FAJAR, JAKARTA — Bursa transfer tengah musim Super League 2025/2026 belum resmi dibuka, namun atmosfernya sudah terasa panas. Klub-klub papan atas mulai saling intip, menghitung celah, dan menimbang risiko. Salah satu nama yang mendadak mencuat ke permukaan adalah Ezra Walian—penyerang naturalisasi dengan rekam jejak Eropa dan pengalaman panjang di sepak bola Indonesia. Menariknya, bukan hanya Persija Jakarta yang dikaitkan dengan Ezra. Jika PSIS Semarang benar-benar serius, persaingan perebutan tanda tangan sang striker bisa menjadi cerita penting di paruh kedua musim.
Rumor ketertarikan Persija Jakarta terhadap Ezra Walian pertama kali mencuat lewat media sosial. Akun informasi sepak bola bocahbolaid menyebut nama Ezra sebagai salah satu target Macan Kemayoran jelang dibukanya bursa transfer pada 10 Januari 2026. Bursa ini akan berlangsung hingga 6 Februari 2026—rentang waktu yang relatif singkat, namun krusial bagi klub-klub yang masih memendam ambisi juara.
Bagi Persija, rumor ini masuk akal. Klub ibu kota tengah berada dalam pusaran persaingan papan atas, namun masih memiliki pekerjaan rumah di lini depan. Saat ini, Persija praktis hanya mengandalkan dua striker murni: Gustavo Almeida dan Eksel Runtukahu. Masalahnya, Gustavo belum sepenuhnya lepas dari cedera, sementara Eksel masih berproses untuk tampil konsisten di level tertinggi.
Dalam situasi seperti ini, sosok Ezra Walian menawarkan solusi yang relatif aman. Ia pemain lokal, tidak mengganggu kuota asing, berpengalaman di Liga Indonesia, dan mampu bermain di beberapa posisi di lini depan—baik sebagai penyerang tengah, second striker, maupun penyerang sayap yang masuk ke kotak penalti.
Ezra bukan nama baru. Ia adalah produk akademi AZ Alkmaar dan sempat mengenyam pendidikan sepak bola di Ajax Amsterdam. Meski karier Eropanya tidak berlanjut hingga level senior elite, fondasi teknis dan pemahaman taktiknya terbentuk kuat sejak usia muda.
Di Indonesia, Ezra telah melewati fase naik-turun yang wajar. Bersama PSM Makassar pada musim 2019/2020, ia mencatatkan 19 penampilan dengan tiga gol dan satu assist. Lalu bersama Persib Bandung, Ezra menjalani periode terpanjang dalam kariernya—88 laga, tujuh gol, dan tujuh assist. Angka yang mungkin tidak spektakuler, tetapi mencerminkan peran yang lebih luas daripada sekadar pencetak gol.
Namun, grafik Ezra justru menanjak bersama Persik Kediri. Dalam dua musim terakhir, kontribusinya semakin nyata. Pada musim pertamanya, ia mencatatkan dua gol dan tiga assist dari 21 laga. Musim ini, performanya meningkat signifikan: empat gol dan enam assist hanya dari 12 pertandingan. Statistik ini menunjukkan satu hal penting—Ezra berada dalam fase matang, baik secara usia maupun pemahaman permainan.
Di titik inilah PSIS Semarang seharusnya masuk ke dalam percakapan. PSIS bukan klub yang asing dengan proyek jangka menengah. Mereka kerap merekrut pemain yang sudah jadi, tetapi masih punya ruang berkembang. Ezra Walian sangat cocok dengan profil tersebut. Usianya 28 tahun—puncak karier bagi penyerang—dan pengalamannya di klub besar membuatnya siap menghadapi tekanan.
Jika PSIS serius, mereka bisa menawarkan hal yang mungkin tidak sepenuhnya dimiliki Persija: peran sentral dan kontinuitas menit bermain. Di Persija, Ezra akan masuk ke dalam persaingan ketat, dengan ekspektasi instan dan sorotan besar. Di PSIS, ia bisa menjadi poros utama lini serang—bukan sekadar pelapis atau rotasi.
Selain itu, PSIS juga membutuhkan figur berpengalaman untuk menjaga stabilitas performa di putaran kedua. Dengan persaingan Super League yang semakin ketat, tambahan satu pemain lokal berkualitas bisa berdampak signifikan. Apalagi Ezra tidak hanya menawarkan gol, tetapi juga kreativitas, visi, dan kemampuan membuka ruang bagi rekan setim.
Dari sisi Persik Kediri, posisi mereka juga menarik. Melepas Ezra di tengah musim tentu berisiko, mengingat kontribusinya yang nyata. Namun, jika tawaran yang datang cukup menggiurkan—baik secara finansial maupun skema pertukaran pemain—Persik bisa tergoda. Apalagi bursa tengah musim sering kali menjadi momen klub-klub menata ulang arah, bukan sekadar mempertahankan status quo.
Persaingan Persija dan PSIS dalam perburuan Ezra, jika benar terjadi, akan mencerminkan dinamika baru Super League. Tidak lagi sekadar soal klub besar dan kecil, tetapi soal proyek, peran, dan visi. Ezra Walian berada di persimpangan itu—antara menjadi bagian dari mesin besar bernama Persija, atau menjadi figur kunci dalam proyek PSIS yang ingin naik kelas.
Bursa transfer masih beberapa pekan lagi. Namun satu hal sudah jelas: Ezra Walian bukan sekadar rumor biasa. Ia adalah simbol bagaimana klub-klub Super League mulai semakin serius memaksimalkan potensi pemain lokal berkualitas. Dan jika PSIS benar-benar berani, mereka punya peluang nyata untuk menyalip Persija dalam perburuan ini.




