Harga Bitcoin kembali melemah, melanjutkan pola yang kian sering terjadi sepanjang bulan ini, ketika reli singkat dengan cepat terhapus oleh aksi jual di Sabtu (27/12).
Dilansir dari Coinmarketcap, harga bitcoin sempat menguat dalam perdagangan terbaru, namun kemudian turun tajam ke sekitar US$87.000. Pergerakan tersebut terjadi hampir setiap sesi perdagangan sejak libur dari Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Baca Juga: Minta Tebusan Bitcoin, Dua Gedung Hyundai Dievakuasi Usai Jadi Sasaran Ancaman Bom
Tekanan terhadap aset kripto muncul bersamaan dengan lonjakan harga logam mulia. Emas, perak, tembaga dan platinum masing-masing mencatat rekor tertinggi baru, memperkuat daya tarik logam sebagai aset lindung nilai.
Kenaikan harga logam tersebut dinilai telah menyedot arus modal yang sebelumnya berpotensi mengalir ke bitcoin, terutama dalam konteks perdagangan lindung nilai terhadap pelemahan nilai mata uang global.
Selain faktor pasar, meningkatnya ketegangan geopolitik turut mendorong minat terhadap aset safe haven. Amerika Serikat (AS) dilaporkan menyerang target kelompok Islamic State di Nigeria.
Sementara Venezuela terus mengalami tekanan menyusul pemblokiran dan perampasan kapal tanker minyak yang dikenai sanksi oleh AS.
Baca Juga: Jelang Nataru, Harga Bitcoin Akan Kena Efek Santa Rally?
Kombinasi lemahnya sentimen kripto dan meningkatnya ketidakpastian global membuat pelaku pasar cenderung mengalihkan dana ke logam mulia, sementara bitcoin kembali kesulitan mempertahankan reli jangka pendek.




