EtIndonesia. Dalam tiga hari terakhir, sejak 21 hingga 23 Desember 2025, Negara Bagian Florida—khususnya Kota Miami—secara mendadak menjelma menjadi pusat perhatian diplomasi internasional. Di balik suasana libur akhir tahun, sebuah pusaran diplomasi senyap namun sangat intens berlangsung hampir tanpa jeda.
Amerika Serikat menggelar perundingan terpisah dengan Ukraina dan Rusia, sekaligus pertemuan multilateral antara Amerika Serikat, Ukraina, dan Uni Eropa. Durasi pembahasan berlangsung panjang, putaran konsultasi berlapis, dan nyaris tidak memberi ruang bagi dunia luar untuk mencerna hasilnya secara utuh.
Secara luas, komunitas internasional menilai putaran pertemuan Miami sebagai konsultasi krusial terbaru terkait rencana perdamaian Rusia–Ukraina 20 poin yang diajukan Washington. Waktu pelaksanaannya pun sangat sensitif, karena berlangsung menjelang Hari Natal—momen yang sebelumnya diharapkan menjadi titik awal gencatan senjata.
Harapan Gencatan Senjata Natal Mulai Meredup
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dalam beberapa pekan terakhir berulang kali mengirim sinyal bahwa Washington berharap dapat mendorong gencatan senjata Rusia–Ukraina sebelum Natal 2025. Namun, informasi yang sejauh ini muncul justru menunjukkan arah sebaliknya.
Sejumlah analis menilai, gencatan senjata Natal berpotensi bernasib sama dengan gencatan senjata Thanksgiving sebelumnya—menguap perlahan tanpa hasil konkret. Indikasinya terlihat jelas dari pernyataan resmi para pihak yang terlibat.
Pernyataan Seragam, Informasi Nyaris Nol
Pada 21 Desember 2025, usai perundingan Amerika Serikat–Rusia, Steve Witkoff, Utusan Khusus Presiden AS, mengunggah pernyataan singkat di platform X. Dia merangkum hasil pertemuan dengan frasa klasik diplomasi: “produktif dan konstruktif.”
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa Rusia tetap berkomitmen pada perdamaian di Ukraina serta menghargai peran Amerika Serikat. Namun, tidak satu pun rincian substantif disampaikan.
Menariknya, frasa yang hampir identik digunakan Witkoff untuk menggambarkan pertemuan tiga hari antara Amerika Serikat, Ukraina, dan negara-negara Eropa di Miami. Media Politico mencatat bahwa Rustem Umerov, Kepala Delegasi Ukraina sekaligus Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, langsung me-retweet pernyataan tersebut—nyaris tanpa perubahan kata.
Tak lama kemudian, Kirill Dmitriev, Perwakilan Khusus Presiden Rusia yang hadir dalam pertemuan AS–Rusia, juga membagikan unggahan serupa.
Tiga pihak, satu frasa diplomatik yang sama—namun kandungan informasi hampir nol. Di mata pengamat, justru keseragaman yang sangat hati-hati ini mencerminkan satu realitas: kesenjangan posisi masih sangat lebar dan sulit dijembatani dalam waktu singkat.
Tidak Ada Dialog Langsung Rusia–Ukraina
Faktanya, meski pertemuan berlangsung padat, Rusia dan Ukraina tidak melakukan dialog langsung satu sama lain. Seluruh proses masih berjalan melalui diplomasi ulang-alik yang dipimpin Amerika Serikat.
Pada hari yang sama, Yuri Ushakov, ajudan Presiden Rusia, secara terbuka menyatakan bahwa proposal perdamaian yang dibahas di Miami sebagian besar berasal dari Ukraina dan Eropa, serta dinilai “kurang konstruktif.”
Dia juga menekankan bahwa pertemuan tiga pihak AS–Rusia–Ukraina belum pernah dibahas secara serius, dan meminta semua pihak menghormati konsensus yang dicapai para pemimpin Rusia dan AS di Alaska pada Agustus 2025.
Tekanan Eropa Terus Menguat di Luar Meja Perundingan
Di luar forum resmi, tekanan politik dari Eropa terus meningkat. Pada 21 Desember 2025, kantor berita Reuters melaporkan bahwa Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer melakukan pembicaraan via telepon dengan Presiden Trump untuk membahas Ukraina.
London menegaskan bahwa negara-negara “koalisi relawan” tengah mendorong tercapainya perdamaian yang adil dan berkelanjutan, dengan tetap mempertahankan tekanan terhadap Moskow.
