Bisnis.com, JAKARTA — PT Asuransi Allianz Life Indonesia mencatatkan produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unit-linked masih berkontribusi besar terhadap total pendapatan premi perusahaan, meski tren kontraksi terjadi pada industri secara nasional.
Hingga November 2025, pendapatan premi produk unit-linked Allianz Life mencapai sekitar Rp12,6 triliun. Angka ini tumbuh 5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Produk unit-linked masih menjadi kontributor utama dengan porsi sekitar 75% dari total pendapatan premi perusahaan,” kata Direktur & Country Chief Financial Officer Allianz Life Indonesia, Gert de Rijke kepada Bisnis, dikutip Kamis (25/12/2025).
Di sisi lain, Gert menyampaikan bahwa kontribusi premi produk tradisional mencapai sekitar 25% dari total portofolio perusahaan. Capaian ini mencerminkan akselerasi pertumbuhan yang kuat pada lini produk proteksi murni.
Adapun premi yang tercatat dari produk tradisional per November 2025 mencapai sekitar Rp4,2 triliun, tumbuh signifikan sebesar 37% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Sebagai pembanding, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat pendapatan premi produk unit-linked industri per September 2025 terkontraksi 12,5% YoY menjadi Rp49,24 triliun dari Rp56,31 triliun.
Baca Juga
- ACA Bocorkan Besaran Premi Asuransi Kredit untuk Fintech Lending
- Bisnis Asuransi 2026, AXA Mandiri Sebut Tantangan Pasarkan Produk Unit-Linked
- Bisnis Asuransi 2026, Prudential Lihat Peluang di Segmen Generasi Milenial dan Z
Secara historis, tren kontraksi tersebut telah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir. Pada periode Januari–September 2024, premi unit-linked turun 12,5% YoY menjadi Rp56,31 triliun. Sementara itu, pada Januari–September 2023, premi produk ini terkontraksi lebih dalam, yakni 22% YoY menjadi Rp64,37 triliun.
Menanggapi kondisi industri tersebut, Gert menegaskan Allianz Life tetap berfokus pada pendekatan berbasis kebutuhan nasabah, dengan mengedepankan transparansi, fleksibilitas produk, serta komunikasi yang jelas mengenai manfaat proteksi dan investasi.
“Strategi ini diperkuat dengan edukasi berkelanjutan kepada nasabah dan tenaga pemasar, serta digitalisasi proses distribusi dan layanan. Selain itu, kami terus mengembangkan produk yang relevan, mudah dipahami, sesuai regulasi, dengan pilihan fund yang beragam agar sesuai dengan profil risiko nasabah,” jelasnya.
Lebih jauh, dia menyebut tantangan utama dalam memasarkan produk unit-linked adalah menjaga kepercayaan dan pemahaman masyarakat terhadap manfaat dan mekanisme produk, terutama di tengah fluktuasi pasar dan dinamika kondisi ekonomi.
“Untuk mengatasinya, Allianz Life menekankan prinsip transparansi, menghadirkan inovasi digital seperti portal nasabah online untuk pemantauan investasi secara real-time, serta memperkuat literasi keuangan melalui edukasi yang konsisten,” ujar Gert.
Meski industri unit-linked masih mengalami kontraksi, Gert optimistis produk ini tetap memiliki prospek positif ke depan. Menurutnya, unit-linked tetap menawarkan solusi komprehensif yang menggabungkan perlindungan jiwa dan pengelolaan investasi secara profesional.





