Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan, terdapat sembilan calon emiten yang antre untuk mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) pada tahun depan.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengatakan berdasarkan klasifikasi aset perusahaan yang merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat enam perusahaan dalam pipeline tergolong skala besar dengan aset di atas Rp 250 miliar.
Selain itu, terdapat satu perusahaan aset skala menengah atau aset antara Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar. Sedangkan perusahaan skala kecil atau aset di bawah Rp 50 miliar terdapat dua dalam pipeline atau antrean.
"Sampai dengan 24 Desember 2025 telah tercatat 26 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan dana dihimpun Rp 18,11 triliun," tulis Nyoman dalam laporannya, dikutip Sabtu (24/12).
Berikut jumlah emiten yang mengantre IPO berdasarkan sektornya:- 2 perusahaan dari sektor material dasar
- 0 perusahaan dari sektor konsumer siklikal
- 0 perusahaan dari sektor konsumer non siklikal
- 1 perusahaan dari sektor energi
- 3 perusahaan dari sektor finansial
- 0 perusahaan dari sektor kesehatan
- 1 perusahaan dari sektor industri
- 0 perusahaan dari sektor infrastruktur
- 0 perusahaan dari sektor properti dan real estate
- 1 perusahaan dari sektor teknologi
- 1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik
Bank DKI atau Bank Jakarta sebelumnya telah menyatakan rencana untuk menggelar pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Direktur Utama Bank DKI Agus H. Widodo bahkan menyebut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah memberikan restu bagi perseroan untuk melanjutkan rencana IPO.
“Iya betul. Untuk kapannya, nanti kami informasikan lebih lanjut,” kata Agus ketika dihubungi Katadata.co.id, seperti dikutip Kamis (22/5) lalu.
Menurut Agus, perusahaan kini tengah menyiapkan berbagai keperluan untuk memperlancar proses IPO. Adapun Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung sebelumnya memberi tenggat agar proses IPO digelar dalam waktu dekat.
"Yang pasti saat ini sedang berproses untuk persiapan itu (IPO)," ujar Agus lagi.
Rencana IPO Bank DKI ini sudah beberapa kali diungkap Pramono kepada publik. Ia mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ingin Bank DKI mempersiapkan IPO sebagai bagian dari upaya pembenahan Bank Milik Pemprov DKI Jakarta itu.
Pramono mengakui koordinasi dan konsultasi dengan OJK terus dilakukan untuk persiapan IPO. Pada Kamis (15/5) lalu Pemprov Jakarta sudah bertemu dan berdiskusi langsung dengan OJK dan Bank DKI. Rencana IPO juga sudah dibahas dalam rapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jakarta.
Titan Infra SejahteraSinyal IPO Titan Infra Sejahtera dari sektor energi itu semula direncanakan pada 2025. Pernyataan itu disampaikan dalam salah satu pemberitaan yang dimuat di laman resmi perusahaan. Tak hanya itu rencana IPO ini juga sudah diungkap pada 2024, dengan target melepas 10% saham.
Direktur Utama Titan Infra Sejahtera Suryo Suwignjo mengatakan, meski harga batu bara global menurun, perusahaan tetap melanjutkan ekspansi terukur. Suryo menambahkan, kinerja Titan Infra menunjukkan tren positif pada lima bulan pertama tahun 2025.
"Reputasi dan brand awareness perusahaan yang semakin kuat di industri batu bara menjadi modal besar dalam menghadapi rencana IPO pada 2025,” kata Suryo seperti dikutip dari laman resmi perusahaan.
Di tengah aksi itu perusahaan kini tengah beraksi melalui anak usaha PT Servo Lintas Raya (SLR), mengoperasikan jalan khusus batu bara (hauling road) sepanjang 118 km. Jalan khusus itu berkapasitas 50 juta ton yang menghubungkan wilayah Kabupaten Lahat, Muara Enim dan Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).
Adapun Kabupaten Lahat dan Muara Enim merupakan lumbung batu bara di Sumatera Selatan. Servo Lintas Raya terkoneksi dengan pelabuhan batu bara yang dioperasikan oleh PT Swarnadwipa Dermaga Jaya (SDJ), anak usaha PT Titan Infra Sejahtera. Saat ini, SDJ dapat menampung 34 juta ton batu bara per tahun dan berencana untuk meningkatkan kapasitas pelabuhan menjadi 45 juta ton per tahun.
Neo EnergyPT Anugrah Neo Energy Materials juga disebut tengah bersiap untuk mencatatkan perdana umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan rumor pasar, Neo Energy disebut tengah melaksanakan proses Pre-Deal Investor Education (PDIE).
Rumor yang beredar itu juga menyebut bahwa raksasa baterai ternama sekaligus mitra strategis Volkswagen Group asal Cina, Gotion High-Tech akan resmi bergabung sebagai mitra strategis Neo Energy.
Skemanya, Gotion dikabarkan akan mengambil porsi saham pada proyek HPAL (High-Pressure Acid Leaching) milik ANEM. Perusahaan juga akan menyediakan transfer teknologi dan jaminan pembelian (offtake) untuk produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Selain itu, Gotion juga disebut akan bertindak sebagai standby buyer dalam rencana IPO ANEM. Namun hingga saat ini belum diketahui berapa besaran porsi dan nilai investasinya. Perusahaan juga belum menyampaikan jadwal hingga berapa jumlah saham yang ditebar saat IPO.
Katadata.co.id sebelumnya sudah berupaya mendapatkan konfirmasi dari manajemen Neo Energi mengenai kabar IPO ini. Namun hingga berita ini ditayangkan belum ada informasi resmi dari perusahaan.