Empat Dokumen Kunci dalam Pertemuan AS–Ukraina
Dalam pernyataan bersama pasca-pertemuan Amerika Serikat–Ukraina, kedua pihak mengonfirmasi fokus pada empat dokumen utama:
- Penyempurnaan rencana perdamaian 20 poin
- Koordinasi kerangka jaminan keamanan multilateral bagi Ukraina
- Perjanjian jaminan keamanan bilateral AS–Ukraina
- Rencana pembangunan ekonomi pascaperang Ukraina
Meski membahas langkah lanjutan, tidak ada jadwal pertemuan berikutnya yang diumumkan. Prioritas bersama ditegaskan tetap pada penghentian pembunuhan, jaminan keamanan, serta penciptaan kondisi bagi rekonstruksi dan stabilitas jangka panjang Ukraina.
Tiga Fungsi Utama Pertemuan Miami
Sejumlah analis menyimpulkan bahwa pertemuan Miami memiliki tiga fungsi utama:
- Saluran pesan dan umpan balik
Washington menjaga agar mekanisme perundingan tidak terputus dan menyelaraskan sikap melalui negosiasi tidak langsung. - Sarana tekanan, terutama terhadap Rusia
Moskow menegaskan garis merah: isu wilayah adalah prasyarat negosiasi, tidak bisa digantikan isu jaminan keamanan. - Memperebutkan posisi Amerika Serikat
Ukraina ingin mengikat AS melalui jaminan keamanan dan rekonstruksi, sementara Rusia berharap kerja sama ekonomi dapat mencegah eskalasi sanksi di era Trump.
Namun, perebutan posisi ini tidak berarti kompromi.
Isu Wilayah Tetap Menjadi Penghalang Utama
Hambatan terbesar perundingan tetap satu isu tak terhindarkan: wilayah.
Rusia bersikeras Ukraina harus mengakui Donbass dan Krimea sebagai bagian dari Rusia. Ukraina menolak keras dan hanya bersedia berunding berdasarkan garis kontak saat ini. Perbedaan inilah yang menjadi tembok paling keras dalam proses perdamaian.
Akibatnya, peluang gencatan senjata sebelum Natal dinilai sangat kecil. Pertemuan Miami menjaga proses tetap berjalan, tetapi belum mendekatkan pada garis akhir.
Kyiv Konsolidasikan Eropa, Tekan Washington
Usai pertemuan dengan Berlin pada Selasa, 23 Desember, Kyiv terlihat mempercepat konsolidasi dukungan Eropa. Strateginya jelas: menstabilkan Eropa terlebih dahulu, lalu melalui Eropa memengaruhi arah perundingan yang dipimpin Amerika Serikat.
Presiden Volodymyr Zelenskyy secara terbuka menuntut tekanan menyeluruh terhadap Rusia. Dia menilai tekanan terhadap Presiden Putin belum cukup kuat, dan menyerukan perluasan bantuan militer AS serta sanksi ekonomi yang lebih keras.
Zelenskyy juga menegaskan kembali garis merah politik, termasuk penolakan pemilu di wilayah pendudukan Rusia dan penolakan campur tangan Moskow dalam urusan demokrasi Ukraina.
Medan Perang: Negosiasi Berjalan, Pertempuran Tak Mereda
Sementara diplomasi terus berputar, medan perang tetap bergolak. Di Kupiansk, pasukan Ukraina mencatat kemajuan baru meski berada di bawah tekanan Rusia pada 19–20 Desember. Di sektor lain, unit elite Ukraina melancarkan serangan presisi terhadap pasukan dan logistik Rusia.
Menurut laporan Noel Report, unit Phoenix Penjaga Perbatasan Ukraina dan Brigade Mekanis ke-60 berhasil menghancurkan sejumlah kendaraan Rusia, melemahkan mobilitas lawan.
Uni Eropa Perpanjang dan Perketat Sanksi
Pada 22 Desember 2025, European Union secara resmi memperpanjang sanksi ekonomi terhadap Rusia hingga 31 Juli 2026. Pernyataan Dewan Uni Eropa menegaskan: selama konflik berlangsung, dukungan terhadap Ukraina tidak akan berhenti dan tekanan terhadap Rusia siap ditingkatkan.
Sepanjang 2025, Uni Eropa telah meluncurkan paket sanksi ke-16 hingga ke-19, menargetkan armada bayangan, sektor energi, keuangan, industri militer, hingga gas alam cair Rusia—menandai fase tekanan paling keras sejak perang dimulai.
Perang Memasuki Hari ke-1.399
Pada 23 Desember 2025, perang Rusia–Ukraina memasuki hari ke-1.399. Garis depan relatif buntu, namun biaya serangan Rusia terus meningkat, sementara efektivitas perang nirawak Ukraina semakin terlihat.
Kesimpulan besar dari Miami hingga medan tempur sangat jelas:
diplomasi dipercepat, tetapi perang belum mendekati akhir. Selama isu wilayah tak tersentuh kompromi, perdamaian tetap jauh di cakrawala.



