PEMERINTAH menyatakan, penanganan bencana Sumatra menunjukkan kemajuan signifikan dengan semakin banyak daerah beralih dari fase tanggap darurat ke tahap transisi rehabilitasi dan rekonstruksi.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan sekaligus Koordinator Penanganan Bencana Sumatra Pratikno menyebut, gotong royong seluruh elemen bangsa menjadi kunci percepatan pemulihan di kawasan terdampak. Hal itu ia sampaikan dalam konferensi pers di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (29/12).
Pratikno menjelaskan, lebih dari separuh kabupaten dan kota terdampak kini telah memasuki fase transisi. Di Aceh, tujuh kabupaten-kota sudah beralih ke rehabilitasi dan rekonstruksi, sementara sebelas lainnya masih memperpanjang masa tanggap darurat.
Di Sumatra Utara, delapan kabupaten-kota masuk fase transisi dan delapan masih tanggap darurat. Adapun di Sumatra Barat, sepuluh kabupaten-kota telah beralih ke fase transisi, dengan tiga daerah masih berstatus tanggap darurat. Menurut Pratikno, perpanjangan status ini dilakukan agar daerah benar-benar siap memasuki tahap pemulihan jangka menengah.
Dari sisi infrastruktur dasar, pemerintah terus mempercepat pemulihan listrik, air bersih, dan jaringan komunikasi. Pengiriman genset, mobil penjernih air, truk tangki, toilet darurat, serta berbagai peralatan penunjang terus ditambah dan diperluas operasinya. Untuk komunikasi, jaringan telah kembali normal di 14 kabupaten/kota.
"Untuk daerah yang belum pulih, ditambahkan Starlink, kami saat ini menambah 280 unit dan bersamaan dengan itu percepatan pemulihan jaringan komunikasi terus dilakukan," kata Pratikno.
Pelayanan kesehatan juga menjadi prioritas. Pemerintah mengirim dan memfasilitasi relawan tenaga medis, mulai dari dokter spesialis, dokter umum, hingga calon dokter, dengan fokus pada layanan kesehatan dasar, bedah minor, dan trauma healing. Pratikno memastikan seluruh RSUD telah beroperasi meski sebagian belum optimal, sementara dari 867 puskesmas terdampak kini tersisa delapan yang masih dalam tahap pemulihan.
Di sektor pendidikan, pemerintah menargetkan kegiatan belajar-mengajar kembali dimulai pada 5 Januari. Tercatat sekitar 3.700 sekolah terdampak, dengan 3.100 di antaranya mengalami kerusakan berat. Proses pembersihan 587 sekolah yang masih berlangsung ditargetkan rampung pada 4 Januari, meski 54 sekolah masih harus menjalankan pembelajaran di tenda sementara.
Sementara itu, pembangunan hunian sementara (huntara) dan hunian tetap terus dikebut. Pada 28 Desember, pembangunan huntara di tiga provinsi telah dimulai dan sebagian selesai, dengan total 1.050 unit. Dari jumlah tersebut, 450 unit dibangun BNPB bersama pemerintah daerah, dan 600 unit dibangun melalui dukungan swasta serta jajaran BUMN.
Pemulihan aktivitas ekonomi juga menunjukkan progres. Di Aceh, dari 112 pasar tradisional terdampak, 18 sudah beroperasi penuh. Di Sumatra Utara, 46 dari 47 pasar terdampak telah kembali beroperasi, sementara di Sumatra Barat dua dari tiga pasar terdampak sudah dibuka kembali. Pemerintah memastikan percepatan pemulihan pasar terus dilakukan melalui penataan infrastruktur, pembersihan, dan dukungan lintas kementerian dan lembaga. (H-3)

/https%3A%2F%2Fcdn-dam.kompas.id%2Fphoto%2Fori%2F2021%2F11%2F24%2F886b3f7b-74be-4d44-a95a-8789dd405ec8.jpg)

