RESOLUSI tahun baru sebaiknya dimulai dari target yang masuk akal agar proses menjalaninya terasa lebih ringan dan tidak berubah menjadi tekanan atau hukuman atas kekurangan pribadi. Tujuan tersebut penting agar resolusi dapat dijalani dengan kesadaran dan penerimaan diri, bukan dengan rasa terpaksa.
“Mulailah dari langkah kecil yang realistis, fokus pada proses, dan beri apresiasi pada setiap kemajuan sekecil apa pun,” kata Psikolog klinis dari Personal Growth, Phoebe Ramadina M.Psi., Psikolog, seperti dilansir dari Antara, Senin (29/12).
Lalu, bagaimana cara membuat resolusi tahun baru yang tepat? Yuk, simak sebagai berikut.1. Jangan Terlalu Banyak Target
Phoebe menjelaskan banyak orang gagal menjalankan resolusi karena menetapkan tujuan yang terlalu luas, terlalu tinggi, atau menumpuk terlalu banyak target dalam waktu bersamaan. Akibatnya, resolusi sudah terasa membebani sejak awal dan sulit dipertahankan.
2. Jangan Bandingkan Diri dengan Orang Lain
Ia juga mengingatkan agar seseorang tidak mengukur keberhasilan dirinya dengan membandingkannya pada pencapaian orang lain. Setiap orang memiliki kondisi, tantangan, serta tempo hidup yang berbeda, sehingga perbandingan justru dapat mengganggu kesehatan mental dan perencanaan masa depan.
“Resolusi yang sehat sebaiknya spesifik, jelas, bisa diukur, dan dapat dilakukan secara bertahap. Resolusi juga perlu relevan dengan kebutuhan emosional dan situasi hidup kita sekarang, bukan sekadar mengikuti standar orang lain,” kata psikolog lulusan Universitas Indonesia ini.
Menurutnya, tujuan yang jelas dan terukur akan membantu otak membentuk kebiasaan baru dengan lebih mudah. Target yang terasa mungkin dicapai akan mendorong motivasi, dibandingkan tujuan yang terlalu besar dan menimbulkan rasa takut gagal.
3. Dijalani Secara Bertahap
Resolusi yang selaras dengan kondisi pribadi serta dijalani secara bertahap juga cenderung lebih konsisten dilakukan karena menghadirkan perasaan positif, bukan tekanan emosional.
4. Belajar dari Kegagalan
Phoebe menambahkan, kegagalan mencapai resolusi di tahun sebelumnya tidak seharusnya dimaknai sebagai kegagalan diri. Hal tersebut justru bisa menjadi petunjuk adanya hal-hal yang perlu ditinjau ulang, seperti sasaran yang terlalu tinggi, perubahan situasi hidup, atau kondisi fisik dan emosional yang kurang diperhatikan.
“Apa yang terpenting adalah melakukan refleksi, bukan menghakimi diri. Kita perlu bertanya dengan jujur pada diri sendiri tentang hambatan apa yang muncul, lalu menyesuaikan kembali target agar lebih sesuai dengan kapasitas kita. Sikap ini membantu kita belajar dari pengalaman, dan tidak tenggelam dalam rasa bersalah,” kata Phoebe.
5. Tidak Harus Semuanya Tercapai
Phoebe juga menegaskan bahwa resolusi tahunan tidak selalu harus tercapai sepenuhnya. Ketidaktercapaian tujuan bukan berarti seseorang gagal atau tidak bernilai, melainkan bisa mencerminkan proses pertumbuhan, perubahan prioritas hidup, atau meningkatnya kesadaran akan batas kemampuan diri.
Phoebe menyimpulkan bahwa resolusi sebaiknya berfungsi sebagai sarana evaluasi dan penunjuk arah perkembangan diri, bukan sebagai kewajiban kaku yang mengabaikan dinamika kehidupan yang terus berubah. (Nas/M-3)




