Yogyakarta (ANTARA) - Seorang pria berkaus oranye meniup peluit sekuat tenaga dari atas pos pantau setinggi sekitar dua setengah meter.
Nyaring bunyi peluit memecah riuh ratusan wisatawan yang tengah asyik bermain air di bibir Pantai Parangtritis, Bantul, DIY sore itu.
Dengan mencondongkan badan, pria itu menatap tajam kerumunan wisatawan yang dianggap telah mendekati zona bahaya. Bunyi peluit itu sebagai isyarat agar mereka segera mundur.
"Diperingatin dua kali, tiga kali. Kalau masih susah, ditungguin, kita turun, Mas," ucap pria bernama lengkap Afif Nur Cahyana, sembari mempersilakan ANTARA menaiki bangunan pos berbahan kayu itu.
Pria berusia 20 tahun itu merupakan anggota Satlinmas Rescue Istimewa (SRI) Wilayah Operasi III yang bertugas sebagai relawan penyelamatan di kawasan pantai Parangtritis.
Afif kemudian menunjuk area pantai yang tampak berbeda dari area lainnya. Lebih gelap dan tak jauh dari bibir pantai. Ombak yang melewati area itu tak membawa buih dan relatif lebih tenang.
"Air yang tenang itu justru palung. Orang awam lihatnya aman, padahal dalem. Di situ arus balik bisa narik orang ke tengah," ujarnya dengan mata yang masih fokus ke arah wisatawan.
Menurut dia, ombak yang tampak jinak di titik itu menandakan palung, bagian laut yang lebih dalam dan kerap menjadi lokasi munculnya arus balik (rip current) yang bisa menyeret wisatawan ke tengah.
Untuk alasan itu pula pos pantau berdiri persis menghadap kawasan rawan tersebut.
Afif ditemani seorang relawan lain, Irfan Tirta (23). Mereka berdua bersiaga di pos itu sejak pukul 08.00 WIB.
Pos pantau itu berdiri dengan konstruksi kayu sederhana. Lebarnya kira-kira sekitar satu meter lebih sedikit, cukup untuk memuat dua hingga tiga orang dalam posisi duduk berdampingan.
Selain peluit, mereka dibekali pelampung, ATV, dan papan selancar.
Momen libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 membuat keduanya harus memompa fokus lantaran wisatawan yang datang lebih ramai ketimbang hari biasa.
Baca juga: Pemprov DIY cari masukan rencana wajibkan wisatawan pakai pelampung
Laiknya Afif, meski sembari ngobrol dan sesekali melontarkan candaan kecil, Irfan tidak pernah benar-benar melepaskan pandangan dari laut.
Lengah sekejap saja, ada kemungkinan wisatawan melangkah lebih jauh dari batas aman dan masuk ke area palung tanpa disadari.
Saking banyaknya wisatawan yang mendekati batas aman, keduanya sampai tak ingat sudah berapa kali meniup peluit hari itu. Syukurnya, hingga menjelang petang tidak ada situasi darurat yang memaksa mereka turun ke air.
Baca juga: DIY bakal wajibkan "life jacket" bagi wisatawan berenang di pantai
Jejak Penyelamatan
Momen siaga di pos penjagaan itu bukan tanpa alasan. Pada 24 Desember 2025, tim SAR gabungan yang siaga di Pos Pantai Parangtritis berhasil menyelamatkan empat wisatawan yang terseret ombak dan arus balik saat bermain air, setelah rombongan itu tanpa disadari memasuki area rip current.
Keempat korban itu kemudian dievakuasi dalam keadaan selamat oleh tim SAR yang telah siaga di garis ombak sore itu.
Bagi Al Andi Irawan (29), Komandan Regu Satlinmas Rescue Istimewa (SRI) Wilayah Operasi III yang telah bertugas sejak 2018, kejadian 24 Desember mengingatkan kembali bahwa laut bisa berubah dalam hitungan detik. Dalam sekejap, ombak yang tampak biasa bisa berubah menjadi dinding air yang menarik tubuh ke tengah.
