Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional terus berupaya meningkatkan konsumsi susu di Indonesia. Bukan tanpa alasan, menurut data BPS, tingkat konsumsi susu masyarakat hanya 16,27 kg per kapita pada 2020.
Padahal, The Food and Agriculture Organization (FAO) menetapkan batas konsumsi susu yang rendah suatu negara adalah 30 kg per kapita per tahun.
Di sisi lain, susu memang memiliki banyak manfaat, terutama untuk tumbuh kembang anak. Kandungan kalsium dan protein di dalamnya dapat menguatkan tulang, meningkatkan massa otot, mencegah peradangan, serta membuat gigi tetap sehat.
Itu artinya, susu juga dapat menjadi salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan protein harian. Saat protein dalam tubuh anak cukup, maka ia bisa terhindar dari gizi buruk.
Peran Susu dalam Program Makan Bergizi GratisMemahami pentingnya manfaat susu, BGN pun memasukkan susu sebagai salah satu komponen pelengkap dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Hal ini bertujuan agar kebutuhan protein anak bisa terpenuhi dengan baik.
Masalahnya, penyediaan susu dalam MBG tentu harus dijalankan dalam skala besar karena menyangkut jutaan anak di seluruh Indonesia. Masyarakat pun penasaran, apakah penyediaan susu untuk program sebesar ini sudah cukup siap, bagaimana tantangan produksinya, dan apa resikonya jika tidak dikelola dengan matang.
Nah, Pakar Gizi Susu BGN, Prof. Dr. Epi Taufik, akan menjawab pertanyaan tersebut di PODCASTLAB. Bersama Prof. Epi, kumparan akan membahas seluk-beluk ketersediaan susu di program MBG, mulai dari rantai pasok hingga mekanisme distribusinya di lapangan.
Penasaran? Kamu bisa langsung nonton videonya di bawah ya!



