tvOnenews.com - Setiap umat Islam diwajibkan menunaikan shalat fardhu sebanyak lima kali dalam sehari. Ibadah ini dianjurkan untuk dikerjakan secara berjamaah di masjid.
Dalam pelaksanaan shalat wajib, terdapat bacaan yang dilafalkan dengan suara lantang.
Namun pada dua waktu tertentu, bacaan shalat dilakukan dengan suara pelan atau sirr, yakni pada shalat Dhuhur dan Ashar.
Lantas, apa alasan bacaan shalat Dhuhur dan Ashar tidak dibaca keras seperti shalat fardhu lainnya?
Dilansir tvOnenews.com dari tayangan YouTube Kajian Ar-Rahman, pertanyaan tersebut pernah diajukan oleh salah satu jamaah kepada Ustaz Adi Hidayat terkait bacaan shalat Dhuhur dan Ashar yang dilantunkan secara pelan.
“Kenapa shalat dhuhur dan ashar (bacaan shalat) disirrkan (tidak bersuara)?” tanya seorang jamaah kepada Ustaz Adi Hidayat.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Ustaz Adi Hidayat menjawabnya dengan penjelasan sederhana.
“Jawabannya sederhana sebetulnya, karena Nabi mencontohkannya begitu,” ungkap Ustaz Adi Hidayat pada tayangan YouTube Kajian Ar-Rahman.
- Tangkapan Layar YouTube Adi Hidayat Official
Menurut Ustaz Adi Hidayat, istilah sirr berarti sesuatu yang bersifat rahasia atau tidak untuk disebarluaskan.
Sekalipun diucapkan, tetap harus dilakukan dengan cara agar tidak terdengar oleh orang lain.
Bacaan shalat pada waktu Dhuhur dan Ashar dilafalkan secara sirr atau pelan, sehingga jamaah lain tidak sampai mendengarnya.
“Maksud pelan disini jadi orang di samping pun jangan sampai bisa dengar. Cukup kita saja yang bacakan,” jelas Ustaz Adi Hidayat.
“Jadi kalau Anda membacanya sirr tapi kedengaran orang, itu bukan sirr namanya,” sambungnya.
Di balik bacaan shalat Dhuhur dan Ashar yang dipelankan tersebut, terdapat hikmah yang mendalam.
Sebagian ulama menjelaskan bahwa pada waktu siang hari, kebanyakan orang sedang disibukkan dengan berbagai aktivitas.
Dengan bacaan yang dipelankan, suasana menjadi lebih tenang dan ibadah dapat berlangsung dengan khusyuk tanpa terganggu aktivitas sekitar, begitu pula sebaliknya.
“Dalam suasana beraktivitas kemudian menunaikan ibadah dengan bacaan dikeraskan atau dijahrkan. Tentu akan ada situasi yang tidak menyenangkan,” terang UAH.


