Jakarta, VIVA – Direktorat Construction Telkom Akses mencatat lonjakan signifikan pembangunan jaringan sepanjang 2025, dengan capaian 1.250.000 deployment port Optical Distribution Point (ODP) Fiber to The Home (FTTH) yang telah go live.
Capaian tersebut hampir dua kali lipat dibandingkan realisasi 2024 yang berada di angka 653.000 port. Di tengah perubahan lanskap korporasi TelkomGroup, kinerja ini menjadi indikator penting kemampuan unit usaha menciptakan nilai tambah.
Direktur Construction Telkom Akses, Sinung Wibowo, mengatakan peningkatan tersebut sebagai hasil penyesuaian strategi pembangunan jaringan yang tidak lagi semata mengejar kecepatan dan kualitas, tetapi juga volume dan efisiensi.
Menurutnya, pendekatan ini selaras dengan arah TelkomGroup yang kini berada dalam ekosistem Danantara, di mana setiap entitas dituntut menunjukkan kontribusi bisnis yang nyata.
“Memasuki 2025, kami mengusung tagline Lebih Cepat, Lebih Baik, Lebih Banyak. Kalau 2024 fokusnya kecepatan dan kualitas, tahun ini kami dorong juga jumlah pembangunan secara masif. Telkom ingin membangun sebanyak-banyaknya dan seefisien mungkin. Itu yang kami jawab melalui peningkatan produktivitas,” ujar Sinung, Kamis, 25 Desember 2025.
Ia mengungkap, hingga akhir tahun capaian pembangunan masih digenjot menuju target 1.340.000 port ODP. Peningkatan volume tersebut terjadi di tengah penyesuaian harga pekerjaan yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga efisiensi menjadi faktor krusial dalam menjaga kinerja.
“Meskipun harganya diturunkan, kita bisa membangun dua kali lipat lebih. Ini menunjukkan pekerjaan kita semakin efisien, tetapi output yang dihasilkan jauh lebih besar,” kata Sinung.
Memasuki 2026, tantangan Direktorat Construction dinilai semakin kompleks seiring konsolidasi TelkomGroup dalam ekosistem Danantara. Dalam struktur korporasi tersebut, setiap entitas dituntut mampu memberikan nilai tambah berkelanjutan agar tetap relevan.
“Kalau tidak memberi nilai tambah, bisa saja perusahaan itu out. Karena itu, Direktorat Construction harus membuktikan kontribusinya,” ujar Sinung.
Salah satu langkah strategis yang didorong adalah penguatan pola swakelola konstruksi. Direktorat Construction menargetkan porsi swakelola mencapai 55 persen pada 2026, sebagai upaya meningkatkan efisiensi biaya, profitabilitas, sekaligus kemandirian operasional.
“Pekerjaan-pekerjaan yang datang akan kami perbesar melalui swakelola. Tantangannya adalah mendidik teman-teman di lapangan yang tadinya berperan sebagai waspang, menjadi pengelola manpower yang andal,” jelasnya.



