EtIndonesia. Suatu hari, seorang guru yang bijaksana bertanya kepada murid-muridnya: “Mengapa ketika seseorang marah, dia berbicara dengan cara berteriak?”
Para murid berpikir lama.
Akhirnya, seorang murid menjawab : “Karena saat marah kita kehilangan ketenangan, maka kita pun berteriak.”
Guru itu lalu bertanya lagi : “Tapi mengapa harus berteriak, padahal orang yang kita ajak bicara berada tepat di dekat kita? Mengapa tidak berbicara dengan suara pelan saja?”
Hampir semua murid menjawab bersahut-sahutan, namun tak satu pun jawaban yang benar-benar memuaskan sang guru.
Akhirnya, guru itu menjelaskan: “Ketika dua orang sedang marah, jarak hati mereka sangat jauh. Agar suara dapat menembus jarak hati itu dan terdengar oleh pihak lain, mereka pun harus berteriak. Namun saat berteriak, amarah justru semakin membesar. Semakin marah, jarak hati semakin jauh; semakin jauh jaraknya, semakin keras pula teriakan yang dibutuhkan.”
Guru itu melanjutkan “Lalu bagaimana saat dua orang saling mencintai? Keadaannya justru berlawanan. Mereka tidak perlu berteriak; bahkan berbicara pun dengan suara lembut. Mengapa? Karena hati mereka sangat dekat, hampir tak ada jarak di antara hati yang satu dengan yang lain. Itulah sebabnya orang yang sedang jatuh cinta sering berbicara dengan berbisik. Namun justru karena itu, cinta di dalam hati semakin dalam. Pada akhirnya, kata-kata pun tak lagi diperlukan—cukup dengan tatapan mata, pesan sudah tersampaikan, karena saat itu jarak hati benar-benar lenyap.”
Sebagai penutup, sang guru menyimpulkan: “Ketika dua orang bertengkar, jangan biarkan jarak hati semakin menjauh. Terlebih lagi, jangan mengucapkan kata-kata yang membuat jarak itu kian melebar. Tunggu sejenak, hingga hati mulai mendekat kembali—barulah berbicaralah dengan baik.”
Saat marah, jarak hati memang sedang jauh. Karena itu, ketika sedang marah: diamlah sejenak. Jangan membuat keputusan apa pun saat emosi sedang memuncak.
Pencerahan: Komunikasi antarmanusia bukanlah pertemuan tubuh dengan tubuh, melainkan pertemuan hati dengan hati. Terkadang, meski jarak fisik sangat dekat, hati justru berjauhan—hingga kita merasa perlu meninggikan suara, agar pesan bisa sampai ke hati yang terasa begitu jauh.(jhn/yn)


:quality(80):format(jpeg)/posts/2025-12/29/featured-6413243d2243a3a14715845e38593dd8_1767011026-b.jpg)

