Profil Agro Bahari (UDNG), Emiten yang Disebut jadi Incaran Konglomerat

katadata.co.id
3 jam lalu
Cover Berita

Saham PT Agro Bahari Nusantara Tbk (UDNG) mendadak menjadi perbincangan di pasar modal setelah disebut-sebut sebagai calon perusahaan yang akan menjadi cangkang perusahaan milik konglomerat. Rumor ini ikut mendorong lonjakan harga saham UDNG yang dalam beberapa bulan terakhir bergerak agresif. 

Secara kinerja pasar, saham emiten tambak udang ini telah melesat lebih dari 10.000% secara year to date (ytd). Pada perdagangan terbaru, saham UDNG bahkan menyentuh auto reject atas (ARA) dan membawa kapitalisasi pasar perusahaan naik hingga menembus Rp 7,5 triliun, jauh di atas posisi historisnya di awal tahun.

Di balik reli saham tersebut, Agro Bahari Nusantara menjadi sorotan lantaran dikaitkan dengan aksi perusahaan infrastruktur serat optik hasil kolaborasi Arsari Group, Indosat Ooredoo Hutchison, dan Northstar yaitu FiberCo. Lewat kerja sama ini ketiga perusahaan mendirikan FiberCo dengan nilai perusahaan mencapai Rp 14,6 triliun. 

Dalam kemitraan tersebut, Indosat berencana memisahkan hampir seluruh aset fiber optik domestiknya. Perusahaan baru ini selanjutnya akan beroperasi sebagai platform infrastruktur fiber optik independen dan berakses terbuka (open-access) dengan 45% kepemilikan saham dipegang Indosat, 45% lainnya dipegang Arsari bersama Northstar dan sisanya dipegang publik. Meski begitu baik Indosat maupun Arsari belum mengungkap status perusahaan FiberCo yang didirikan. 

Dalam white paper perusahaan hanya memastikan bahwa saham FiberCo  nantinya akan diarahkan untuk tercatat di bursa efek Indonesia.  Meski tak mengungkap skema yang akan diambil,  Indosat dalam keterbukaan informasi di BEI mengungkap indikasi akan ada pengambilalihan atas FiberCo yang secara tidak langsung melalui suatu perusahaan terbuka yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia.  

“Transaksi tersebut akan mengakibatkan Para Pihak menjadi pemegang saham secara langsung di PT Tbk dan selanjutnya PT Tbk akan memiliki mayoritas saham di dalam Perusahaan Target,” tulis manajemen Indosat dari keterbukaan informasi.  

Selanjutnya para pihak akan melakukan serangkaian transaksi yang mencakup pengalihan Aset ke dalam Perusahaan Target dan pengambilalihan Perusahaan Target oleh PT Tbk melalui kombinasi utang dan penyetoran modal dalam bentuk non-tunai. Juga terbuka opsi setoran modal secara tunai yang diperoleh melalui penambahan  modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu oleh PT Tbk.  

Katadata.co.id, telah menghubungi Sekretaris Agro Bahari Nusantara Roni Supriatna meminta konfirmasi lebih lanjut. Namun manajemen perusahaan belum menjawab hingga berita ini ditayangkan. 

Sementara itu Department Head of Customer Engagement & Market Analyst BRI Danareksa Sekuritas, Chory Agung Ramdhani menilai bila rumor yang berkembang terjadi, tidak tertutup kemungkinan akan ada backdoor listing. Terlebih lagi, UDNG saat ini memiliki kapitalisasi pasar yang relatif kecil dan bergerak di sektor budidaya udang.

"Jika diambil alih oleh entitas infrastruktur digital seperti FiberCo, maka akan terjadi perubahan total model bisnis (business pivot)," ujar Agung kepada Katadata.co.id, Rabu (23/12). 

Menurut Agung, masuknya Arsari Group dan Indosat ke dalam sebuah emiten akan memberikan katalis yang kuat. FiberCo diproyeksikan menjadi tulang punggung infrastruktur serat optik dan mendukung ekosistem AI di Indonesia. Bagi investor, kehadiran sosok Hashim di balik Arsari Grup dan dukungan infrastruktur dari ISAT memberikan faktor kepercayaan (trust factor) yang tinggi. 

Seperti apa profil dan bisnis Agro Bahari yang disebut tengah dalam incaran? 

