FAJAR, SEMARANG — Persaingan Pegadaian Championship Liga 2 musim 2025/2026 kian memanas setelah rampungnya pekan ke-13. Di Grup Timur, duel dua mantan penghuni Liga 1, Barito Putera dan PSS Sleman, menjadi sorotan utama. Namun di sisi lain, kondisi kontras dialami PSIS Semarang yang masih terpuruk di dasar klasemen.
Barito Putera kokoh di puncak klasemen dengan koleksi 31 poin, disusul ketat oleh PSS Sleman dengan 30 poin. Kedua tim tampak konsisten menjaga performa dan menjadi kandidat kuat promosi langsung ke Super League musim depan.
Regulasi kompetisi membuat persaingan semakin brutal. Hanya juara grup yang berhak promosi otomatis, sementara peringkat kedua Grup Barat dan Timur harus berjibaku di babak play-off demi satu tiket tersisa. Artinya, margin kesalahan kian menipis.
PSIS Semarang Tertinggal Jauh
Di tengah sengitnya perebutan papan atas, PSIS Semarang justru berada dalam situasi genting. Mahesa Jenar baru mengoleksi 5 poin dari 13 pertandingan, terdampar di posisi juru kunci Grup Timur.
Kekalahan demi kekalahan membuat jarak PSIS dengan papan tengah semakin menganga. Persipura Jayapura di peringkat ketiga telah mengoleksi 26 poin, sementara Kendal Tornado dan Deltras Sidoarjo juga mulai menjauh.
Realita ini memaksa PSIS menghadapi kenyataan pahit: target keluar dari zona degradasi dan menjaga eksistensi klub kini lebih realistis ketimbang memburu promosi.
Masalah Klasik: Ketimpangan Kualitas Skuad
Inkonsistensi PSIS tak bisa dilepaskan dari ketimpangan kualitas skuad. Di beberapa pertandingan, Laskar Mahesa Jenar mampu memberi perlawanan, tetapi mudah kehilangan momentum akibat kesalahan individual dan minimnya kedalaman tim.
Lini tengah kerap kalah duel, sementara sektor depan belum memiliki figur pemecah kebuntuan yang konsisten mencetak gol. Di level Championship yang sarat fisik dan tempo tinggi, kekurangan kualitas di satu lini saja bisa berakibat fatal.
Situasi ini membuat PSIS mau tak mau harus mulai memikirkan perombakan terbatas namun tepat sasaran.
Haus Pemain Baru Berkualitas
Jelang putaran kedua, PSIS Semarang disebut masih membuka peluang mendatangkan pemain baru, terutama yang sudah berpengalaman di Liga Indonesia atau memiliki jam terbang kompetisi ketat.
Bukan sekadar menambah jumlah, PSIS membutuhkan pemain dengan karakter pemimpin, mampu menstabilkan permainan, dan menjadi pembeda di saat tim tertekan.
Sinyal ini sejalan dengan kenyataan bahwa kompetitor di Grup Timur tak hanya kuat secara nama, tetapi juga matang secara struktur tim. Tanpa tambahan amunisi, PSIS berisiko semakin tertinggal dan terjebak dalam spiral kekalahan.
Peta Persaingan Liga 2
Di Grup Barat, Garudayaksa FC tampil dominan dengan 27 poin dan keunggulan selisih gol mencolok. Adhyaksa membuntuti dengan 23 poin, sementara klub-klub besar seperti PSMS Medan dan PSPS Pekanbaru masih berjuang keluar dari papan tengah.
Nasib paling mengenaskan dialami Sriwijaya FC. Juara Liga Indonesia 2007 dan 2012 itu masih terbenam di dasar klasemen Grup Barat dengan hanya 2 poin tanpa satu kemenangan pun—cermin betapa kerasnya Liga 2 musim ini.
PSIS di Persimpangan Jalan
Bagi PSIS Semarang, putaran kedua akan menjadi penentuan arah klub: bangkit dan bertahan, atau tenggelam lebih dalam. Waktu masih ada, tetapi tidak banyak. Setiap laga kini bernilai final.
Tanpa suntikan pemain baru yang benar-benar memberi dampak, kerja keras saja tak cukup untuk mengejar ketertinggalan dari Barito Putera dan PSS Sleman—bahkan sekadar mendekati papan tengah pun menjadi tantangan besar.
Mahesa Jenar masih punya nama besar dan basis suporter kuat. Namun di Liga 2 yang kejam, sejarah tak lagi menjamin apa pun. Yang dibutuhkan PSIS sekarang adalah keputusan berani dan pemain berkualitas—sebelum semuanya terlambat.




