RAJA Charles III menyampaikan pesan Natal tahunannya dengan nada yang reflektif dan penuh harapan. Direkam di Lady Chapel yang bersejarah di Westminster Abbey, sang monarki mengajak masyarakat dunia untuk kembali memupuk semangat kebersamaan dan saling mengenal tetangga di tengah kondisi dunia yang semakin terfragmentasi.
Dalam pidatonya, Raja Charles membangkitkan kembali memori kolektif tentang semangat masa perang, merujuk pada peringatan 80 tahun Hari Kemenangan di Eropa (VE Day) dan di Jepang (VJ Day). Ia menekankan nilai-nilai pengorbanan dan persatuan saat menghadapi tantangan besar di masa lalu tidak boleh dilupakan.
"Ini adalah nilai-nilai yang telah membentuk negara kita. Di saat kita mendengar tentang perpecahan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, nilai-nilai inilah yang tidak boleh kita lupakan," ujar Raja Charles.
Sorotan terhadap Keberanian dan KerukunanRaja Charles juga memberikan penghormatan khusus bagi mereka yang menunjukkan "keberanian spontan" dalam situasi darurat. Ia mencontohkan aksi heroik warga saat serangan di Bondi Beach, Australia, serta mereka yang melindungi sesama dalam insiden kekerasan di sebuah sinagoga di Manchester.
Terkait keberagaman, Raja mengungkapkan rasa bangganya terhadap keharmonisan antarumat beragama yang ia temui selama ini. "Saat saya bertemu dengan orang-orang dari berbagai keyakinan, saya merasa sangat bersemangat mendengar betapa banyak persamaan yang kita miliki," tuturnya di bawah langit-langit kapel abad pertengahan tersebut.
"Digital Detox" dan KetenanganMenariknya, Raja Charles juga menyinggung dampak teknologi terhadap tatanan sosial. Dengan mengutip penyair T.S. Eliot tentang mencari "titik diam dari dunia yang berputar," asisten kerajaan menyebut hal ini sebagai ajakan bagi masyarakat untuk melakukan "digital detox" atau detoks digital guna menemukan ketenangan di tengah dunia yang bergerak semakin cepat.
Pesan ini diperkuat dengan kehadiran paduan suara Songs for Ukraine Chorus yang menyanyikan Carol of the Bells. Banyak anggota paduan suara tersebut merupakan pengungsi di Inggris akibat perang yang masih berkecamuk di tanah air mereka, menjadi simbol nyata dari solidaritas dan dukungan Inggris terhadap Ukraina.
Fokus pada Tugas dan PelayananMeskipun tahun ini penuh dengan tantangan pribadi, termasuk perjuangan melawan kanker, Raja Charles memilih untuk tidak membahas masalah kesehatannya dalam pidato tersebut. Ia juga tidak menyinggung masalah internal keluarga terkait pencopotan gelar saudaranya, Andrew Mountbatten-Windsor.
Sebaliknya, visual yang menyertai pidato tersebut berfokus pada peran aktif anggota kerajaan ("working royals"), termasuk Pangeran William dan Catherine. Salah satu momen hangat yang ditampilkan adalah kunjungan pertama Pangeran George ke badan amal tunawisma, The Passage, bersama ayahnya.
Mengakhiri pesannya, Raja merefleksikan kisah Natal sebagai cerita tentang "perdamaian dan rekonsiliasi." Ia menggambarkan keluarga kudus sebagai keluarga "tunawisma" yang membawa pesan abadi tentang harapan—sebuah doa yang menurutnya sangat relevan bagi masa-masa sulit saat ini. (BBC/Z-2)