Pada 2024, ia menghadapi kejadian berat saat sembilan orang terseret arus hampir bersamaan.
Tanpa banyak berikir, Andi berlari dan terjun ke air, menarik satu per satu korban ke arah tepi, hingga lututnya terkena benturan benda tumpul saat menyeret korban pertama.
Meski ia cedera, seluruh korban akhirnya berhasil diselamatkan.
"Bagi kami momen paling membahagiakan adalah saat korban bisa diselamatkan," ujar warga Kecamatan Kretek, Bantul itu.
Di tahun yang sama, ia kembali turun menolong seorang wisatawan asing yang terbawa arus balik (rip current) lebih jauh ke tengah.
Meski cuaca kala itu bersahabat, ombak tiba-tiba datang setinggi rumah dan memutar mereka di jalur arus yang keluar menuju tengah laut.
Baca juga: BPBD DIY ingatkan wisatawan waspadai arus balik di pantai selatan
Selama hampir satu jam, Andi dan rekan-rekan terjebak di aliran kuat itu sebelum bantuan papan selancar dan tali datang membantu keluar dari pusaran arus.
Dalam keseharian, Andi menyadari bahwa siaga di pantai bukan hanya soal menolong, tetapi juga menunggu situasi yang tidak pernah bisa diprediksi.
Di bawah komandonya, sebanyak 69 personel SRI Wilayah III bergantian menempati pos dan empat shelter di sepanjang Parangtritis hingga Pantai Depok.
Empat titik shelter itu ditempatkan menghadap kawasan palung yang rawan kecelakaan. Di tempat itulah mata-mata tajam itu bekerja.
Tiga shift disusun untuk pembagian tugas. Namun, pada praktiknya, jadwal tidak selalu monoton bahkan kadang tak berarti, apalagi saat momen ramai wisatawan.
Ketika ada kabar kecelakaan atau laporan orang hilang, seluruh personel dipanggil tanpa memandang jam dan posisi. Tak jarang ia menyetop waktu istirahat, bahkan saat bersantai bersama keluaga.
Andi memilih menjadi relawan bukan soal kebanggan atau gaji, melainkan dorongan untuk menolong, terinspirasi sosok pamannya yang juga pernah bertugas sebagai relawan SAR di pantai itu.
Komandan Regu Satlinmas Rescue Istimewa (SRI) Wilayah III, Al Andi Irawan. ANTARA/Luqman Hakim
Siaga di Pantai Selatan
Di momen libur Natal dan tahun baru seperti saat ini, bagi para relawan tantangan terbesar bukan sekadar soal ombak yang berubah-ubah, tetapi juga perilaku para pengunjung.
Sebagian wisatawan masih "ngeyel" atau bersikeras turun mandi di pantai kendati sudah diingatkan berkali-kali oleh relawan di garis ombak.
Ada yang berpegang pada keyakinan "saya bisa renang", padahal medan Parangtritis berbeda. Kawasan pantai itu memiliki palung atau cekungan di dasar laut yang dapat mengakibatkan pusaran air atau arus balik (rip current).
Baca juga: BMKG imbau wisatawan pantai selatan Jabar-DIY waspadai potensi pasang
Di titik itu sudah ada papan larangan atau garis batas aman.
Berdasarkan catatan Satlinmas Rescue Istimewa (SRI) Wilayah III Parangtritis, sebagian besar kecelakaan laut terjadi di titik-titik seperti itu.
Menurut Rinto Rafli, Sekretaris SRI Wilayah III, setidaknya ada tujuh titik palung yang tersebar dari sisi timur hingga barat pantai. Di titik-titik itulah relawan berjaga, mengarahkan wisatawan agar menjauh dari jalur arus balik.
"Kalau musim hujan seperti sekarang, palung atau rip current justru lebih mudah terlihat. Airnya tenang seperti kolam, tidak ada buih putih. Orang awam lihatnya aman, tapi itu justru jalur arus balik," jelas Rinto.
