BALAI Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyatakan adanya perubahan morfologi Gunung Merapi. Hal tersebut hasil dari pengamatan 13 Desember 2025.
Kepala BPPTKG Yogyakarta Agus Budi Santosa, Minggu (28/12), menjelaskan bahwa pada pengamatan itu BPPTKG melihat adanya sedikit perubahan morfologi pada kubah barat daya akibat perubahan volume kubah dan aktivitas guguran lava. Sedangkan untuk kubah tengah, tidak teramati adanya perubahan morfologi.
Berdasarkan analisis foto udara tanggal 13 Desember 2025, jelasnya, volume Kubah Barat Daya dan Kubah Tengah berturut - turut adalah sebesar 4.171.800 meter kubik dan 2.368.800 meter kubik.
Selama periode 19-25 Desember 2025, BPPTKG mencatat ada 6 kali awan panas guguran dan 146 guguran lava dari puncak Gunung Merapi. Namun, kejadian itu terjadi di radius aman dari permukiman dan lokasi wisata. “Masih jauh dari lokasi permukiman penduduk maupun dari destinasi wisata yang ada di Lereng Gunung Merapi," Agus.
Awan panas guguran tercatat dengan jarak luncur maksimum 2.000 meter mengarah ke hulu Kali Boyong, Bebeng dan Sat/Putih). "Guguran lava yang dapat teramati adalah sebanyak 4 kali ke arah hulu Kali Boyong sejauh maksimum 1.800 meter, 92 kali ke arah hulu Kali Krasak sejauh maksimum 1.900 meter, 15 kali ke arah hulu Kali Bebeng sejauh maksimum 1.700 meter dan 46 kali ke arah hulu KaliSat/Putih sejauh maksimum 2.000 meter," katanya.
Selain 6 kali gempa Awan Panas Guguran (APG), tercatat juga ada 10 gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 444 gempa Fase Banyak (MP), 641 gempa Guguran (RF) dan 4 gempa Tektonik (TT) yang terekam oleh jaringan seismik yang terpasang di Gunung Merapi dan sekitarnya.
Intensitas kegempaan pada periode pengamatan ini, kata Agus, lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas kegempaan pada minggu sebelumnya. Sepanjang periode pengamatan, imbuhnya Gunung Merapi tampak mengeluarkan asap berwarna putih, ketebalan tipis hingga tebal, bertekanan lemah, dan dengan tinggi asap bervariasi dari 10 meter hingga 250 meter.
Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental maka disimpulkan aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Dengan begitu, status Gunung Merapi masih dipertahankan dalam tingkat Siaga atau Level III. "Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya," katanya. (M-1)


