FAJAR, MAKASSAR – Perum Bulog memiliki peran strategis dalam pelaksanaan Mini Distribution Center (MDC) sebagai upaya menjaga stabilitas harga pangan dan pengendalian inflasi di Sulawesi Selatan. Dukungan Bulog mencakup penyediaan komoditas pangan strategis hingga pendampingan pembentukan MDC di daerah.
Analisis Kebijakan Ahli Madya Biro Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Sulsel, Abd. Azis Bennu, menegaskan bahwa Bulog menjadi penopang utama dalam operasional MDC di daerah.
“Bulog itu khusus untuk MDC. Seluruh komoditas yang disiapkan di MDC disupport penuh oleh Bulog. Misalnya beras, gula, minyak goreng. Kemudian telur didukung oleh Dinas Ketahanan Pangan, serta sayur-mayur yang berkaitan langsung dengan komoditas penyumbang inflasi,” ujarnya, Selasa, 23 Desember.
Terkait perluasan MDC, Azis menyebutkan bahwa saat ini baru lima kota Indeks Harga Konsumen (IHK) yang telah menjalankan MDC. Pada tahun depan, Pemprov Sulsel menargetkan pembentukan MDC di tiga kota IHK yang tersisa.
“Intinya, dari yang ada sekarang baru lima, berarti masih ada tiga lagi. Tapi bukan berarti kota non-IHK tidak kita dorong. Daerah non-IHK juga tetap kita dorong selama mengajukan proposal ke Bank Indonesia, karena dukungan operasionalnya ada di BI. Bulog fokus sebagai penyedia komoditas,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Pimpinan Perum Bulog Kanwil Sulselbar, Karmila Hasim, menyampaikan bahwa peran MDC cukup signifikan dalam menjaga stabilitas harga pangan di tingkat konsumen.
“Untuk kegiatan MDC, Bulog tetap menjadi supporting utama dalam penyediaan komoditas, khususnya komoditas pangan yang dibutuhkan masyarakat,” ujarnya.
Bulog juga siap mendorong daerah-daerah lain, baik kota IHK maupun non-IHK, untuk membentuk MDC melalui penguatan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat.
“Kami dari Perum Bulog Kanwil Sulselbar akan memberikan penugasan kepada cabang-cabang untuk melakukan penguatan ke pemerintah daerah, baik yang menjadi pencatatan IHK maupun non-IHK, agar bisa membentuk MDC dalam bentuk apa pun,” jelas Karmila.
Menurutnya, pelaksanaan MDC tidak harus bersifat permanen dalam bentuk kios atau toko tetap. Untuk tahap awal, MDC dapat dilakukan secara fleksibel.
“MDC itu tidak harus permanen. Bisa juga dilakukan secara mobile untuk tahap awal,” lanjutnya.
Terkait pelaksanaan di lapangan, Karmila memastikan kegiatan MDC masih terus berjalan hingga saat ini, khususnya di Kota Makassar.
“Untuk kegiatan MDC sampai hari ini, khususnya di Kota Makassar, masih terus dilakukan setiap hari Selasa di lima titik pasar yang menjadi lokasi pencatatan Badan Pusat Statistik (BPS),” pungkasnya. (uca)