Ia menjelaskan, titik-titik itu sering muncul di sekitar muara sungai kecil yang mengalir ke laut.
Karena itu, relawan hafal lokasi-lokasi rawan dan menempatkan pengawasan di empat shelter utama yang berfungsi sebagai pos pantau.
Wisatawan memadati bibir Pantai Parangtritis saat momen libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026. ANTARA/Luqman Hakim
Pemerintah Daerah DIY menurunkan 328 personel Satlinmas Rescue Istimewa (SRI) untuk siaga selama libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.
Kepala Satpol PP DIY Bagas Senoadji menyampaikan bahwa para personel ditempatkan di tujuh titik penjagaan, dengan lima titik di antaranya berada di sepanjang pesisir pantai selatan di DIY selama 24 jam.
Langkah itu ditempuh karena pada akhir tahun diperkirakan sebagian besar kunjungan wisata memang terpusat di pantai sehingga risiko kecelakaan laut meningkat.
Kebijakan itu juga seturut arahan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X agar pengawasan dan peringatan kepada wisatawan diperketat selama periode libur panjang di sepanjang garis pantai selatan yang membentang sekitar 113 kilometer di wilayah Gunungkidul, Bantul, hingga Kulon Progo.
Menjelang senja, langit mulai meredup di atas pantai yang populer dengan legenda Ratu Pantai Selatan Nyai Roro Kidul itu.
Di pos kayu setinggi dua setengah meter itu, Afif tampak kembali mencondongkan badan, matanya menyapu garis air yang berubah warna seiring turunnya cahaya.
Irfan duduk di sampingnya, memutar peluit di tangan seolah siap meniup kapan saja.
"Enggak berharap ada (kejadian) sih. Tapi sampai sekarang alhamdulillah aman!" kata Irfan, sambil tersenyum dari atas pos kayu.
Baca juga: Pemkab Bantul bentuk poros libatkan 3 daerah kembangkan pantai selatan
Nyaring bunyi peluit memecah riuh ratusan wisatawan yang tengah asyik bermain air di bibir Pantai Parangtritis, Bantul, DIY sore itu.
Dengan mencondongkan badan, pria itu menatap tajam kerumunan wisatawan yang dianggap telah mendekati zona bahaya. Bunyi peluit itu sebagai isyarat agar mereka segera mundur.
"Diperingatin dua kali, tiga kali. Kalau masih susah, ditungguin, kita turun, Mas," ucap pria bernama lengkap Afif Nur Cahyana, sembari mempersilakan ANTARA menaiki bangunan pos berbahan kayu itu.
Pria berusia 20 tahun itu merupakan anggota Satlinmas Rescue Istimewa (SRI) Wilayah Operasi III yang bertugas sebagai relawan penyelamatan di kawasan pantai Parangtritis.
Afif kemudian menunjuk area pantai yang tampak berbeda dari area lainnya. Lebih gelap dan tak jauh dari bibir pantai. Ombak yang melewati area itu tak membawa buih dan relatif lebih tenang.
"Air yang tenang itu justru palung. Orang awam lihatnya aman, padahal dalem. Di situ arus balik bisa narik orang ke tengah," ujarnya dengan mata yang masih fokus ke arah wisatawan.
Menurut dia, ombak yang tampak jinak di titik itu menandakan palung, bagian laut yang lebih dalam dan kerap menjadi lokasi munculnya arus balik (rip current) yang bisa menyeret wisatawan ke tengah.
Untuk alasan itu pula pos pantau berdiri persis menghadap kawasan rawan tersebut.
Afif ditemani seorang relawan lain, Irfan Tirta (23). Mereka berdua bersiaga di pos itu sejak pukul 08.00 WIB.
Pos pantau itu berdiri dengan konstruksi kayu sederhana. Lebarnya kira-kira sekitar satu meter lebih sedikit, cukup untuk memuat dua hingga tiga orang dalam posisi duduk berdampingan.
