Bisnis.com, SURABAYA – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyatakan bahwa pihaknya telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Anti Preman, buntut kasus pembongkaran rumah dan pengusiran seorang wanita lanjut usia, Elina Widjajanti (80) oleh oknum yang diduga anggota organisasi masyarakat (ormas).
"Insya Allah kita buatkan tempat di Pemkot Surabaya untuk Satgas Anti-Preman. Surabaya harus aman," tegas Eri dalam keterangan resminya, Senin (29/12/2025).
Eri mengungkapkan, Satgas Anti Preman tersebut melibatkan jajaran kepolisian, TNI, hingga unsur Forkompinda. Selain itu, ia juga akan merangkul tokoh-tokoh dari berbagai suku yang ada di Kota Pahlawan untuk bergabung dalam satgas itu.
"TNI, Polri, dan seluruh elemen suku akan bergabung. Siapa pun yang melakukan premanisme akan ditindak dan dihilangkan dari kota ini," tegasnya.
Lebih lanjut, Eri membeberkan bahwa pihaknya akan menggelar pertemuan dengan semua suku dan organisasi masyarakat (ormas) di Surabaya pada Januari 2026.
Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kondusivitas, menumbuhkan kesadaran kolektif serta memastikan warga memahami bahwa penyelesaian konflik harus berlandaskan hukum.
Baca Juga
- Walkot Eri Cahyadi Ajak Warga Surabaya Ikuti Uji Coba Parkir Digital
- Surabaya Tiadakan Pesta Tahun Baru, Walkot Eri Cahyadi Ajak Warga Empati untuk Sumatra
- Walkot Eri Cahyadi Wajibkan Parkir Digital di Surabaya Mulai 2026
“Surabaya terdiri dari beragam suku dan agama. Kita harus menjaga persatuan dan kerukunan. Jangan biarkan perbedaan dijadikan alasan untuk memecah belah masyarakat,” ajak Eri.
Ketua Dewan Pengurus APEKSI ini turut menyampaikan bahwa partisipasi aktif warga merupakan pilar utama dalam merawat keamanan serta keharmonisan kota. Melalui serangkaian kebijakan ini, dirinya optimis setiap sengketa dapat diputus secara adil dan transparan sesuai koridor hukum yang berlaku.
“Warga yang mencintai Surabaya pasti akan membantu menjaga ketertiban dan tidak mudah terprovokasi oleh isu yang dapat memecah belah,” pungkasnya.
Terkait kondisi nenek Elina yang rumahnya dibongkar dan dirobohkan, Pemkot Surabaya tengah melakukan asesmen mengenai kebutuhan mendesak korban. Selain bantuan fisik atau tempat tinggal, ia juga menekankan pentingnya pemulihan kondisi psikis korban.
"Yang paling penting adalah psikisnya. Kami juga menguatkan warga dan tetangga di sekitar lokasi. Surabaya boleh jadi kota besar, tapi jangan pernah kehilangan empati terhadap sesama. Harus saling menjaga dan menguatkan,” jelas Eri.
Ia pun mengimbau, agar warga tidak melakukan aksi-aksi anarkis atau benturan antarwarga sebagai reaksi atas kejadian ini. Eri memohon masyarakat mempercayakan penyelesaian kasus sepenuhnya kepada pihak kepolisian sambil terus mengawal prosesnya hingga tuntas.
“Ayo warga Surabaya, kita saling menjaga dan mengawal proses hukumnya hingga tuntas dan Nenek Elina mendapatkan keadilan,” pungkasnya.





