FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Dengan gaya santai namun penuh ketegasan, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa tampil terbuka menceritakan perjuangannya melawan mafia migas serta strategi yang kini ia jalankan untuk memulihkan ekonomi nasional.
Purbaya mengungkapkan langkah-langkah berani yang ia ambil sejak menjabat Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani. Salah satunya adalah menarik dana besar dari Bank Indonesia (BI) untuk digerakkan ke sektor perbankan, agar dana tersebut bisa mengalir ke dunia usaha dan masyarakat.
“Saya tarik uangnya dari BI ke perbankan. Suruh mereka mikir, karena mereka sebenarnya punya kemampuan, cuma malas saja,” ujarnya saat menjadi tamu di program ORANG PENT!NG, dikutip pada Senin (29/12).
Ia menjelaskan, langkah itu dilakukan agar perekonomian tidak stagnan di sistem keuangan. Menurutnya, uang harus berputar agar pertumbuhan ekonomi bisa terasa nyata di masyarakat.
“Kalau ekonominya ekspansi, yang paling untung besar adalah perbankan. Biasanya mereka baru sadar nanti,” katanya.
Namun, di balik ketenangan dan gaya santainya, Purbaya menyimpan pengalaman keras dalam melawan kepentingan besar di sektor migas. Saat masih menjabat di Kemenko Maritim, ia mengaku pernah berhadapan langsung dengan mafia migas yang berupaya memengaruhi kebijakan negara.
“Melawan mafia migas itu susah. Uang mereka besar untuk mengubah kebijakan. Tapi saya enggak mau itu terjadi lagi ke depan,” tegasnya.
Ia menceritakan bagaimana kelompok berkepentingan itu berupaya mempertahankan sistem yang merugikan negara. Namun, Purbaya tetap konsisten menjaga integritas dan menolak kompromi.
Keberanian itulah yang kemudian membuatnya dipercaya memegang kendali fiskal negara di pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
“Saya hanya bertanggung jawab ke K-1. Yang lain saya enggak peduli. Saya enggak punya ambisi politik. Saya bicara berdasarkan data dan pengalaman ekonomi,” tegas Purbaya.
Purbaya menyebut bahwa tekanan politik dan godaan kekuasaan adalah hal yang wajar di pemerintahan. Namun, yang paling penting, katanya, adalah keberanian menjaga arah kebijakan agar tetap berpihak kepada rakyat.
“Kalau ada gesekan, ya kita cari pemecahan yang betul seperti apa. Tapi dasarnya tetap kesejahteraan umum, bukan kepentingan pribadi,” katanya.
Beranjak ke arah kebijakan, Purbaya menegaskan komitmennya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional hingga 8 persen. Ia ingin memastikan bahwa pertumbuhan tersebut benar-benar dirasakan oleh rakyat, bukan sekadar angka di atas kertas.
“Kalau cuma ditulis 8%, itu nipu. Tapi kalau kemajuannya dirasakan rakyat, itu baru pertumbuhan. Kita harus cuan bersama,” katanya optimistis.
Ia juga menyoroti pentingnya kerja sama lintas kementerian agar kebijakan ekonomi berjalan serasi dan berdampak nyata.
“Saya sedang mikir bagaimana caranya supaya pendekatan di Kemenkeu bisa menyebar ke kementerian lain. Kalau semua jalan selaras, hasilnya cepat kelihatan,” jelasnya.
Purbaya ingin membuktikan bahwa pemimpin yang jujur, rasional, dan berani menghadapi mafia ekonomi masih bisa menjadi motor perubahan di Indonesia. (Pram/fajar)



