Jakarta, VIVA – Kinerja komunikasi publik Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI), Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama, menunjukkan tren yang semakin menguat sepanjang periode 23 Desember 2024 hingga 23 Desember 2025.
Hal ini tercermin dari tingginya eksposur media, luasnya jangkauan informasi, serta dominasi sentimen positif dalam percakapan publik di media daring dan media sosial.
Berdasarkan hasil pemantauan media (media monitoring) dan analisis percakapan digital (social listening), Direktorat PAI tercatat memperoleh 229 penyebutan di berbagai kanal digital. Penyebutan tersebut berasal dari media daring nasional dan lokal, serta berbagai platform media sosial seperti Facebook, Instagram, YouTube, dan TikTok.
Dari total tersebut, jangkauan media sosial mencapai sekitar 2,2 juta akun unik, dengan tingkat keterlibatan publik atau engagement sekitar 9.000 interaksi.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menilai capaian tersebut menunjukkan efektivitas komunikasi kebijakan pendidikan Islam yang semakin baik dan terarah.
“Data ini memperlihatkan bahwa kebijakan dan program pendidikan Islam semakin dikenal, dipahami, dan mendapat perhatian luas dari masyarakat. Ini menjadi indikator penting bahwa upaya kami dalam membangun komunikasi publik yang terbuka dan partisipatif berjalan dengan baik,” ujar Suyitno di Jakarta, Senin 29 Desember 2025.
- Istimewa
Menurut Suyitno, komunikasi publik bukan sekadar penyampaian informasi, tetapi juga bagian dari tanggung jawab pemerintah dalam membangun kepercayaan dan memastikan kebijakan berdampak nyata bagi masyarakat.
“Kami menempatkan komunikasi sebagai instrumen strategis untuk menjembatani kebijakan dengan kebutuhan publik. Informasi harus sampai secara utuh, tidak terpotong, dan dapat dipertanggungjawabkan,” tegasnya.
Hasil analisis sentimen menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen percakapan publik bernada positif, sementara sentimen negatif berada pada kisaran yang sangat kecil dan bersifat insidental.
Sentimen positif tersebut banyak berkaitan dengan program strategis Direktorat PAI, antara lain Pendidikan Profesi Guru (PPG) PAI, PAI Fair 2025, penguatan literasi dan asesmen keagamaan, serta berbagai program peningkatan mutu madrasah dan pendidikan tinggi keagamaan Islam.
Analisis emosi publik juga memperlihatkan dominasi emosi apresiasi dan optimisme, tanpa adanya indikasi emosi negatif yang bersifat masif, seperti ketakutan atau resistensi. Hal ini menandakan stabilitas reputasi Direktorat PAI di ruang publik.



