Penulis: RK Chandra
TVRINews, Denpasar
Perayaan Natal di Kota Denpasar tahun ini kembali diwarnai nuansa khas Bali melalui kehadiran pecalang yang turut menjaga keamanan di sejumlah gereja. Aparat keamanan adat tersebut bersinergi dengan jajaran Kepolisian dan TNI untuk memastikan ibadah umat Kristiani berlangsung aman, tertib, dan lancar.
Sejak 24 hingga 25 Desember 2025, pecalang tampak bersiaga di sekitar area gereja dengan mengenakan busana adat Bali.
Pengamanan dilakukan sejak pagi hingga seluruh rangkaian misa Natal selesai. Di setiap gereja, umumnya tiga hingga empat pecalang diterjunkan dan bertugas secara bergantian dalam dua shift.
Pengabdian pecalang dalam pengamanan ini dilakukan secara sukarela tanpa imbalan. Dalam budaya Bali, pengabdian tersebut dikenal dengan istilah ngayah, yakni melayani masyarakat dengan tulus demi kepentingan bersama.
Seluruh kegiatan pengamanan tetap berada dalam koordinasi aparat kepolisian. Pola ini menciptakan sinergi antara sistem keamanan adat dan keamanan negara yang selama ini menjadi ciri khas Bali, terutama saat pelaksanaan hari besar keagamaan dan kegiatan masyarakat berskala besar.
“Pengamanan misa Natal melibatkan unsur Polri, TNI, dan pecalang. Koordinasi berjalan dengan baik sehingga ibadah dapat berlangsung aman dan tertib,” ujar Pecalang Banjar Adat Bun Denpasar, Wayan Bratanida.
Secara kultural, pecalang merupakan polisi adat Bali yang bertugas menjaga ketertiban dan keamanan di wilayah desa adat atau desa pakraman.
Keberadaan pecalang memiliki landasan adat yang kuat dan diakui secara sosial, dengan peran yang tidak hanya terbatas pada kegiatan keagamaan Hindu, tetapi juga aktivitas kemasyarakatan lintas budaya dan agama.
Di Kota Denpasar, terdapat sekitar 750 orang pecalang yang tersebar di 35 desa pakraman. Keterlibatan mereka dalam pengamanan misa Natal menjadi gambaran nyata kerukunan antarumat beragama di Bali, di mana nilai adat, toleransi, dan kebersamaan terus dijaga dalam kehidupan bermasyarakat.
Editor: Redaktur TVRINews
