Tokyo (ANTARA) - Para anggota Kelompok Tujuh (G7) dan sejumlah negara kaya lainnya merencanakan pertemuan menteri keuangan di Washington bulan depan untuk membahas cara mendapatkan mineral kritis di tengah kekhawatiran terhadap dominasi China.
Hal itu diungkapkan oleh sumber-sumber di pemerintah Jepang pada Kamis (26/12).
Para menteri keuangan (menkeu) G7, bersama pejabat-pejabat Australia, Chile, India, Meksiko, dan Korea Selatan, akan menggelar pertemuan daring awal bulan ini untuk "mengurangi ketergantungan pada satu sumber," tanpa menyebut China.
Logam tanah jarang dianggap sebagai mineral krusial dalam produksi motor kendaraan listrik, semikonduktor, dan produk teknologi lainnya.
China diperkirakan memasok lebih dari 60 persen produksi logam tanah jarang di dunia dan menguasai lebih dari 90 persen kapasitas pemurnian sehingga membuat industri global rentan terhadap kendali ekspor yang diberlakukan negara itu sebagai alat geopolitik.
Sebagai pemasok utama logam tanah jarang berbiaya rendah, China dikritik para ahli karena menyebabkan kerusakan lingkungan dan praktik eksploitasi tenaga kerja.
Dalam konteks itu, G7 berupaya membangun kerangka kerja sama dengan negara-negara kaya sumber daya seperti Australia dan Chile untuk menjamin pasokan mineral kritis secara konsisten tanpa bergantung pada China, kata para sumber.
Isu yang akan dibahas para menkeu diperkirakan mencakup pembuatan aturan internasional untuk pengolahan tanah jarang, kata mereka.
Menkeu AS Scott Bessent, yang memimpin pembicaraan perdagangan dengan China, disebut-sebut sangat berambisi untuk mengurangi dominasi China.
Menkeu Jepang Satsuki Katayama diperkirakan hadir dalam pertemuan yang dijadwalkan akan berlangsung mulai 12 Januari, menurut para sumber.
Kerangka kerja G7 juga melibatkan Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, dan Uni Eropa.
Sumber: Kyodo
Baca juga: AS, Arab Saudi akan bangun kilang logam tanah jarang
Baca juga: Australia, AS teken kesepakatan logam tanah jarang senilai Rp141 T
Hal itu diungkapkan oleh sumber-sumber di pemerintah Jepang pada Kamis (26/12).
Para menteri keuangan (menkeu) G7, bersama pejabat-pejabat Australia, Chile, India, Meksiko, dan Korea Selatan, akan menggelar pertemuan daring awal bulan ini untuk "mengurangi ketergantungan pada satu sumber," tanpa menyebut China.
Logam tanah jarang dianggap sebagai mineral krusial dalam produksi motor kendaraan listrik, semikonduktor, dan produk teknologi lainnya.
China diperkirakan memasok lebih dari 60 persen produksi logam tanah jarang di dunia dan menguasai lebih dari 90 persen kapasitas pemurnian sehingga membuat industri global rentan terhadap kendali ekspor yang diberlakukan negara itu sebagai alat geopolitik.
Sebagai pemasok utama logam tanah jarang berbiaya rendah, China dikritik para ahli karena menyebabkan kerusakan lingkungan dan praktik eksploitasi tenaga kerja.
Dalam konteks itu, G7 berupaya membangun kerangka kerja sama dengan negara-negara kaya sumber daya seperti Australia dan Chile untuk menjamin pasokan mineral kritis secara konsisten tanpa bergantung pada China, kata para sumber.
Isu yang akan dibahas para menkeu diperkirakan mencakup pembuatan aturan internasional untuk pengolahan tanah jarang, kata mereka.
Menkeu AS Scott Bessent, yang memimpin pembicaraan perdagangan dengan China, disebut-sebut sangat berambisi untuk mengurangi dominasi China.
Menkeu Jepang Satsuki Katayama diperkirakan hadir dalam pertemuan yang dijadwalkan akan berlangsung mulai 12 Januari, menurut para sumber.
Kerangka kerja G7 juga melibatkan Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, dan Uni Eropa.
Sumber: Kyodo
Baca juga: AS, Arab Saudi akan bangun kilang logam tanah jarang
Baca juga: Australia, AS teken kesepakatan logam tanah jarang senilai Rp141 T





