Refleksi 21 Tsunami Aceh di Tengah Duka Banjir Besar Sumatra, Ribuan Orang Menangis dalam Doa

mediaindonesia.com
14 jam lalu
Cover Berita

DI tengah selimut duka akibat banjir besar Rabu 26-27 November lalu, kini masyarakat Aceh khusyuk dan khidmat larut dalam doa memperingati 21 tahun bencana alam tsunami. Refleksi dilakukan untuk mengenang fenomena alam yang menewaskan sekitar 130.000 warga Bumi Serambi Mekah yang terjadi pada 26 Desember 2004 itu.

Puncak acaranya Kamis (26/12) di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Muhasabah religi itu berlangsung khidmat bertepatan detik-detik gempa bumi disusul gelombang mahadahsyat tsunami sekitar pukul 08.00 WIB.

Ribuan umat muslim dan keluarga korban tsunami Aceh menangis seraya membaca doa. Mereka terbayang betapa dahsyatnya musibah kala itu. Lalu mengenang puluhan ribu saudara yang sekarang harus menjalani hidup di pengungsian akibat banjir akhir November lalu. Namun mereka tetap meyakini bahwa cobaan ini memiliki hikmah maha besar dan sebuah ujian untuk mendekatkan diri kepada Allah.

"Allah Maha Kaya dan banyak cara menyayangi hambanya yang beriman. Cobaan ini membawa kami untuk lebih teguh, kuat, sabar dan taat kepada Ilahi. Ya Allah kami hamba-Mu yang mungkin tidak memahami cara kasih sayang-Mu. Tapi Engkau pasti tahu kami ini hamba yang lemah tiada berdaya. Semoga rahmat Engkau selalu mengiringi kami," tutur Ghina Zuhaira, Dokter Koas dari Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, yang sempat merasakan dahsyatnya bencana gempa dan tsunami kala itu.

Tausyiah atau nasihat refleksi 21 tsunami disampaikan oleh Da'i kharismatik nasional Ustaz Abdul Somad (UAS). Dalam tausiahnya, UAS menyampaikan masyarakat Aceh adalah bangsa pejuang. Terlahir dari rahim para pejuang dan pahlawan bangsa.

Memiliki keimanan yang tangguh meskipun sering dalam kondisi sulit, teguh menghadapi musibah seperti tsunami dan banjir besar. Meski demikian tidak ada orang Aceh yang rusak aqidah Islamnya karena bencana besar.

Padahal sering orang sampai rusak pikirannya atau sulit bertahan kalau rumahnya hancur, hartanya hilang dan sanak keluarganya meninggal akibat bencana. Hebatnya semua itu dialami oleh masyarakat Serambi Mekah dengan teguh, lalu imannya bertahan kokoh.

Dai kondang ini juga menyinggung soal banjir Aceh yang terjadi akhir bulan lalu. Menurutnya kerusakan di laut dan di darat itu adalah akibat ulah tangan manusia.

Itu sesuai dengan Firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ar-Rum ayat 41 yang artinya 'Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena ulah tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)'.

Dikatakan Ustazd Abdul Somad, kayu yang besar menjulang tinggi, akarnya kokoh ke dalam tanah. Fungsinya bisa menyerap air hujan dan dapat mencegah longsor. Mengapa bisa menahan longsor, karena tanahnya diikat dengan akar kayu. Padahal itu diajarkan sejak kelas IV SD dalam mata pelajaran IPA. Sayangnya, ternyata sekarang pohon-pohon besar penahan air itu dipotong dan akarnya kemudian lapuk, sehingga terjadilah banjir bandang.

"Itulah karena ulah tangan manusia. Tangan saya tidak pernah memegang kampak, tidak pernah memegang gergaki. Memang tanganmu tidak pernah motong, tapi tanda tanganmu telah meluluhlantakkan," tutur Abdul Somad.

Setelah menyampaikan tausiah 21 refleksi tsunami di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, UAS melanjutkan khutbah di Masjid Agung Al-Falah Sigli, Kabupaten Pidie. Di sana sang dai kondang tersebut juga menyampaikan tentang bencana alam, nasihat untuk menjaga lingkungan hidup sesuai ajara Islam.

Kepala Dinas Syariat Islam Kabupaten Pidie Drh H Fadli mengatakan, selain mengundang UAS untuk khutbah dan refleksi jumat tsunami, sehari sebelumnya pihaknya juga menggelar zikir dan doa bersama mengenang korban bencana 21 tahun silam tersebut. Para jemaah masjid dan masyarakat khusyuk mengikuti acara religi yang di gelar usai salat isya berjamaah, Kamis (25/12) malam.

"Kita gelar malam hari supaya masyarakat lebih banyak hadir dan memiliki waktu lebih lama. Hampir setiap tahun digelar di masjid dan setelah salat isya," tambah Fadli.

Peringatan atau refleksi 21 tahun tsunami Aceh juga di gelar diberbagai kabupaten/kota di Aceh. Misalnya di Masjid Agung Sultan Jeumpa Kabupaten Bireuen, ribuan masyarakat, ASN dan forkopimda setempat menghadiri zikir serta doa bersama untuk para syuhada tsunami 26 Desember 2004.

Adapun di Kabupaten Aceh Barat, kawasan pesisir Samudra Hindia yang paling parah diterjang tsunami 21 tahun lalu, juga ribuan orang berkumpul di halaman Masjid Babul Jannah, Suak Indrapuri, Kecamatan Johan Pahlawan pada Jumat (26/12) pagi.

Sebelum doa bersama, Bupati Aceh Barat Tarmizi SP dan rombongan forkopimda menyempatkan diri berziarah ke kuburan massal korban tsunami di Ujong Kareueng, Meulaboh. Itu dilakukan untuk mengenang para syuhada bencana alam yang saat itu yang menghancurkan Kota Meulaboh persis di pesisir pantai Samudra Hindia.

Setelah rangkaian ziarah dan doa bersama juga digelar tausyiah yang disampaikan oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Barat, Tengku Haji Mahdi Kari. Acara ditutup dengan menengadahkan tangan dan membaca doa keselamatan. (MR/E-4)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
9 WNI yang Dipaksa Jadi Scammer dan Admin Judol Dijanjikan Sebagai Operator Komputer
• 20 jam lalukompas.com
thumb
BNPB: Pascabencana, Seluruh RS Kembali Beroperasi di Aceh Sumut dan Sumbar
• 20 jam lalutvrinews.com
thumb
Muhaimin Fasilitasi Santri Korban Ambruknya Musala Ponpes Al Khoziny Berkunjung ke Jakarta
• 22 menit lalusuarasurabaya.net
thumb
Israel Jadi Negara Pertama Akui Kemerdekaan Somaliland
• 18 jam laludetik.com
thumb
Oknum Dosen UIM Diduga Ludahi Kasir Perempuan di Makassar Dipolisikan Kasus Penghinaan
• 8 jam lalurctiplus.com
Berhasil disimpan.