Menikmati Situs Megalitik yang Hidup di Kampung Adat Raja Prailiu di Sumba Timur

tvonenews.com
5 jam lalu
Cover Berita

Jakarta, tvOnenews.com -Kehadiran Kampung Adat Raja Prailiu dapat menguatkan ekosistem budaya berkelanjutan di Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kampung Adat Raja Prailiu memiliki warisan sejarah dan budaya megalitik berupa makam-makam batu tempat peristirahatan terakhir para leluhur, yang hingga kini masih terpelihara dengan baik.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon pada Sabtu (27/12) mengunjungi Kampung Adat Raja Prailiu di Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, guna memastikan pelindungan kebudayaan dan kekayaan intelektual komunal masyarakat adat Sumba Timur.

Sebagaimana dikutip dalam siaran pers kementerian di Jakarta, Minggu, Menteri Kebudayaan menyampaikan bahwa "Kampung Adat Prailiu ini menjadi satu pusat aktivitas budaya, terutama juga di dalam pembuatan kain-kain. Kain-kain tenun ikat, songket, yang dibuat di sini merupakan satu tradisi yang hidup," katanya.

Menteri Kebudayaan menyebut Kampung Adat Raja Prailiu sebagai peninggalan budaya yang hidup. "Tradisi megalitik juga masih bisa kita lihat di Kampung Adat Prailiu. Peninggalan-peninggalan dari era megalitik sampai sekarang masih dipelihara dengan baik, bahkan dilakukan di dalam ritus-ritus pemakaman, perkawinan, serta berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari oleh masyarakat adat di Marapu," ia menjelaskan.

Kampung Adat Raja Prailiu memiliki bangunan-bangunan rumah adat Sumba dengan atap yang menjulang, makam batu megalitik, dan sentra pembuatan tenun ikat khas Sumba.

Selama berada di kompleks Kampung Adat Raja Prailiu, Menteri Kebudayaan mengunjungi kediaman Raja Prailiu dan meninjau Galeri Tenun Ikat Praikamaru.

Di Galeri Tenun Ikat Praikamaru, warga kampung adat menunjukkan kain tenun dengan berbagai motif, warna, dan ukuran. Usaha kain tenun merupakan salah satu sumber pendapatan warga di kampung adat tersebut.

Remi, salah satu tetua Kampung Adat Prailiu, menyampaikan bahwa budaya Marapu tidak terpisah dengan kehidupan masyarakatnya. 

"Bagi kami, kain Sumba Timur bukan hanya sebagai busana atau pakaian, melainkan kain itu dibuat untuk urusan adat," katanya. 

"Begitu juga dengan tradisi megalitik, kita masih menjaga, masih mempertahankan kuburan megalitik dan rumah-rumah tradisional," ia menambahkan.(ant)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Fatalitas Kecelakaan Nataru 2025/2026 Turun 23,23 Persen, Korlantas Tingkatkan Penindakan Truk Besar
• 23 jam lalukompas.tv
thumb
Gempa M 7,0 Guncang Taiwan
• 17 jam laludetik.com
thumb
Klasemen Liga Inggris Usai Aston Villa, Liverpool hingga Arsenal Raih Kemenangan
• 11 jam lalutabloidbintang.com
thumb
Sejarah Candi Borobudur, Ini Filosofi Zona Kamadhatu hingga Arupadhatu
• 3 jam lalumedcom.id
thumb
Pesona Banyu Kuwung Banyuwangi, Wisata Air Alami Sejuk di Kaki Gunung Ijen
• 2 jam lalusuarasurabaya.net
Berhasil disimpan.