Selain peluit, mereka dibekali pelampung, ATV, dan papan selancar.
Momen libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 membuat keduanya harus memompa fokus lantaran wisatawan yang datang lebih ramai ketimbang hari biasa.
Baca juga: Pemprov DIY cari masukan rencana wajibkan wisatawan pakai pelampung
Laiknya Afif, meski sembari ngobrol dan sesekali melontarkan candaan kecil, Irfan tidak pernah benar-benar melepaskan pandangan dari laut.
Lengah sekejap saja, ada kemungkinan wisatawan melangkah lebih jauh dari batas aman dan masuk ke area palung tanpa disadari.
Saking banyaknya wisatawan yang mendekati batas aman, keduanya sampai tak ingat sudah berapa kali meniup peluit hari itu. Syukurnya, hingga menjelang petang tidak ada situasi darurat yang memaksa mereka turun ke air.
Baca juga: DIY bakal wajibkan "life jacket" bagi wisatawan berenang di pantai
Jejak Penyelamatan
Momen siaga di pos penjagaan itu bukan tanpa alasan. Pada 24 Desember 2025, tim SAR gabungan yang siaga di Pos Pantai Parangtritis berhasil menyelamatkan empat wisatawan yang terseret ombak dan arus balik saat bermain air, setelah rombongan itu tanpa disadari memasuki area rip current.
Keempat korban itu kemudian dievakuasi dalam keadaan selamat oleh tim SAR yang telah siaga di garis ombak sore itu.
Bagi Al Andi Irawan (29), Komandan Regu Satlinmas Rescue Istimewa (SRI) Wilayah Operasi III yang telah bertugas sejak 2018, kejadian 24 Desember mengingatkan kembali bahwa laut bisa berubah dalam hitungan detik. Dalam sekejap, ombak yang tampak biasa bisa berubah menjadi dinding air yang menarik tubuh ke tengah.
Pada 2024, ia menghadapi kejadian berat saat sembilan orang terseret arus hampir bersamaan.
Tanpa banyak berikir, Andi berlari dan terjun ke air, menarik satu per satu korban ke arah tepi, hingga lututnya terkena benturan benda tumpul saat menyeret korban pertama.
Meski ia cedera, seluruh korban akhirnya berhasil diselamatkan.
"Bagi kami momen paling membahagiakan adalah saat korban bisa diselamatkan," ujar warga Kecamatan Kretek, Bantul itu.
Di tahun yang sama, ia kembali turun menolong seorang wisatawan asing yang terbawa arus balik (rip current) lebih jauh ke tengah.
Meski cuaca kala itu bersahabat, ombak tiba-tiba datang setinggi rumah dan memutar mereka di jalur arus yang keluar menuju tengah laut.
Baca juga: BPBD DIY ingatkan wisatawan waspadai arus balik di pantai selatan
Selama hampir satu jam, Andi dan rekan-rekan terjebak di aliran kuat itu sebelum bantuan papan selancar dan tali datang membantu keluar dari pusaran arus.
Dalam keseharian, Andi menyadari bahwa siaga di pantai bukan hanya soal menolong, tetapi juga menunggu situasi yang tidak pernah bisa diprediksi.
Di bawah komandonya, sebanyak 69 personel SRI Wilayah III bergantian menempati pos dan empat shelter di sepanjang Parangtritis hingga Pantai Depok.
Empat titik shelter itu ditempatkan menghadap kawasan palung yang rawan kecelakaan. Di tempat itulah mata-mata tajam itu bekerja.
Tiga shift disusun untuk pembagian tugas. Namun, pada praktiknya, jadwal tidak selalu monoton bahkan kadang tak berarti, apalagi saat momen ramai wisatawan.
Ketika ada kabar kecelakaan atau laporan orang hilang, seluruh personel dipanggil tanpa memandang jam dan posisi. Tak jarang ia menyetop waktu istirahat, bahkan saat bersantai bersama keluaga.
