Marak Penipuan yang Mengatasnamakan Layanan Resmi, Kenali Tandanya Biar Nggak Jadi Korban!

liputan6.com
10 jam lalu
Cover Berita

Liputan6.com, Jakarta - Kemudahan layanan digital membuat berbagai aktivitas kini bisa dilakukan dengan cepat dan praktis. Mulai dari transaksi keuangan hingga layanan pelanggan, semuanya tersedia dalam satu genggaman. Namun, di balik kenyamanan tersebut, ancaman penipuan yang mengatasnamakan pihak resmi juga semakin marak dan kerap menyasar ke pengguna layanan digital.

Tak sedikit orang mengira dirinya sudah cukup waspada. Padahal, pelaku penipuan terus mengembangkan modus dengan cara yang semakin mayakinkan dan sulit dikenali. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami pola-pola kejahatan digital agar tetap bisa memanfaatkan teknologi dengan aman dan terhindar dari risiko menjadi korban. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan agar pengguna layanan digital terhindar dari modus penipuan yang mengatasnamakan pihak resmi.

Advertisement

BACA JUGA: Menkeu Purbaya Gelontorkan Kredit Rp 2 Triliun, Bangkitkan Industri Tekstil dan Furnitur
Cek Nomor atau Saluran Komunikasi yang Menghubungi

Penipuan yang mengatasnamakan layanan resmi masih kerap terjadi dan umumnya dilakukan melalui nomor telepon, pesan singkat, atau akun digital yang tidak dikenal. Pelaku biasanya mengaku sebagai petugas layanan pelanggan dan menyampaikan informasi tertentu agar korban segera merespons.

Modus yang digunakan sering kali dibuat mendesak, seperti pemberitahuan akun bermasalah atau aktivitas mencurigakan. Padahal, layanan resmi memiliki saluran komunikasi tersendiri yang jelas dan tidak meminta data sensitif melalui pesan pribadi. Karena itu, penting bagi pengguna untuk mengecek kembali keaslian nomor atau saluran komunikasi sebelum menindaklanjuti pesan yang diterima.

Kenali Tanda-Tanda Penipuan Berkedok Layanan Resmi

Selain melalui nomor tak dikenal, penipuan juga sering digunakan dengan meniru tampilan dan identitas layanan resmi. Pelaku mengirimkan pesan atau tautan yang sekilas terlihat meyakinkan agar korban lengah dan langsung klik tanpa pikir dua kali.

Beberapa tanda yang patut diwaspadai antara lain permintaan data pribadi, penggunaan bahasa yang tidak profesional, serta tautan mencurigakan yang mengarah ke situs palsu. Modus ini kerap digunakan penipu untuk mengambil alih akun atau mencuri informasi penting pengguna.

Untuk itu, pengguna disarankan tidak terburu-buru merespons pesan yang mengatasnamakan layanan resmi. Ada baiknya untuk melakukan pengecekan terlebih dahulu dan hindari mengklik tautan atau membagikan data sensitif sebelum memastikan keasliannya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Pelaku Wisata Bantah Bali Sepi, Kunjungan Wisatawan Asing Naik 11,2 Persen
• 7 jam lalukompas.id
thumb
Evolusi Ransomware 2025, Flu Digital Endemik Bisa Matikan Sistem Pertahanan
• 22 jam lalumedcom.id
thumb
46 Ribu Pengunjung Habiskan Libur Natal di Ancol
• 2 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Sambut Libur Nataru, InJourney Optimalkan Bandara dan Pariwisata
• 2 jam laludetik.com
thumb
Bencana di Sumatera, Menko PMK: 12 Daerah Masuk Pemulihan dan 11 Masih Tanggap Darurat
• 20 jam lalurctiplus.com
Berhasil disimpan.