Lewat OBOR, PHE WMO Pulihkan Terumbu Karang dan Ekonomi Nelayan Madura

wartaekonomi.co.id
5 jam lalu
Cover Berita
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) terus memperkuat komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan Program Taman Wisata Laut Labuhan di Desa Labuhan, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.

Program berbasis ekowisata pesisir ini menjadi bagian dari strategi One Belt One Road (OBOR) yang mengintegrasikan aspek lingkungan, sosial, pendidikan, dan ekonomi masyarakat di sekitar wilayah operasi.

Sebagai pengelola Blok West Madura Offshore sejak 2011, PHE WMO tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas), tetapi juga menempatkan keberlanjutan sebagai fondasi utama hubungan dengan masyarakat pesisir.

Baca Juga: Dukung Ekosistem Otomotif, Pertamina Lubricants Gandeng Bengkel di Depok dalam Program Enduro Sahabat Komunitas

Hingga Desember 2025, PHE WMO mencatat produksi minyak mentah sebesar 1.703 barel per hari (BOPD) dan gas sebesar 26,454 MMSCFD, dengan wilayah operasi di lepas pantai barat Madura serta fasilitas pengolahan gas di Gresik.

Program Taman Wisata Laut Labuhan digagas sebagai respons atas kerusakan terumbu karang yang cukup parah. Berdasarkan hasil pengamatan pada 2017, tutupan karang hidup di perairan tersebut hanya mencapai 10–25 persen atau masuk kategori rusak.

Kondisi ini berdampak langsung pada abrasi pantai yang mencapai 5,24 meter per tahun serta penurunan hasil tangkapan nelayan dari sebelumnya 30–40 kilogram menjadi kurang dari 10 kilogram per sekali melaut.

Untuk menjawab tantangan tersebut, PHE WMO melakukan konservasi terumbu karang melalui metode transplantasi karang menggunakan kubah beton berongga. Metode ini merupakan modul pertama di Indonesia dan telah mendapatkan Hak Cipta.

Baca Juga: Pertamina Drilling Jajaki Kerja Sama Hulu Migas dengan Irak

Hingga kini, sebanyak 80 kubah beton berongga dengan total 480 fragmen karang berhasil ditanam dan menunjukkan tingkat kelangsungan hidup (survivability) mencapai 97 persen. Empat jenis karang yang ditransplantasi meliputi Acropora millepira, Acropora hyacinthus, Porites cylindrica, dan Sinularia sp.

Keberhasilan konservasi tersebut berdampak signifikan terhadap peningkatan biodiversitas laut. Jumlah spesies fauna akuatik yang berasosiasi dengan terumbu karang meningkat dari delapan spesies pada 2017 menjadi 40 spesies pada 2024. Pemerintah Desa Labuhan bahkan mereplikasi program ini dengan menanam 130 kubah beton tambahan.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Payung Kuning, Moh Sahril, menyebut program ini memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.

“Melalui kegiatan konservasi yang dilaksanakan bersama PHE WMO, tentunya menjadi semangat bagi kami untuk terus menjaga keberlanjutan lingkungan. Kami tidak hanya mendapatkan manfaat dari sisi lingkungan, tetapi masyarakat kurang mampu juga dapat terlibat untuk mengembangkan usaha di area wisata,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima, Minggu (28/12/2025).

Baca Juga: Naik 40%, Pertamina Patra Niaga Genjot Pasokan LPG di Banda Aceh Pascabencana

General Manager Zona 11 PHE, Zulfikar Akbar, menegaskan pengembangan wilayah operasional ini sejalan dengan rencana strategis perusahaan dalam Konsep OBOR. Program tersebut juga mendukung agenda internasional Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, Menjaga Ekosistem Laut, serta Menjaga Ekosistem Darat.

“Sebagai tetangga terdekat wilayah operasi kami, tentu kami berharap masyarakat pesisir semakin maju dan sejahtera. Ini sejalan dengan Konsep OBOR dan dukungan terhadap SDGs,” ujarnya.

Senada, Manager Comrel & CID Regional 4, Rahmat Drajat, menilai inovasi kubah beton berongga sebagai solusi konkret yang mampu menjawab persoalan lingkungan dan ekonomi masyarakat nelayan.

Sementara itu, Senior Manager Relations Regional Indonesia Timur, Sigit Dwi Aryono, menegaskan PHE WMO Regional Indonesia Timur berkomitmen menjalankan program berkelanjutan sesuai kerangka Environmental, Social & Governance (ESG).

Baca Juga: Lewat ORA, Pertamina Gas Gelar Khitanan Massal dan Santunan Anak Yatim di Wilayah Rokan

“Program ini merupakan implementasi aspek sosial, yakni hubungan dengan komunitas di sekitar wilayah operasi. Harapannya, kami dapat menjalankan peran sebagai pendukung ketahanan energi nasional sekaligus menumbuhkan kemandirian masyarakat lokal,” ujarnya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Basarnas Sebut Tinggi Gelombang Capai 1,5 Meter Saat KM Putri Sakinah Berangkat Menuju Pulau Padar
• 10 jam lalukompas.tv
thumb
Waktu Seolah Melambat Bersama Buku-Buku di Rumah Baca
• 6 jam lalukompas.id
thumb
Membaca Epstein Files: Antara Kesaksian Korban dan Praduga Tak Bersalah
• 10 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Gempa M6,6 Guncang Taiwan, BMKG Pastikan Tak Berpotensi Tsunami di Indonesia
• 22 jam laluokezone.com
thumb
Solidaritas Bencana Nasional, Pemkab Ponorogo Ganti Pesta Kembang Api dengan Istighosah saat Malam Tahun Baru
• 10 jam lalurealita.co
Berhasil disimpan.