Baru Terbarukan
• 21 jam laluwartaekonomi.co.id
thumb
Harga Emas UBS dan Galeri24 Kompak Naik Dua Hari Beruntun
• 12 jam lalusuarasurabaya.net
thumb
Sambangi Bareskrim Polri, Insanul Fahmi Bawa Sejumlah Bukti soal Akses Ilegal
• 2 jam lalukumparan.com
Berhasil disimpan.