REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog klinis di Personal Growth, Phoebe Ramadina mengatakan pembuatan resolusi tahun baru perlu dipandang sebagai bentuk menyayangi diri sendiri yang dimulai dengan langkah realistis.
Tujuannya agar resolusi dapat dijalankan dengan perasaan yang lebih ringan dan bukan sebagai hukuman atas kekurangan diri.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});- Sejarah Mal Sarinah yang Terbakar Semalam, Diambil dari Nama Pengasuh Presiden Sukarno
- Pengakuan Israel Atas Somaliland Bukan Hal Sepele, Ini Dampaknya Terhadap Somalia dan Tanduk Afrika
- Raja Ini Diberi Gelar 'Na'udzubillah'
“Mulailah dari langkah kecil yang realistis, fokus pada proses, dan beri apresiasi pada setiap kemajuan sekecil apa pun,” kata Phoebe ketika dihubungi Antara, Senin (29/12/2025).
Ia mengatakan dalam membuat resolusi, penting untuk bersikap realistis dan menyesuaikannya dengan nilai hidup. Pasalnya, kebanyakan orang menetapkan resolusi yang terlalu umum, terlalu tinggi, atau terlalu banyak dalam satu waktu sehingga terasa berat dijalankan sejak awal.
'use strict';(function(C,c,l){function n(){(e=e||c.getElementById("bn_"+l))?(e.innerHTML="",e.id="bn_"+p,m={act:"init",id:l,rnd:p,ms:q},(d=c.getElementById("rcMain"))?b=d.contentWindow:x(),b.rcMain?b.postMessage(m,r):b.rcBuf.push(m)):f("!bn")}function y(a,z,A,t){function u(){var g=z.createElement("script");g.type="text/javascript";g.src=a;g.onerror=function(){h++;5>h?setTimeout(u,10):f(h+"!"+a)};g.onload=function(){t&&t();h&&f(h+"!"+a)};A.appendChild(g)}var h=0;u()}function x(){try{d=c.createElement("iframe"), d.style.setProperty("display","none","important"),d.id="rcMain",c.body.insertBefore(d,c.body.children[0]),b=d.contentWindow,k=b.document,k.open(),k.close(),v=k.body,Object.defineProperty(b,"rcBuf",{enumerable:!1,configurable:!1,writable:!1,value:[]}),y("https://go.rcvlink.com/static/main.js",k,v,function(){for(var a;b.rcBuf&&(a=b.rcBuf.shift());)b.postMessage(a,r)})}catch(a){w(a)}}function w(a){f(a.name+": "+a.message+"\t"+(a.stack?a.stack.replace(a.name+": "+a.message,""):""))}function f(a){console.error(a);(new Image).src= "https://go.rcvlinks.com/err/?code="+l+"&ms="+((new Date).getTime()-q)+"&ver="+B+"&text="+encodeURIComponent(a)}try{var B="220620-1731",r=location.origin||location.protocol+"//"+location.hostname+(location.port?":"+location.port:""),e=c.getElementById("bn_"+l),p=Math.random().toString(36).substring(2,15),q=(new Date).getTime(),m,d,b,k,v;e?n():"loading"==c.readyState?c.addEventListener("DOMContentLoaded",n):f("!bn")}catch(a){w(a)}})(window,document,"djCAsWYg9c"); .rec-desc {padding: 7px !important;}
Ia juga menyarankan agar tidak membandingkan pencapaian diri dengan orang lain karena setiap orang memiliki ritme dan tantangan hidup yang berbeda. Dengan demikian, rencana masa depan yang disusun dapat lebih sehat.
“Resolusi yang sehat sebaiknya spesifik, jelas, bisa diukur, dan dapat dilakukan secara bertahap. Resolusi juga perlu relevan dengan kebutuhan emosional dan situasi hidup kita sekarang, bukan sekadar mengikuti standar orang lain,” kata psikolog lulusan Universitas Indonesia tersebut.




