GenPI.co - Lebih dari 20 tahun setelah mendirikan SpaceX, Elon Musk berencana menjadikan perusahaan antariksa ini sebagai perusahaan publik.
SpaceX dimiliki Musk bersama beberapa dana investasi, termasuk raksasa teknologi Alphabet, perusahaan induk Google.
Pencatatan saham publik akan membuka SpaceX kepada investor lebih luas dan memberikan jalur bagi pemegang saham lama untuk merealisasikan keuntungan modal.
Analis dari Renaissance Capital Matthew Kennedy mengatakan hal ini menjadi bisnis yang membutuhkan modal besar.
"SpaceX selalu sukses mengumpulkan dana di pasar swasta, tetapi pasar publik jelas lebih besar. Likuiditas juga penting karena memudahkan akuisisi," ujarnya, dilansir AFP, Kamis (25/12).
Bloomberg dan PitchBook menyebut IPO ini bisa mengumpulkan lebih dari USD 30 miliar, jauh melebihi USD 10 miliar yang dikumpulkan perusahaan sejak didirikan dan meningkatkan nilai SpaceX menjadi USD 1,5 triliun.
IPO ini terjadi di tengah booming industri antariksa yang bernilai USD 630 miliar pada 2023 dan diperkirakan meningkat tiga kali lipat pada 2035, menurut McKinsey serta Forum Ekonomi Dunia.
SpaceX memiliki daya tarik unik berkat roket yang bisa digunakan kembali dan konstelasi satelit Starlink.
Status unik SpaceX juga terkait dengan CEO-nya, Musk, orang terkaya di dunia dan juga CEO Tesla serta xAI.
Sejak didirikan pada 2002, SpaceX menjadi proyek pribadi Musk untuk mengolonisasi Mars.
Perusahaan fokus mengembangkan Starship, roket terbesar untuk misi ke Bulan dan Mars.
Selain itu, SpaceX juga berencana membangun pusat data berbasis ruang angkasa untuk kecerdasan buatan (AI).
Pencatatan saham publik diharapkan memberikan likuiditas baru untuk mendukung proyek ambisius ini.
"Jawabannya cukup jelas. Dia ingin mempercepat roda penggerak untuk mewujudkan visinya tentang umat manusia di Mars," kata analis dari CSIS Clayton Swope.
Namun, masuknya modal publik membawa konsekuensi.
"SpaceX harus lebih transparan dan menghadapi tekanan untuk menghasilkan keuntungan," kata Swope. (*)
Video populer saat ini:



