Invasi Plat Luar Kota dan Jeritan Kemacetan: Malang Dikepung Kendaraan Jelang 2026

beritajatim.com
1 jam lalu
Cover Berita

Malang (beritajatim.com) – Langit Kota Malang tampak kelabu di penghujung Desember 2025. Namun, hawa dingin yang biasanya memeluk kota ini seolah terusir oleh hawa panas yang menguar dari ribuan knalpot kendaraan yang memadati jalanan. Menjelang pergantian tahun menuju 2026, kota ini tidak sedang tidur. Ia sedang bergeliat, sesak, dan nyaris tak bergerak.

Dalam pemantauan beritajatim.com sejak perayaan Natal hingga Sabtu (27/12/2025), denyut nadi lalu lintas Malang Raya mengalami arhitmia tak beraturan dan cenderung tersumbat. Bukan hanya di jalan arteri, jalur tikus yang biasanya menjadi andalan warga lokal pun kini tak luput dari serbuan roda empat.

Simfoni Klakson di Kayutangan hingga Suhat

Jalan Jenderal Basuki Rahmat, atau yang kini populer dengan sebutan Kayutangan Heritage, menjadi saksi bisu betapa magnet wisata Malang begitu kuat. Lampu-lampu jalan bergaya kolonial yang estetik kini bersaing dengan sorot lampu merah dari taillight mobil yang mengular panjang.

Di kawasan Soekarno-Hatta (Suhat), yang dikenal sebagai denyut nadi gaya hidup mahasiswa, kondisinya setali tiga uang. Deretan kafe dan restoran penuh sesak. Di sekitar Alun-Alun Kota Malang, kendaraan berjejal berebut sisa aspal.

Pemandangan ini didominasi oleh tamu dari luar kota. Jika biasanya jalanan Malang didominasi pelat N, kini pelat nomor kendaraan seolah sedang mengadakan reuni akbar se-Jawa. Pelat P dari wilayah Tapal Kuda (Bondowoso, Situbondo, Jember), AG dari Kediri Raya, L dari Surabaya, W dari Sidoarjo, hingga M dari Pulau Madura tampak mendominasi. Tak ketinggalan, pelat B dari Jakarta pun turut menghiasi kepadatan, menandakan bahwa Malang masih menjadi pelarian favorit warga ibu kota.

Sejak sebelum Natal, tepatnya pada malam Misa Natal, hingga dua hari setelahnya, kepadatan ini sudah terasa mencekik. Namun, pertanyaan besarnya adalah: Mengapa Malang? Mengapa orang rela menempuh kemacetan berjam-jam hanya untuk terjebak di kemacetan lain di kota tujuan?

Di sebuah sudut area parkir Mal Olympic Garden (MOG), tepatnya di belakang itu, Rozak (35), seorang wisatawan asal Jakarta, tampak menyeka keringat di dahinya. Ia baru saja memarkirkan mobilnya setelah berputar nyaris 15 menit mencari celah kosong.

Saat ditemui di tengah ketergopohannya Rozak mengaku ingin memanjakan diri di Khayangan Reflexology untuk melepas penat setelah perjalanan darat yang melelahkan.

“Jujur saja, Mas. Saya ke Malang ini niatnya melarikan diri,” ujar Rozak sambil terkekeh getir, Jumat (26/12/2025).

Rozak bercerita, biasanya ia dan keluarga menghabiskan akhir tahun di Bandung. Namun, trauma kemacetan Puncak dan Lembang membuat ia memutar setir ke Jawa Timur.

“Saya pikir Bandung sudah terlalu crowded, macetnya nggak manusiawi. Awalnya saya mengira Malang tidak akan sepadat itu. Ternyata perkiraan saya salah besar. Keluar dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya,” candanya.

Meski begitu, Rozak mengakui ada alasan kuat mengapa ia tetap bertahan. “Tapi ya mau bagaimana lagi, Malang ini value for money-nya dapet banget. Makanan enak dan murah, tempat wisatanya banyak yang bersahabat di kantong. Kalau di Jakarta atau Bandung, bawa duit segini cuma dapet setengahnya. Jadi ya, macet-macet sedikit dinikmati saja lah sambil nunggu pijat.”

Di sisi lain, kemeriahan pariwisata ini menjadi mimpi buruk bagi penghuni sementara kota ini: para mahasiswa. Rullah (27), mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi negeri di Malang, hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kondisi jalanan dari jendela kosnya di kawasan Sumbersari.

Rullah adalah representasi dari ribuan mahasiswa yang memilih tidak pulang kampung demi mengejar revisi skripsi. Namun, niatnya untuk sekadar mencari kopi atau mencetak berkas skripsi kini menjadi perjuangan berat.

“Rasanya kayak jadi orang asing di kota sendiri, Mas,” keluh Rullah saat ditemui di sebuah warung kopi kecil yang terselip di gang sempit, menghindari jalan utama.

“Biasanya kalau mau ke kafe ngerjain tugas, cukup 10 menit motoran. Sekarang? Bisa 30 menit itu pun tangan pegal ngerem terus. Mau pesan makanan lewat ojol (ojek online), harganya naik, abangnya juga sering nolak orderan karena macet. Niat hati mau healing tipis-tipis biar skripsi lancar, malah stressing lihat plat B dan L di mana-mana,” tambahnya dengan nada frustrasi khas Gen Z.

Bagi Rullah, libur Nataru di Malang bukan lagi soal pesta kembang api, melainkan soal bertahan hidup di tengah kepungan kendaraan. “Harapan saya cuma satu, semoga cepat tanggal 2 Januari biar jalanan balik normal lagi,” tutupnya.

Data Berbicara: Lonjakan Kendaraan via Tol Pandaan-Malang

Apa yang dirasakan Rozak dan Rullah, bukan sekadar perasaan subjektif. Data menunjukkan adanya lonjakan drastis volume kendaraan yang menyerbu Malang.

Berdasarkan data resmi PT Jasamarga Pandaan Malang, pintu gerbang utama menuju kota apel ini mencatatkan angka yang fantastis. Terhitung sejak 18 Desember hingga 25 Desember 2025, tercatat sebanyak 271.001 kendaraan memasuki wilayah Malang melalui Gerbang Tol (GT) Ruas Pandaan Malang.

General Manager Operasi PT Jasamarga Pandaan Malang, Muhammad Reza Pahlevi Guntur, membedah data tersebut. “Secara persentase, artinya ada peningkatan jumlah kendaraan sebanyak 17,10 persen jika dibandingkan dengan lalu lintas normal,” ungkap Reza dalam keterangan resminya, Jumat (26/12/2025).

Sebagai perbandingan, pada hari-hari biasa dalam rentang waktu yang sama, jumlah kendaraan yang melintas hanya berkisar di angka 231.432 unit.

Angka 271.001 tersebut merupakan akumulasi dari lima gerbang tol utama: GT Purwodadi, GT Lawang, GT Singosari, GT Pakis, dan GT Malang. Namun, titik krusial tetap berada di Singosari.

“Kendaraan yang keluar (masuk Malang) dari GT Singosari paling banyak. Yakni mencapai 108.005 kendaraan. Ini naik sekitar 20,97 persen dibanding lalu lintas normal,” pungkas Guntur.

Angka ini mengonfirmasi mengapa kawasan Singosari hingga Karanglo menjadi titik kemacetan yang paling menguras emosi pengendara.

Respons Otoritas

Menanggapi fenomena lautan kendaraan ini, pihak kepolisian dan dinas perhubungan memiliki pandangan dan strategi tersendiri.

Kasatlantas Polres Malang, AKP Muhammad Alif Chelvin Arliska, membenarkan adanya peningkatan volume kendaraan tersebut. Namun, dalam pesan singkatnya kepada media, ia memberikan perspektif yang sedikit berbeda.

“Benar ada peningkatan, tapi belum signifikan,” bebernya singkat. Pernyataan belum signifikan ini mungkin merujuk pada fakta bahwa lalu lintas, meski padat, masih bisa bergerak (mengalir) dan belum terjadi gridlock total yang melumpuhkan kota sepenuhnya.

Sementara itu, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang telah mengambil langkah antisipatif dengan menyiapkan skenario rekayasa lalu lintas (lalin) yang bersifat insidentil dan situasional. Fokus utama adalah mengurai simpul-simpul kemacetan saat puncak libur Tahun Baru 2026.

Kepala Dishub Kota Malang, Widjaja Saleh Putra, menegaskan bahwa tidak ada rekayasa permanen yang akan membingungkan pengguna jalan. Semuanya bergantung pada kondisi real-time di lapangan.

“Salah satu ruas yang berpotensi dilakukan pengaturan khusus adalah Jalan Ahmad Yani, terutama dari arah utara ke selatan yang kerap mengalami kepadatan luar biasa akibat limpahan dari pintu tol dan arteri Surabaya-Malang,” jelas Widjaja, Kamis (25/12/2025).

Ia menambahkan opsi yang paling mungkin diambil adalah contraflow. “Jika terjadi kepadatan tinggi, dimungkinkan dilakukan contraflow, baik di sisi timur maupun barat, melihat situasi di lapangan,” ujarnya.

Tak hanya pintu masuk kota, kawasan pendidikan seperti Universitas Brawijaya (UB) juga mendapat perhatian khusus. Jalan MT Haryono yang menjadi poros penghubung Batu-Malang seringkali terkunci.

“Kawasan UB juga kita pantau, kalau dibutuhkan akan kami lakukan pengalihan arus,” ungkapnya.

Harapan pada Infrastruktur Baru

Di tengah kemacetan yang mendera, Widjaja juga menyoroti peran vital infrastruktur yang telah dikebut pengerjaannya oleh pemerintah daerah. Pelebaran Jembatan Kedungkandang, misalnya, disebut sebagai salah satu penyelamat arus lalu lintas di sisi timur kota.

“Pelebaran Jembatan Kedungkandang sangat efektif karena sebelumnya hampir setiap pagi dan sore terjadi antrean panjang di lokasi tersebut,” analisisnya.

Selain itu, perbaikan Jembatan Gatot Subroto yang sempat longsor dan perbaikan jalan di Soekarno-Hatta diharapkan sudah tuntas sepenuhnya jelang malam pergantian tahun. “Jika tuntas, ini akan sangat membantu kelancaran lalu lintas di Kota Malang,” pungkas Widjaja dengan nada optimis.

Menikmati Malang dengan Segala Dinamikanya

Matahari mulai terbenam di ufuk barat Kota Malang, namun lampu-lampu kendaraan justru semakin terang menyala. Suara klakson masih bersahutan, beradu dengan alunan musik dari kafe-kafe pinggir jalan.

Bagi Rozak, dan ratusan ribu wisatawan lainnya, kemacetan ini adalah harga yang harus dibayar demi sepiring bakso Malangan, jalan-jalan di trotoar Kayutangan, sejuknya udara Batu, dan kenangan liburan bersama keluarga. Bagi Rullah dan warga lokal, ini adalah ujian kesabaran tahunan yang harus dilewati dengan dada lapang.

Malang, dengan segala pesonanya, memang memiliki daya pikat yang aneh. Ia membuat orang mengeluh karena macetnya, namun selalu membuat mereka kembali lagi di tahun berikutnya. Dan menjelang 2026, kota ini kembali membuktikan diri sebagai primadona pariwisata Jawa Timur, meski harus ditebus dengan peluh dan kepadatan di jalan raya. (dan/ian)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Prediksi Persib vs PSM Malam Ini: Susunan Pemain, H2H, dan Skor Akhir
• 10 jam lalukompas.tv
thumb
Mesir vs Afrika Selatan: Penalti Salah Antar The Pharaohs ke 16 Besar
• 20 jam lalumedcom.id
thumb
4 Tips Mitigasi Bencana Letusan Gunung Api
• 9 jam lalumetrotvnews.com
thumb
PSIS Semarang Terus Bangun Kekuatan: Demi ke Super League Mahesa Jenar Dikabarkan Deal dengan Gelandang Timnas Brasil
• 49 menit laluharianfajar
thumb
Catat, Link Live Streaming Persebaya Vs Persijap Minggu Sore di GBT
• 4 jam laluberitajatim.com
Berhasil disimpan.