Refleksi Akhir Tahun IKA ITS: Bencana Mestinya jadi Ruang Koreksi, Tempat Negara Belajar

suarasurabaya.net
7 jam lalu
Cover Berita

Pengurus Wilayah Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (PW IKA ITS) Jawa Timur menyampaikan pernyataan sikap sebagai refleksi akhir tahun 2025 terkait bencana banjir bandang yang melanda wilayah Sumatera.

Yoke Candra Katon Ketua Harian PW IKA ITS Jawa Timur mengatakan, pernyataan ini lahir dari keprihatinan, empati yang tulus, dan ikhtiar moral untuk menempatkan kembali kemanusiaan dan keberlanjutan alam sebagai poros bersama dalam perjalanan pembangunan bangsa.

Lebih dari tiga pekan setelah banjir bandang melanda berbagai wilayah di Sumatera, tepatnya di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, penderitaan masyarakat terdampak masih jauh dari kata usai.

Pascabanjir bandang melanda, warga belum sepenuhnya pulih dari kehilangan rumah yang runtuh, mata pencaharian yang hilang, air bersih yang terbatas, dan rasa aman yang terkoyak.

“Kehidupan berjalan dalam ketidakpastian, sementara waktu terus melaju. Situasi ini mengingatkan kita bahwa bencana tidak berhenti saat air surut. Ia berlanjut dalam sunyi yang sering luput dari perhatian. Banjir bandang Sumatera bukan peristiwa yang berdiri sendiri atau berskala lokal,” ujar Yoke dalam keterangan yang diterima suarasurabaya.net, Kamis (25/12/2025).

Dampak banjir bandang tersebut merusak infrastruktur, memutus rantai ekonomi, dan meninggalkan luka sosial yang mendalam. Puluhan ribu warga kehilangan rumah, pekerjaan, dan akses layanan dasar.

Yoke menyatakan, skala penderitaan ini menuntut kehadiran negara yang utuh, yakni hadir bukan hanya sebagai pengelola krisis, tapi juga sebagai penjaga martabat warganya.

Dalam situasi kemanusiaan ini, PW IKA ITS Jawa Timur menyatakan bahwa negara tidak boleh hadir secara setengah hati.

Para alumni ITS menyorot sikap negara yang lebih mengutamakan prosedur daripada kepedulian hingga mengabaikan nilai kemanusiaan.

“Bencana semestinya menjadi ruang koreksi, tempat negara belajar untuk menyederhanakan diri demi menyelamatkan yang paling rentan,” ucapnya.

Meski serba terbatas, solidaritas publik justru tumbuh sebagai cahaya harapan. Masyarakat sipil, organisasi kemanusiaan, dunia usaha, perguruan tinggi, dan relawan independen bergerak melampaui batas wilayah dan kepentingan.

“Empati mengalir dari banyak arah, bahkan lintas negara,” tuturnya.

Dalam konteks tersebut, PW IKA ITS Jawa Timur mengapresiasi para pengurus dan alumni ITS yang terjun langsung ke lokasi bencana sebagai bagian dari Satgas Kemanusiaan ITS.

Yoke mengatakan, kiprah ini mencerminkan solidaritas, tanggung jawab sosial, serta daya guna jejaring alumni dalam menghimpun dukungan logistik dan teknis untuk membantu pemulihan bencana, sebagai wujud nyata advancing humanity.

“Namun refleksi ini tidak berhenti pada pertolongan jangka pendek,” katanya.

Menurut Yoke, bencana mengajarkan bahwa pemulihan pascabencana memerlukan kesabaran, perencanaan, dan keberlanjutan.

Berbagai sektor yang harus diperhatikan antara lain hunian yang layak, layanan kesehatan yang berkesinambungan, pemulihan ekonomi rakyat, ketahanan pangan, serta perawatan ekosistem tidak dapat ditangani secara terpisah-pisah.

Pendekatan yang parsial hanya akan meninggalkan sebagian warga dalam ketertinggalan dan memperpanjang ketidakadilan.

Dalam hal ini, PW IKA ITS Jawa Timur turut menyampaikan harapan agar pemerintah mempertimbangkan peningkatan status penanganan banjir bandang Sumatera menjadi Bencana Nasional.

“Sebagai ikhtiar strategis untuk memperkuat penanganan lintas wilayah, memperjelas tanggung jawab bersama, serta memastikan mobilisasi sumber daya nasional berjalan secara terpadu dan berkelanjutan,” jelasnya.

Sebagai komunitas alumni perguruan tinggi berbasis sains dan teknologi, PW IKA ITS Jawa Timur yakin bahwa ilmu pengetahuan tidak pernah netral dari nilai.

“Ia harus berpihak pada kehidupan, menjaga keseimbangan antara pembangunan dan daya dukung alam, serta menempatkan keselamatan manusia sebagai tujuan utama,” tegas Yoke.

Sehubungan dengan hal tersebut, PW IKA ITS Jawa Timur menyampaikan lima pernyataan sikap
sebagai berikut:

1. Menyampaikan duka cita dan empati yang mendalam kepada seluruh korban bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, serta mendorong penguatan kehadiran negara bersama seluruh elemen masyarakat dalam melindungi, mendampingi, dan membantu pemulihan kehidupan warga terdampak.

2. Mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat komitmen menjaga kelestarian hutan, daerah aliran sungai, dan lingkungan hidup sebagai amanah lintas generasi demi keberlanjutan kehidupan dan pengurangan risiko bencana di masa depan.

3. Mendorong praktik pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab, berkeadilan, dan berorientasi pada keselamatan masyarakat, dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan serta keseimbangan ekosistem.

4. Mendukung penegakan hukum lingkungan yang adil, transparan, dan konsisten sebagai bagian dari ikhtiar menegakkan keadilan sosial dan keadilan ekologis.

5. Menegaskan komitmen alumni dan insan akademik ITS untuk berkontribusi aktif melalui keilmuan, inovasi, rekomendasi kebijakan berbasis bukti, serta keteladanan dalam menjaga keseimbangan antara pembangunan dan keberlanjutan.(wld/ipg)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Misi Berat Tomas Trucha, Putus Rekor Buruk PSM Makassar Hadapi Persib Bandung di Tengah Gempuran Pemain Bintang
• 14 menit lalufajar.co.id
thumb
Terima 10 Aduan Dari Pengusaha, Purbaya Janji Slesaikan Permasalahannya
• 6 jam laluwartaekonomi.co.id
thumb
Mengintip Bisnis Hybrid Pedagang Tanah Abang: Lapak Ramai, Live Streaming Jalan
• 16 jam lalukumparan.com
thumb
Pemberian Remisi Natal di Rutan Cipinang, Keluarga Warga Binaan Antre Sejak Pagi
• 8 jam lalukompas.com
thumb
Jadi Manajer Virtual di FPL Mansion Sport, Sensasi Strategi, Ego, dan Adrenalin dalam Satu Game
• 22 jam laluintipseleb.com
Berhasil disimpan.