Surabaya, tvOnenews.com – Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Kementerian Kesehatan Surabaya terus memperkuat jejaring layanan kesehatannya. Terbaru, rumah sakit rujukan nasional ini menjalin kerja sama strategis dengan PT Nayaka Era Husada Surabaya, Senin (22/12), guna memperluas akses layanan kesehatan bagi peserta BPJS Ketenagakerjaan di Jawa Timur.
Melalui kolaborasi ini, seluruh klinik di bawah naungan Nayaka Era Husada kini dapat merujuk pasien ke RSUP Kemenkes Surabaya. Skema tersebut membuka akses layanan rujukan rumah sakit bagi sekitar 6.000 peserta BPJS Ketenagakerjaan, dengan jaminan pelayanan komprehensif berstandar internasional namun tetap mengacu pada tarif pemerintah.
“Kerja sama ini merupakan penguatan dari sinergi yang sebelumnya telah terjalin, khususnya melalui BPJS Ketenagakerjaan,” ujar dr. Martha Siahaan, SH, MARS, MHKes, Pelaksana Harian Direktur Utama RSUP Kemenkes Surabaya.
RSUP Kemenkes Surabaya tercatat sebagai rumah sakit pemerintah pertama yang menjalin kerja sama langsung dengan BPJS Ketenagakerjaan. Kolaborasi tersebut kemudian berkembang dengan berbagai mitra layanan kesehatan, termasuk Nayaka Era Husada.
dr. Martha menegaskan bahwa Nayaka Era Husada bukan merupakan asuransi swasta murni, melainkan pengelola layanan kesehatan bagi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Dengan basis peserta yang besar di Jawa Timur, RSUP Kemenkes Surabaya menyatakan kesiapan memberikan layanan medis secara menyeluruh.
“Seluruh layanan dapat kami berikan, mulai dari pelayanan dasar hingga layanan unggulan seperti PET scan dan radioterapi,” tambahnya.
Menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), RSUP Kemenkes Surabaya memastikan seluruh layanan tetap berjalan optimal. Rumah sakit ini menyediakan Saturday Clinic, Sunday Clinic, dan Holiday Clinic, termasuk layanan hemodialisis yang beroperasi tanpa henti.
“Rumah sakit tidak mengenal hari libur,” tegas dr. Martha.
Hingga akhir tahun, jumlah kunjungan pasien tercatat mengalami peningkatan signifikan, dengan tingkat keterisian tempat tidur mendekati 100 persen. Meski demikian, rumah sakit masih menghadapi tantangan keterbatasan sumber daya manusia.
“Jumlah SDM kami saat ini masih kurang sekitar 300 orang dari kebutuhan ideal sekitar 1.000 orang. Namun, keterbatasan ini tidak menjadi alasan untuk menurunkan kualitas pelayanan,” ujarnya.