Profil Agro Bahari 

Berdasarkan prospektus IPO, Agro Bahari bergerak di bidang budidaya udang vannamei di tambak air payau. Kegiatan usaha ini dijalankan di wilayah Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 

Perusahaan berdiri sejak 2018 dan telah mengembangkan usahanya dari awalnya enam kolam menjadi 14 kolam. Saat ini, aset utama perusahaan meliputi 10 kolam udang intensif, empat kolam udang super intensif, tiga kolam tendon, serta empat kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Perseroan juga didukung berbagai peralatan penunjang seperti aerator, pompa, dan fasilitas pendukung lainnya. Selain menjalankan bisnis yang ada, perseroan melalui anak usahanya, PT Marina Bahari Sentosa (MBS), juga berencana melakukan ekspansi usaha ke lokasi lain.

PT Agro Bahari Nusantara Tbk (UDNG), perusahaan yang bergerak di bidang tambak dan budidaya ikan, resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Oktober 2023 lalu. Emiten ke-74 di BEI tersebut menetapkan harga Rp 100 per saham dengan jumlah saham yang dilepas sebanyak 500 juta saham.  

Dari aksi korporasi ini, Agro Bahari Nusantara meraup dana segar maksimal Rp 50 miliar. Pada debut perdananya, saham UDNG menguat sebesar 10% ke level Rp 110 pada pukul 09.10 WIB. Bersamaan dengan penawaran saham perdana, perseroan menerbitkan sebanyak-banyaknya 400 juta waran seri I atau sebesar 32% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh. 

Waran seri I dipasang dengan nilai nominal Rp 10 setiap saham dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 100 sampai Rp 110. Total hasil pelaksanaan waran seri I sebanyak-banyaknya Rp 44 miliar. 

Seluruh dana yang diperoleh dari hasil IPO setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan oleh perseroan untuk mendukung bisnisnya. Sekitar 88,89% dana hasil IPO akan dialokasikan untuk ekspansi bisnis dengan membangun tambak udang baru. 

Rencananya tambang udang baru berlokasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tambak tersebut dimiliki oleh anak perusahaan perseroan dengan kepemilikan 99,99% yaitu PT Marina Bahari Sentosa atau MBS.

Kinerja Bisnis UDNG

Merujuk kinerja keuangannya hingga Juni 2025, Agro Bahari Nusantara membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp 153,24 juta. Torehan itu berbalik laba dari periode sebelumnya membukukan rugi sebesar Rp 2,93 miliar pada Juni 2024 lalu. 

Penjualan perusahaan juga melonjak 956,1% yoy jadi Rp 12,71 miliar sepanjang Januari–Juni 2025 dari sebelumnya Rp 1,20 miliar pada periode yang sama 2024. Secara rinci penjualan perusahaan hingga Juni 2025 ke PT Wirontono Baru sebesar Rp 7,52 miliar. Kemudian PT Anesta Agung senilai Rp 3,30 miliar, dan PT Disanta tak membukukan penjualan sepanjang periode ini. 

Dari sisi neraca sepanjang Januari–Juni 2025, total aset UDNG sebesar Rp 59,41 miliar, jumlah liabilitas Rp 4,10 miliar, dan ekuitas perusahaan sebesar Rp 55,38 miliar hingga Juni 2025.

Adapun Direktur Utama perusahaan yakni Vincent Lukito dan Direktur Christian Brandon Limbono. Sedangkan di jajaran Komisaris, Jose Loupiga Keliat menjadi Komisaris Utama. Sedangkan Denny Leonardo dan Setia Budi menjadi Komisaris. 




Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Geger Bawang Bombai Ilegal Asal Belanda Mengandung Zat Berbahaya, Mentan: Tak Ada Kompromi!
• 23 jam laludisway.id
thumb
Panglima TNI Rotasi 187 Perwira Tinggi
• 10 jam lalutvrinews.com
thumb
Tangis dan Doa Iringi Pemakaman Tanpa Jenazah di Lokasi Bencana
• 22 jam laludetik.com
thumb
Diperiksa Kejagung Terkait Kasus Petral, Akhirnya Sudirman Said Buka Suara
• 10 jam laludisway.id
thumb
Hasil audit BPK Kalsel: 31 temuan pada 9 entitas pemda di semester II
• 21 jam laluantaranews.com
Berhasil disimpan.