MerahPutih.com - Pemerintah tengah melakukan berbagai operasi untuk pemulihan wilayah yang terdampak bencana di Sumatera.
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengatakan TNI melakukan operasi pascabencana berskala besar untuk mempercepat pemulihan bencana di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
Selama proses pemulihan, TNI sudah membangun puluhan jembatan darurat.
"Total yang dibangun ada 32 jembatan,” ujar Agus," kata Agus dalam jumpa pers di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (29/12).
Baca juga:
Begini Kerja Cepat TNI Bangun Puluhan Jembatan Wilayah Terdampak Bencana di Sumatra
Pembangunan jembatan darurat ini mampu membuka akses jalan yang sempat terisolasi pascabencana.
Beberapa jembatan sudah digunakan masyarakat beraktivitas seperti jembatan Teupin Mane, jembatan Teupin Reudep, jembatan Jeumpa, Jembatan Matang Bangka, Jembatan Kutablang, dan Jembatan Weh Pase, di Aceh. Kemudian, jembatan Hamparan Perak dan jembatan Anggoli Sibabangun di Sumut, serta beberapa jembatan lainnya.
TNI juga mengerahkan 89 unit alat utama sistem senjata (alutsista). Terdiri atas pesawat, helikopter, dan kapal perang RI (KRI).
“Sampai saat ini (alutsista) terus melakukan dukungan bantuan logistik melalui airdrop ataupun air landed. Kemudian, KRI membawa dukungan alat berat, alat kesehatan, mendukung membawa juga nakes dan membantu kementerian/lembaga lain seperti peralatan PLN, membawa BBM, bahan pangan, genset, dan sebagainya,” kata Agus.
Adapun logistik yang sudah didistribusikan sejumlah 2.669,53 ton. Logistik itu dikirimkan baik melalui jalur udara maupun darat.
Sementara itu, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak menyebut pemerintah melalui Kementerian Pertahanan telah memesan 100 jembatan bailey sehingga diharapkan jembatan-jembatan itu dapat terpasang sekitar bulan Januari sampai dengan Februari 2026.
Jembatan bailey itu sengaja dibeli di luar negeri, karena saat ini pemerintah membutuhkan jembatan itu dalam jumlah banyak dan waktu yang cepat.
"Untuk pembelian bailey ini barang hampir jarang yang ready stock. Ini dikoordinir Kementerian Pertahanan, dicari di berbagai negara, berapa mereka siap, kita beli untuk ke sini, begitu yang disampaikan ke saya," kata Maruli. (Pon)



