EtIndonesia. Di wilayah Samudra Pasifik Selatan, Australia, beredar sebuah kisah tentang joran pancing dan keranjang ikan yang hingga kini masih sering diceritakan orang.
Dua pemuda melakukan perjalanan jauh. Karena tersesat, langkah mereka justru semakin menjauh dari peradaban, hingga akhirnya tiba di sebuah tempat yang nyaris tak pernah disentuh manusia. Jarak dari lokasi itu ke desa terdekat mencapai ratusan kilometer.
Persediaan makanan mereka pun habis. Sementara itu, kembali ke tempat asal hampir mustahil dilakukan.
Saat keputusasaan mencapai puncaknya, mereka bertemu dengan seorang nelayan tua. Di tangannya ada sebuah joran pancing, dan di keranjang ikannya terdapat beberapa ekor ikan. Kedua pemuda itu segera memohon pertolongan.
Orang tua itu berkata dengan tenang : “Dari sini, untuk mencapai tempat berpenghuni, kalian perlu berjalan setidaknya tujuh hari. Aku hanya memiliki dua benda ini. Aku akan memberikannya kepada kalian secara terpisah. Sisanya, kalian harus bertahan dengan pilihan kalian sendiri.”
Dia meminta mereka memilih: keranjang berisi ikan, atau joran pancing.
Pemuda yang lebih tua memilih keranjang ikan. Dia berkata: “Aku sudah tidak kuat lagi memancing. Dengan ikan-ikan ini, aku bisa makan sambil berjalan pulang.”
Dia pun membawa keranjang ikan itu dan berangkat.
Pemuda yang lebih muda memilih joran pancing. Dalam hatinya dia berpikir, “Dengan joran ini, aku bisa mencari tempat yang ada ikannya. Itu pasti cukup.”
Dengan perasaan lega, dia menerima joran tersebut dan melanjutkan perjalanan.
Beberapa hari berlalu.
Pemuda yang membawa ikan telah menghabiskan seluruh isi keranjangnya. Namun, dia baru menempuh setengah perjalanan. Saat harus melanjutkan separuh jalan berikutnya, dia kehabisan tenaga—dan akhirnya meninggal karena kelaparan di tengah jalan.
Lalu bagaimana dengan pemuda yang membawa joran?
Dia terus mencari tempat yang memungkinkan untuk memancing. Namun ketika jaraknya ke sumber ikan tinggal belasan kilometer, tubuhnya tak lagi sanggup bergerak. Tanpa makanan, dia pun mati kelaparan di perjalanan.
Bertahun-tahun kemudian, dua pemuda lain mengalami kejadian serupa. Mereka tersesat dan sampai di tempat terpencil yang sama. Dalam kondisi benar-benar terdesak, mereka kembali bertemu seorang lelaki tua dengan dua benda yang sama: joran pancing dan keranjang berisi ikan.
Mereka memohon pertolongan, dan seperti sebelumnya, orangtua itu memberikan masing-masing satu benda, lalu pergi.
Namun, kedua pemuda ini adalah sahabat sejati.
Mereka berdiskusi dan mengambil keputusan bersama: “Kita tidak boleh berpisah. Dua orang yang bekerja sama pasti lebih kuat dan lebih cerdas daripada satu orang. Kita makan ikan ini bersama-sama, sambil mencari tempat memancing. Setelah itu, kita memancing sambil terus mendekat ke daerah berpenghuni.”
Rencana itu terbukti benar.
Saat ikan di keranjang hampir habis, mereka berhasil menemukan tempat yang penuh ikan. Dalam satu pagi saja, mereka memancing lebih dari sepuluh kilogram ikan. Ikan-ikan itu kemudian mereka jemur menjadi ikan kering sebagai bekal perjalanan.
Tak lama kemudian, mereka kembali menemukan lokasi memancing lain, dan kembali mendapatkan banyak ikan.
Akhirnya, setelah lebih dari sepuluh hari, mereka berhasil menembus wilayah maut itu dan kembali dengan selamat ke tempat asal mereka.(jhn/yn)