Andi memilih menjadi relawan bukan soal kebanggan atau gaji, melainkan dorongan untuk menolong, terinspirasi sosok pamannya yang juga pernah bertugas sebagai relawan SAR di pantai itu.
Komandan Regu Satlinmas Rescue Istimewa (SRI) Wilayah III, Al Andi Irawan. ANTARA/Luqman Hakim
Siaga di Pantai Selatan
Di momen libur Natal dan tahun baru seperti saat ini, bagi para relawan tantangan terbesar bukan sekadar soal ombak yang berubah-ubah, tetapi juga perilaku para pengunjung.
Sebagian wisatawan masih "ngeyel" atau bersikeras turun mandi di pantai kendati sudah diingatkan berkali-kali oleh relawan di garis ombak.
Ada yang berpegang pada keyakinan "saya bisa renang", padahal medan Parangtritis berbeda. Kawasan pantai itu memiliki palung atau cekungan di dasar laut yang dapat mengakibatkan pusaran air atau arus balik (rip current).
Baca juga: BMKG imbau wisatawan pantai selatan Jabar-DIY waspadai potensi pasang
Di titik itu sudah ada papan larangan atau garis batas aman.
Berdasarkan catatan Satlinmas Rescue Istimewa (SRI) Wilayah III Parangtritis, sebagian besar kecelakaan laut terjadi di titik-titik seperti itu.
Menurut Rinto Rafli, Sekretaris SRI Wilayah III, setidaknya ada tujuh titik palung yang tersebar dari sisi timur hingga barat pantai. Di titik-titik itulah relawan berjaga, mengarahkan wisatawan agar menjauh dari jalur arus balik.
"Kalau musim hujan seperti sekarang, palung atau rip current justru lebih mudah terlihat. Airnya tenang seperti kolam, tidak ada buih putih. Orang awam lihatnya aman, tapi itu justru jalur arus balik," jelas Rinto.
Ia menjelaskan, titik-titik itu sering muncul di sekitar muara sungai kecil yang mengalir ke laut.
Karena itu, relawan hafal lokasi-lokasi rawan dan menempatkan pengawasan di empat shelter utama yang berfungsi sebagai pos pantau.
Wisatawan memadati bibir Pantai Parangtritis saat momen libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026. ANTARA/Luqman Hakim
Pemerintah Daerah DIY menurunkan 328 personel Satlinmas Rescue Istimewa (SRI) untuk siaga selama libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.
Kepala Satpol PP DIY Bagas Senoadji menyampaikan bahwa para personel ditempatkan di tujuh titik penjagaan, dengan lima titik di antaranya berada di sepanjang pesisir pantai selatan di DIY selama 24 jam.
Langkah itu ditempuh karena pada akhir tahun diperkirakan sebagian besar kunjungan wisata memang terpusat di pantai sehingga risiko kecelakaan laut meningkat.
Kebijakan itu juga seturut arahan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X agar pengawasan dan peringatan kepada wisatawan diperketat selama periode libur panjang di sepanjang garis pantai selatan yang membentang sekitar 113 kilometer di wilayah Gunungkidul, Bantul, hingga Kulon Progo.
Menjelang senja, langit mulai meredup di atas pantai yang populer dengan legenda Ratu Pantai Selatan Nyai Roro Kidul itu.
Di pos kayu setinggi dua setengah meter itu, Afif tampak kembali mencondongkan badan, matanya menyapu garis air yang berubah warna seiring turunnya cahaya.
Irfan duduk di sampingnya, memutar peluit di tangan seolah siap meniup kapan saja.
"Enggak berharap ada (kejadian) sih. Tapi sampai sekarang alhamdulillah aman!" kata Irfan, sambil tersenyum dari atas pos kayu.
Baca juga: Pemkab Bantul bentuk poros libatkan 3 daerah kembangkan pantai selatan




